Saturday, March 29, 2025

Perselingkuhan

Kadang bertanya-tanya, apa itu selingkuh?
Seperti apa? batasannya bagaimana? dengan siapa?

Yang namanya manusia, wajar memiliki respon. Baik secara emosional, sosial, fisik, seksual, pikiran, dan lainnya. 
  • Ada yang mudah terangsang secara emosi dengan membantu orang lain meski lawan jenis karen kasian. Dan hal tersebut bisa dianggap selingkuh. 
  • Ada yang mudah terangsang secara libido dan sulit mengendalikannya, maka berhubungan seksual termasuk peentrasi dengan lawan jenis atas dasar nafsu tanpa perasaan. Itu pun bisa dianggap selingkuh.
  • Ada yang mudah terstimuli secara pikiran, senang berdiskusi hingga ngobrol deep dan panjang yang kebetulan cocoknya dengan lawan jenis. Itu pun bisa dianggap selingkuh.
  • Ada yang kepedulian sosialnya tinggi dan perhatian terhadap orang lain tanpa memandang gender, saat memberikan perhatian bentuk kasih sesama manusia terhadap lawan jenis, itu pun bisa dianggap selingkuh.
  • Begitupun dengan perasaan, manusia tidak bisa memilih dan mengendalikan terhadap siapa ia tiba-tiba suka dan cinta. Sekalipun sudah memiliki pasangan, jika suatu saat merasakan cinta pada orang lain pada pandangan pertama. Ada yang menganggap itu selingkuh, meski perasaannya hanya disimpan tanpa ada aksi apapun. 

Setiap pasangan memiliki batasannya masing-masing dengan apa yang dianggap selingkuh.
Bisa jadi semua relasi ada perselingkuhan, hanya saja ada yang bisa diterima, dipermasalahkan, atau diributkan panjang. 

Ada yang memang tabiatnya senang berbohong, melanggar komitmen, dan melakukan hal-hal yang mayoritas menganggap sebuah perselingkuhan. Seperti menikah siri atas dasar cinta, berhubungan badan dengan beberapa perempuan dalam waktu lama. Dalam kasus itu, ada yang pasangannya ikhlas dan ya menerima suaminya seperti itu lalu dilepaskan, ada yang menganggap masalah besar dan ego sebagai korbannya mengebu-gebu, ada yang menjadi trauma, ada yang mampu menerima dan membuat keputusan (lanjut atau tidak), ada yang menganggap hal tidak penting dan angin lalu, ada pula yang santai karena terbuka untuk berhubungan dengan orang lain meskipun sudah menikah. 

Sehingga perselingkuhan adalah hal subjektif. Dan tidak salah juga jika manusia memiliki ketertarikan, kepedulian, perasaan terhadap orang lain bahkan terangsang. Itu semua hal manusiawi. Yang jadi masalah, saat seseorang tidak mampu meredam impuls yang muncul sesuai kesepakatan komitmen dengan pasangannya, sehingga pasangan merasa di khianati, diabaikan, dibuang, dicampakan, dsb. Atau melakukan kekerasan emosi, fisik, mental, finansial, dan abuse terhadap pasangannya saat melakukan hal yang dianggap perselingkuhan, sehingga merugikan pasangannya secara materi, fisik, psikis, dan memberikan trauma mendalam yang berdampak pada kehidupan dan masa depannya.

Jika pasangan terbuka, santai, memiliki nilai yang mirip, memiliki komitmen yang sama-sama disepakati dari dasar hati tanpa paksaan untuk saling mengontrol. Bisa jadi melakukan hubungan seksual dengan orang lain dapat diterima, main dengan lawan jenis dianggap seperti main dengan teman-temannya, memberi perhatian dan kasih terhadap orang lain dianggap hal biasa. Itu semua tidak akan dianggap pengkhiatana dan perselingkuhan, jika semua pihak yang terlibat memiliki value dan tujuan yang sama. 

Mungkin ini pentingnya untuk benar-benar mengenal diri sendiri, mengenal pasangan, keterbukaan, dan omunikasi. Sehingga saat berkomitmen, tidak akan kaget jika potensi abc terjadi karena memang sudah saling diketahui dan diterima satu sama lain. Ada yang jadi diantisipasi, dan jika kebablasan yang mampu diterima dengan lapang karena dari awal sudah saling benar-benar mengenal satu sama lain dan ada penerimaan utuh. 

No comments:

Post a Comment