Saat mengenal diri sendiri, maka hidup akan lebih mudah.
1. Kita jadi tau arah hidup mau dibawa kemana
2. Tau tujuan hidup
3. Tau apa yang dimau
4. Tau apa yang disuka
5. Tau apa yang menganggu
6. Tau kelebihan, power, dan potensi diri
7. Tau kapasitas, kemampuan, batasan diri.
Hal itu membuat hidup lebih terarah seperti memiliki kompas.
Dan ternyata mengenal diri tanpa menyayangi diri sendiri tidak membuat diri baik-baik saja, mendapatkan apa yng dimau, hidup bahagia penuh kedaiaman dan keberlimpahan, mampu menjaga diri dari hal-hal yang merusak dan merugikan. Ya, mengenal diri seperti membangun rumah, dan mencintai diri seperti merawat rumah yang disertai pagar dan segala aturan yang membuat rumah terus membaik dan berkembang.
Saat menyayangi diri, kita akan:
1. Mampu memprioritaskan kebutuhan dan kebahagian diri
2. Mampu menerima cinta
3. Mampu meminta dan menerima pertolongan
4. Mampu berkata tidak
5. Mampu melepaskan semua hal dan orang yang menyakiti dan irrelevant yang memberatkan diri dan membuat hidup diam di tempat
6. Mampu mengejar apa yang dimau dengan gigih
7. Mampu berbicara dengan asertif dan efisien
8. Mampu memberi tanpa mengorbankan diri sendiri
9. Mampu menciptakan batasan sehat
10. Mampu nyaman dan bahagia dalam kesendirian maupun sendiri
11. Mampu berteman baik dengan diri sendiri
12. Mampu memberikan apa yang diri butuhkan dengan baik (tidur cukup, makan sehat, ketenangan, olahraga, termasuk nurturing dan noursihing diri)
13. Mmapu menciptakan lingkungan sosial yang sehat
14. Mampu menjaga diri dan energy diri dengan baik
15. Mampu menerima diri baik buruknya dengan utuh
16. Mampu melihat kekacauan dunia luar dengan tenang tanpa terdampak hingga rusak
17. Mampu kembali ke tujuan dan purpose diri dengan cepat (saat ke distract)
18. Mampu bangkit dengan penuh kasih tanpa penghakiman, penyiksaan, penyesalan saat diri melakukan eksalahan, terpuruk, ataupun jatuh sejatuh-jatuhnya.
19. Mampu memasukan orang-orang kind, nurturing, nourishing, yang sayang dan mutual kedalam hidup.
20. Mampu membuat orang-orang harming, abusif, merusak, wasting time menjauh dengan sendirinya dan tak nyaman dekat diri.
21. Mampu menjaga fokus pada hal-hal penting dan relevan
22. Mmapu menarik keberlimpahan, kebahagian, kekayaan, kesehatan dengan mudah
23. Banyak sekali yang dihasilkan dari mencintai diri sendiri, sebuah landasan dan pondasi dasar untuk membangun apapun yang ingin dibangun dan diciptakan.
Lalu, hal dasar lainnya adalah:
Perasaan layak - worthy.
1. Worthy for love
2. Worthy for abundance
3. Worthy for miracle
4. Worthy for being joy
5. Worthy for healthy
6. Worthy for companionship
7. Worthy for being rich and wealth
8. Worthy for being lucky
9. Worthy for being supported
10. Worthy for having and receiving every good thing, people, place, feeling, mind, peace, easy life, experience, and everything.
-----------
Bahas parenting sedikit,
Mungkin ada atau banyak orang tua yang melahirkan karena ingin punya anak atau sebatas mengikuti konstruk sosial. Dan saat punya anak, fokusnya mendidik sesuai apa yang seharusnya menurut orang apda umumnya: kasih makan (sehat), sekolahin, ajarin agama, ajarin sopan santun, selesai. Nyatanya, mendidika adalah membangun sebuah pondasi kuat agar si anak mampu membangun bangunannya sendiri sekuat dan setinggi apapun yang ia mau dan mampu. Sekalipun orang tuanya suudah tidak ada atau dalam kesendiriannya. Yang perlu di tanamkan:
1. Perasaan layak dan berharga
2. Perasaan dicintai dan diterima
3. Kebebasan memilih (autonomy)
4. Kestabilan (dari ortu yang mampu meregulasi emosi dengan baik, dari tempat tinggal yang tidak pindah-pindah tiap tahun, dari lingungan sosial yang stabil - ada circle, dll).
Dari 3 hal itu, anak akan mengembangan pandangan diri yang positif, self esteem yang baik, self worth yang sehat, kepercayaan diri, termasuk ruang untuk mengenal dirinya sendiri, belajar menyayangi dirinya dengan mudah, membiasakan fokus pada hal-hal penting, tau apa yang dimau, tau apa yang dituju. Dan saat ia nyaman dan baik apda dirinya sendiri, maka ia pun akan memeprlakukan orang lain dan lingkungannya dengan baik.
Agama, pendidikan akademik, aturan sosial, sopan santun, pengembangan keahlian, itu semua hanya ilmu, wawasan. Dimana dibutuhkan juga seiiring waktu untuk pengembangan diri dan mendukung pencapaian kehidupannya kelak.
Btw, in my opinion, agama bukan pondasi, karena saat anak ada perasaan tidak layak, ditolak, kesepian, terbuang, tertekan, sekalipun diberikan pendidikan agama dari kecil; suatu saat ia akan mencari lingkungan yang dirasa menerimanya dan nyaman, sekalipun itu ajaran sesat, merusak, melenceng. Berbeda saat anak memiliki keberhargaan diri yang sehat, kemantapan hati, jejeg, kematangan spiritual (ya spritual berbeda dengan agamis), maka saat ia bergama, belajar agama, ia mampu membangun integritas, pemhaman, dan pengaplikasian yang baik.