Wednesday, February 19, 2025

Check Inside

 Saat mengenal diri sendiri, maka hidup akan lebih mudah.
1. Kita jadi tau arah hidup mau dibawa kemana
2. Tau tujuan hidup
3. Tau apa yang dimau
4. Tau apa yang disuka
5. Tau apa yang menganggu
6. Tau kelebihan, power, dan potensi diri
7. Tau kapasitas, kemampuan, batasan diri.

Hal itu membuat hidup lebih terarah seperti memiliki kompas. 

Dan ternyata mengenal diri tanpa menyayangi diri sendiri tidak membuat diri baik-baik saja, mendapatkan apa yng dimau, hidup bahagia penuh kedaiaman dan keberlimpahan, mampu menjaga diri dari hal-hal yang merusak dan merugikan. Ya, mengenal diri seperti membangun rumah, dan mencintai diri seperti merawat rumah yang disertai pagar dan segala aturan yang membuat rumah terus membaik dan berkembang. 

Saat menyayangi diri, kita akan:
1. Mampu memprioritaskan kebutuhan dan kebahagian diri
2. Mampu menerima cinta
3. Mampu meminta dan menerima pertolongan
4. Mampu berkata tidak
5. Mampu melepaskan semua hal dan orang yang menyakiti dan irrelevant yang memberatkan diri dan membuat hidup diam di tempat
6. Mampu mengejar apa yang dimau dengan gigih
7. Mampu berbicara dengan asertif dan efisien
8. Mampu memberi tanpa mengorbankan diri sendiri
9. Mampu menciptakan batasan sehat
10. Mampu nyaman dan bahagia dalam kesendirian maupun sendiri
11. Mampu berteman baik dengan diri sendiri
12. Mampu memberikan apa yang diri butuhkan dengan baik (tidur cukup, makan sehat, ketenangan, olahraga, termasuk nurturing dan noursihing diri)
13. Mmapu menciptakan lingkungan sosial yang sehat
14. Mampu menjaga diri dan energy diri dengan baik
15. Mampu menerima diri baik buruknya dengan utuh
16. Mampu melihat kekacauan dunia luar dengan tenang tanpa terdampak hingga rusak
17. Mampu kembali ke tujuan dan purpose diri dengan cepat (saat ke distract)
18. Mampu bangkit dengan penuh kasih tanpa penghakiman, penyiksaan, penyesalan saat diri melakukan eksalahan, terpuruk, ataupun jatuh sejatuh-jatuhnya.
19. Mampu memasukan orang-orang kind, nurturing, nourishing, yang sayang dan mutual kedalam hidup.
20. Mampu membuat orang-orang harming, abusif, merusak, wasting time menjauh dengan sendirinya dan tak nyaman dekat diri.
21. Mampu menjaga fokus pada hal-hal penting dan relevan
22. Mmapu menarik keberlimpahan, kebahagian, kekayaan, kesehatan dengan mudah
23. Banyak sekali yang dihasilkan dari mencintai diri sendiri, sebuah landasan dan pondasi dasar untuk membangun apapun yang ingin dibangun dan diciptakan. 

Lalu, hal dasar lainnya adalah:
Perasaan layak - worthy.
1. Worthy for love
2. Worthy for abundance
3. Worthy for miracle
4. Worthy for being joy 
5. Worthy for healthy
6. Worthy for companionship
7. Worthy for being rich and wealth
8. Worthy for being lucky
9. Worthy for being supported
10. Worthy for having and receiving every good thing, people, place, feeling, mind, peace, easy life, experience, and everything. 

-----------
Bahas parenting sedikit,
Mungkin ada atau banyak orang tua yang melahirkan karena ingin punya anak atau sebatas mengikuti konstruk sosial. Dan saat punya anak, fokusnya mendidik sesuai apa yang seharusnya menurut orang apda umumnya: kasih makan (sehat), sekolahin, ajarin agama, ajarin sopan santun, selesai. Nyatanya, mendidika adalah membangun sebuah pondasi kuat agar si anak mampu membangun bangunannya sendiri sekuat dan setinggi apapun yang ia mau dan mampu. Sekalipun orang tuanya suudah tidak ada atau dalam kesendiriannya. Yang perlu di tanamkan:
1. Perasaan layak dan berharga
2. Perasaan dicintai dan diterima
3. Kebebasan memilih (autonomy)
4. Kestabilan (dari ortu yang mampu meregulasi emosi dengan baik, dari tempat tinggal yang tidak pindah-pindah tiap tahun, dari lingungan sosial yang stabil - ada circle, dll).

Dari 3 hal itu, anak akan mengembangan pandangan diri yang positif, self esteem yang baik, self worth yang sehat, kepercayaan diri, termasuk ruang untuk mengenal dirinya sendiri, belajar menyayangi dirinya dengan mudah, membiasakan fokus pada hal-hal penting, tau apa yang dimau, tau apa yang dituju. Dan saat ia nyaman dan baik apda dirinya sendiri, maka ia pun akan memeprlakukan orang lain dan lingkungannya dengan baik. 

Agama, pendidikan akademik, aturan sosial, sopan santun, pengembangan keahlian, itu semua hanya ilmu, wawasan. Dimana dibutuhkan juga seiiring waktu untuk pengembangan diri dan mendukung pencapaian kehidupannya kelak. 

Btw, in my opinion, agama bukan pondasi, karena saat anak ada perasaan tidak layak, ditolak, kesepian, terbuang, tertekan, sekalipun diberikan pendidikan agama dari kecil; suatu saat ia akan mencari lingkungan yang dirasa menerimanya dan nyaman, sekalipun itu ajaran sesat, merusak, melenceng. Berbeda saat anak memiliki keberhargaan diri yang sehat, kemantapan hati, jejeg, kematangan spiritual (ya spritual berbeda dengan agamis), maka saat ia bergama, belajar agama, ia mampu membangun integritas, pemhaman, dan pengaplikasian yang baik. 


Wednesday, February 12, 2025

17.06

Saat kita memiliki moral yang tinggi, reliable, bertanggung jawab, empati tinggi, selalu mementingkan orang, baik, tidak punya batasan, dan lupa untuk sayang plus prioritasin diri; maka hidup akan habis dengan dimanfaatin orang, di abuse, di exploitasi, dan hidup dalam ketidakbahagiaan. Karena ternyata mayoritas manusia hanya peduli dengan dirinya sendiri atau circlenya, dimana intinya ya untuk dirinya sendiri. Saat mulai memahami hal itu, maka perspektif pun berubah. Berubah untuk mulai peduli dengan diri, berubah untuk tidak memikirkan semua orang dan dunia alias fokus taking care diri, berubah untuk memiliki batasan, berubah untuk mulai cuek dengan apa yang terjadi disekitar jika memang tidak relevant dan baik untuk diri. 

Mungkin dari kecil diajarkan untuk berbuat baik, baik terhadap orang, menjadi orang bermanfaat, baik dengan alam dan segala isinya. Karena sifat dasar mayoritas manusia hanya peduli dengan dirinya sendiri, mencari keuntungan untuk dirinya, dan tidak peduli sekitar. Namun hal tersebut menjadi ajaran kurang baik bagi orang-orang yang jiwanya pemberi, yang penuh kasih, yang empatinya tinggi hingga mampu merasakan penderitaan orang seperti dirinya yang mengalami, memiliki hasrat untuk menolong dan merubah. Justru orang-orangs eperti itu perlu diajarkan untuk memiliki batasan dan sayang sama dirinya sendiri. Bukan diajarin fokus ke dunia luar, peduli dengan orang-orang, taking care orang lain dan seluruh isi dunia, sampai mengabaikan diri, memgorbankan dirinya, bahkan dzolim dengan dirinya sendiri.

Yang disadari adalah, orang mengajarkan dan membentuk sesuatu berdasarkan proyeksi dirinya sendiri. Termasuk tulisan ini, bisa jadi. Pada akhirnya, diri sendiri yang perlu menyelami diri lebih dalam, mengenal diri seutuhnya, mengetahui core diri, kelebihan dan kekurangan diri, mampu memisahkan mana diri sejati dan bentukan conditioning, mengenali purpose diri. Sehingga kita paham apa yang sebanr-benarnya diri butuhkan dan bagaimana menggunakan kemampuan diri untuk hal yang dampaknya juga baik pada diri (tidak hanya bermanfaat untuk orang lain) maupun sebaliknya.

Sunday, February 9, 2025

19.46

Semakin kesini, semakin sadar,
Banyak banget orang yang gak bs relate dan get it.
Udah mah hidup makin sendirian, orang udah punya circle nya masing-masing,
having connection with others pun begitu.

Sampe di momen sadar,
Connection tercipta ya karena ada kemampuan untuk saling memahami secara emosi (empati), nyambung secara intelektual, dan punya core yang sama sehingga menghasilkan deep understanding. Jd ada perasaan feeling home, secure, dan not alone. Nah masalahnya, gw aja dianggap aneh dan berbeda, dengan kata lain ketemu orang sejenisnya dimana?

19.41

Udah males banget cari pasangan, 
Laki-laki jaman sekarang kaya pada ga niat gt.
Giliran ada yang disuka yang bener-bener cinta, eh ga memilihku.
Pake acara ninggalin trauma dan ngerusak self worth pula bertahun-tahun. 

Yaudahlah biar dateng sendiri aja deh.
Aku mau nikah tahun ini. 

Sunday, February 2, 2025

Cinta

Dari pengalaman, kita akan memahami dan mengenal energy, orang, pola, keadaan, situasi, dll. Dari situ kita akan mudah membaca sesuatu termasuk mampu melindungi diri dengan baik dan mengambil keputusan yang tepat. Contoh relationship percintaan.

- Cinta atas dasar cinta, itu rasanya tenang, aman, nyaman, tidak ada gejolak, emosi intense menggebu-gebu, dan hasrat seksual meledak-ledak. Semua terasa mudah, bertahap, dan natural. Ada chemistry tanpa perlu usaha, ada koneksi namun tidak membuat diri menjadi terikat alias kita tetap menjadi diri sendiri, mandiri secara emosi, tidak ada hasrat menugubah pasangan. Cinta itu membebaskan, melindungi, menutrisi, merawat, mendukung menjadi versi terbaik. 

- Trauma bonding yang sering dianggap cinta, rasanya seperti adiksi dan berantakin nervous system. Meski tau tidak sehat, tidak dihargai, di aniaya. Namun diri tak mampu lepas atau meninggalkan, malah mengulang pola tersebut berkali-kali. Tanpa sadar, diri mengulang pola trauma yang terjadi di masa kecil: tentang pengabaian kah, penolakan, penganiayaan fisik kah, penganiayaan secara emosi, atau hal lainnya. Jika sadar yang dialami adalah trauma bonding (bukan cinta), maka ini akan ajdi ajang yang bagus untuk melihat kedalam diri dan healing. 

- Pelet, dari awal sudah terasa intense, pikiran 24/7 tertuju pada orang itu, hasrat seksual meledak menggebu-gebu tak tertahan terus-terusan sampe bikin frustasi hinga depresif, hanya mau dengan orang itu, menutup diri dari yang lain, rindu mendalam tak tertahan yang sangat menyakitkan. Batin terikat kuat meski diperlakukan tidak baik seperti sampah bahkan di perbudak. Logika bisa mikir dan sadar, tapi tidak bisa lepas, alam bawah sadar terikat dan tertuju hanya dengan orang itu hingga merusak diri dan mengabaikan kepentingan diri sendiri (secara fisik, psikis, mental, pekerjaan, keuangan, kesehatan), relasi dengan orang lain berantakan. Rela melakukan dan berkorban apapun. Sulit dan tidak bisa tidur. Rasa sakit dan penderitaan hilang sendiri saat bertemu dengan yang memelet, langsung berubah berbungga-bungan dan sangat bahagia. Saat yang memelet mengacuhkan, meninggalkan, menjauh, hilang, maka penderitaan menjadi berkali-kali lipat dan hasrat untuk bertemu dan berinteraksi semakin tinggi. Sehingga kerelaan berkorban dan melakukan apapun menjadi berkali-kali lipast dari sebelumnya, dst. Saat peletnya hilang/ dicabut/ lepas, tiba-tiba jadi tidak cinta, tidak suka, hilang hasrat, bahkan aneh "ngapain suka sama orang ini". Dan proses recovery dari kerusakan jiwa, pikrian, batin, dan trauma nyata selama di pelet, memakan waktu lama. Termasuk memebnahi area-area kehidupan yang rusak (pekerjaan, karir, keuangan, dll). Masalahnya, orang pelet bukan karena cinta, suka, dan ingin menikah, namun untuk uang (baiks ecara energy maupun cash) dengan menumbalkan orang. Orang akan rela melakukan dan memberikan apapun. Apalagi saat di tarik ulur hingga gilak, itu seperti panen energy money tak terhingga saat memberikan remeh2 terhadap korbannya yg menjadi super joy. Llau dibuat menderita lagi, agar joy selanjutnya lebih banyak, dst nya. Dan joy korban ditarik diambilin untuk dirinya yang kemudian ia conver to money cash, dikala korbannya sengsara lahir batin semuanya.

Saat mengalami itu semua, kedepannya diri akan sangat peka dan kenal energi cinta seperti apa, trauma bonding bagaimana, dan saat diri di pelet. Dari situ bisa langsung taking action. 

Tentang pelet, bentengnya: 
1. Never being alone. Surrounded yourself with people who love and support you; great social life, socially active; having nurturing, meaningful, and healthy friendship/ relationship with others; being present and grounded.  
2. Love yourself. Ketika kita sayang diri sendiri, ada benteng yang tercipta sendiri. Jikapun kebobolan kena, maka lepasnya akan lebih cepat dan mudah.
3. Perkuat barrier energetically, bisa lewat spiritualitas atau hal lainnya.

Untuk orang yg "kosong" efeknya bisa sampe gilak permanent, apalagi jika oragnya empath, sufferingnya berkali-kali lipat. Untuk orang yang ada "penjaganya", meski suffering berkali-kali lipat karena empath dan dampaknya real sampe babak belur depresi, miskin, sakit-sakitan, nge block segala rejeki relasi, sendirian, almost gilak; ya gak sampe gilak permanent dan akan ada aja yang bantu/ menolong hingga bersih, sembuh, dan kembali berfungsi baik. 

Semoga Allah selalu melindungi dan menjauhi dari orang-orang fasik, munafik, dzolim, berniat jahat, dan jahat. 
Semoga segala kejahatan kembali kepada pelakunya hingga merasakan hal yang sama di kehidupan ini dan semua dibayar kontan.

Saturday, February 1, 2025

True Power

Saat kita bergerak dari takut salah, sehingga selalu mencari bagusnya seperti apa, baiknya seperti apa, yang benar seperti apa, dan menghindari semua hal yang berpotensi kurang baik. Tanpa sadar kita di strir atau di kontrol oleh kesadaran sementara di momen itu, dimana hal itu masih bisa berubah dan hidup dalam ketidakjelasan tanpa kemajuan berarti. 

Lain halnya, 
Saat kita tau apa yang benar-benar kita inginkan dan doing everything to get it.
Semua hal menjadi tidak relevant dan tidak berdampak besar pada diri, termasuk diri tidak dapat di kontrol dan di stir oleh hal-hal eksternal maupun temporary. Diri memfokuskan energy, waktu, source pada tujuan. Dari tujuan-tujuan yang berhasil di achieve dan di dapat, memunculkan target-target baru. Jika pun gagal, maka diri akan terus mencari jalan hingga dapat atau justru menemukan hal baru yang lebih worth it. Semua kendali ada di diri sendiri. Tak ada ketakutan apapun, because we know what we want and trust ourself.

Kita adalah source itu sendiri.
Kita punya kendali penuh untuk menciptakan kehidupan kita sendiri.
Mau kehidupan seperti apa dan bagaimana.
Tidak ada satupun yang bisa ngapa-ngapain diri jika tidak kita izinkan.
Kita yang menciptakan itu semua, termasuk celah untuk di manfaatkan. di manipulasi, di abuse, di buang, ditinggal, dibantu, dicintai, di dukung, semuanya apapun itu, kita yang ciptakan dan izinkan.
Kekuatan sebenarnya adalah saat kita kenal diri sendiri, apa yang dimau, apa tujuan diri, dan kita tau kita mampu mencapai itu semua. 

Saat kita kenal diri sendiri, tau apa yg dimau, dan trust ourself, ya itu power. 
Ditambah  fokus dan disiplin. We can achieve and get everything what we really desire. 

1/2/2025

Saat kita tahu apa yang kita mau, apa yang kita suka, apa kelebihan kita, apa kekuatan kita, dan tau aturan mainnya (dalam relasi, pekerjaan, sosial, tempat tinggal. Semua tempat dan relasi kita berada). Hidup akan sangat mudah. Tak ada satupun yang bisa menganggu apalagi merusak diri. Justru kita bisa menggunakan itu semua untuk kebaikan bagi diri dan sampai ke tujuan dengan cepat nan berkemudahan.

Aturan Main

Setiap tempat, lingkungan, relasi, apapun itu, memiliki aturan main tersendiri. 
Untuk bisa survive, stay healthy, wealthy, waras; kita perlu tau aturan mainnya.
Ada aturan main yang memang diungkapkan langsung, dikomunikasikan, sama-sama tahu, atau perlu cari tau sendiri. 

Masalah muncul, sata kita memiliki pandangan yang berbeda, lack of insight tentang aturan main di suatu relasi atau tempat, dan lack of communication dari pihak lain (entah malas, missleading, atau menganggap semua orang paham dan sama dengan dirinya). 

Misal, 
Ada orang memiliki libido yang tinggi dan melihat sex sebagai hal menyenangkan layaknya liburan dan makanan enak, sehingga bisa melakukan casual sex dengan siapapun yang ia tertarik tanpa perlu kenal, mengenal, punya relasi, dan komitmen apapun. Sehingga meski ia telat menikah, ia tetap mencari partner seks diluar pasangannya (dimana pasangannya sudah tahu dan ada aturan main bersama). Ini akan jadi masalah sata ia bertemu orang baru yang intentionnya relationship, sacred banget tentang sex, pakai perasaan, dan melihat itu sebagai sesuatu serius yang bisa give all everything. Dikala orang ni tidak mengkomunikasikan semuanya dari awal, make it clear, menyampaikan tujuan dan boundariesnya secara langsung dari awal. Lalu saat semua jadi masalah, ia pergi begitu saja karena menganggap hal tidka penting (baginya) dikala orang itu menganggap pernting hingga merusak self esteem, self worth, pekerjaan, dan kehidupannya, bahkan trauma. Hal ini akan berbeda, jika ia bertemu dengan prang yang memiliki mindset, value, dan intention yang sama, for fun misal. Tanpa di komunikasikan pun, akan sama-sama tau aturan mainnya, sehingga tak ada yang dirugikan apalagi ke abuse/ ke harming.

Contoh lainnya,
Dalam suatu perusahaan, ada aturan main tak tertulis bahkan tak disampaikan. Misal saling cari muka, menjatuhkan, lempar-lemparan tanggung jawab. Saat ada anak baru masuk yang tak pernah ada pengalaman berada di lingkungan seperti itu dan fokusnya bekerja. Maka ia tak sadar saat ke pingpong, jadi tumbal, berakhir jadi repot sendiri dan overwhelmed tidak bisa menjaga diri sendiri dan set boundaries karena tidak tahu aturan main di perusahaan itu, Endingnya ya merugikan diri sendiri. 

Semakin banyak pengalaman hidup, luasnya pergaulan, dan kepekaan membaca situasi, kewaspadaan akan hal-hal baru (orang baru dan tempat); semakin tinggi sinyal waspada dan kemampuan memahami aturan main dalam relasi, pekerjaan, dan lingkungan. 

Begitupun saat kita punya hati nurani, empati, integritas, secara natural kita akan menyampaikan aturan main kita atau sesederhana mengkunikasikannya secara jelas ke pihak lain. Sehingga tidak misleading apalagi merugikan hingga merusak kehidupan orang lain. 

Masalahnya, tidak semua orang peduli dengan orang lain, sehingga kita yang perlu cerdas dan jeli membaca aturan main dalam setiap tempat dan hubungan.