Sunday, December 22, 2024

Driving Golf

 

I did driving golf with my gen z's friends that I met last night at social event. So many fun, 
excitement, pleasant conversation, expand knowledge, and burn calories haha. Btw, I don't like PIK.  Surprisingly, when I went to PIK for golf, I felt very happy, expand, excited joy all the way to the location, like being on holiday. The sensation and feeling, like more than just go to the place to do exercise. and the next time I came here again with different people, it turned out to still feel the same,  so fun, expand, excited, and joy, even I deprived sleep.

Cheers!

So proud of myself to take care of myself even the life so struggle and unfair, to cherish myself, to maintain social life, to have healthy relationship, to build networking, to have positive attitude to the life, to be mature, to be more kind to self. 



Being independent, doesn't mean I have to do everything by myself, live the life alone, and reject everything outside myself. When I healed, I can be open to others, ask for help, ask for companionship, receive people's contribution, without any attachment and still be independent. I am so gratitude to meet al people that I met. Thank you to teach me and give me experience healthy relationship that consist of: maturity, respect, boundaries, empathy, great communication skill, consistency, and space.


Trust and Honoring Self

ok.

Thursday, December 5, 2024

Space

Jaman kuliah, lagi ngomel-ngomel sesuatu.
Tiba-tiba ada seorang teman, tidak terlalu akrab dan jarang main bareng, komen "lo kan tipe yang butuh space banyak". Disitu baru sadar hal yang bikin diri ngomel-ngomel adalah lagi less of space di tempat itu. Hal yang bikin kaget, ketika orang yang tidak akrab bisa notice my personality dengan tepat, dikala orang-orang terdekat yang sudah lama bersama pun tak menyadari hal itu.

Space untuk melakukan sesuatu dengan cara sendiri, ritme sendiri, dan kebebasan untuk mengeksplorasi. Kasarnya, kasih target dan jadwal, dan yaudah (ga perlu nanya-nanya, usik-usik, follow up - follow up), pasti beres ok kok. 

Bisa di bilang beruntung juga punya orang tua yang tidak pernah sekalipun menanyakan urusan akademik (pr, ujian)n apakagi nyuruh-nyuruh belajar. Tidak pernah sekalipun. Aku selalu handle semuanya sendiri meski nangis berdarah-darah saat tidak paham sesuatu, dan dari situ justru diri sangat berkembang cepat, beraktualisasi diri dengan baik, dan menghasilkan kehidupan akademik yang baik (selalu masuk sekolah ungulan dan berprestasi). Karena tidak pernah ada satupun orang yang mengusik (sekecil nanya pr/ nyuruh sekolah/ nyuruh belajar).

Dan ternyata kebutuhan space ini pun terjadi dalam relasi.
Saat upset, sedih, tersinggung, marah, being hurted, aku tipe yang diem, menjauh, dan menyendiri. Dan tidak ada satu pun orang yang bisa membaca keadaan dan emosiku yang sebenarnya. Hingga diri meledak karena takk kuat bottle up emotion, dan orang kaget dan malah jadi harming/ nge reject/ atau nge abuse diri. Makinlah deep sakit hatinya, dan semakin pula menyimpan dalam dan menjauh. Nah dalam keadaan yang tiba-tiba pergi, menjauh, meledak marah, ada orang yang tidak bereaksi terhadap ekspresiku, Ia hanya memberikanku space untuk menyelesaikan sendiri dan menetralkan diri. Dan saat diri kembali dengan ceria, ia pun menyambut dengan sangat terbuka. Dari ribuan orang  yang ditemui, baru ketemu satu orang yang ternyata mengenal sisiku yang itu. 

Termasuk kebutuhan space saat sedang berkomunikasi.

Monday, December 2, 2024

2/12/24 (2)

Tidak ada penyesalan terhadap orang-orang yang pernah hadir dalam hidup dan akhirny pergi memilih yang lain. Karena di  moment itu, memang akunya yang belum siap, belum mau, dan tidak benar-benar suka. Dan semuanya sudah sangat jelas di awal, tidak ada harapa yang aku gantungkan, tidak ada kebutuhan yang aku hold, dan tidak ada rejection seperti kabur dan ghosting. Semua dikomunikasikan dua belah pihak dan clear dengan waktu yang cepat tanpa merugikan siapapun. 

Giliran ada yang diri suka, bener-bener suka, udah sampe bisa super being vulneraable, ekspresi baik secara perasaan dan emosi, semua diliatin, dan settle dari awal. Orangnya gak suka dan nge reject, itu pun dalam waktu lama dalam harapan palsu, digantugin, di ghosting, yang tanpa sadar malah harming dan abusing. Di dia nya tidak ada kerugian apapun, di diri wow bgt dampaknya dan proses pemulihannay cukup lama. Karena tidak dikomunikasikan dan jelas dari awalm jadi  lukanya terlalu dalam dan berkpanjangan.

Dari proses hidup itu, berlabuh dalam kesadaran,
ternyata yang aku butuhkan saat ini, bukan tentang uang dan karir, tapi cinta.
Akhirnya memutuskan fokus untuk urusan cinta ini dan mulai membuka diri,
yang saat ditelusuri ke dalam diri, ternyata aku tidak benar-benar membuka diri, seperti masih ada barrier tinggi dan rasa takut. Entah trauma relasi sebelumnya atau ada hal-hal lan yang  belum akus sadari. Dan pertamakalinya juga dalam hidup, dalam waktu lama tidak ada orang yang hadir dalam hidup, sampe beberapa teman aneh "masa sih", "masa sih". Ya emang ga ada. Ga ada yang suka, ga ada yang naksir, ga ada yang ngedeketin, ga ada yang ngajak kenalan, ya ga ada sama sekali.

Mungkin ga harus sampe nikah buru-buru, lebih ke arah ya punya teman hidup partner. 
Yang bisa deep understanding, yang nyambung secara intellectual, yang sama-sama deep feeling, yang terkoneksi secara jiwa, yang saling nurturing dan nourishing, yang punya level energy minimal sama, yang mutual (aku milih dia, dia milih aku. aku suka dia, dia suka aku. aku cinta dia, dia cinta aku), yang sama-sama bertumbuh dan berkembang, yang bisa co creation, yang selevel. 

Dan bener-bener gatau cari dan ketemu dimana, karena dari dulu gak pernah cari orang, orang-orang yang dateng sendiri. Dan sekarang ga ada satupun yang dateng dan hadir dalam hidup. 

2/12/24 (1)

Being heard and accompanied, is nurturing way for me. 

Saat ngobrol, curhat, atau cerita ke teman seumuran, banyak yang sibuk menganalisa, memberi solusi tanpa tahu whole nya dan tidak mau tau semua variablenya, memberi masukan yang tak diminta, membenarkan seharusnya seperti apa. Bahkan banyak yang langsung memotong, menilai, menjudge. Lalu sadar, kok cerita ke orang malah bikin hidup makin sengsara nelangsa, dan tak memberikan kebaikan apapun. 

Hingga suatu saat bercerita ke seseorang yang usianya jauh diatas, dari mulai cerita banyak kemana-mana hingga akhirnya nangis dan batin kembali space nan expand. Dan orang ini hanya bering present, mendengarkan tanpa judgement, give me space and safety. Dan aada beberapa kejadian seperti ini, hingga akhirnya semakin mengenali diri sendiri. Ternyata diri yang sering memendam emopsi hingga tidak thu sedang mengalami emosi apa, sedang dalam keadaan apa, dan butuh apa. Saat bercerita, tanpa sadar mengurai hal-hal yang sdah kusut, membuka lapisan-lapisan penutup emosi, hingag emosi naik ke permukaan dan released (biasnaya nangis). Saat bercerita dengan orang secara real (telepon/ ketemu langsung/ zoom) rasanya berbeda dengan saat jurnaling menulis sendirian. Emosi yang keluar nya lebih cepat dan banyak. Dan memunculkan experience baru: oh ternyata ada orang yang mau nemenin, oh ternyata aku gak sendiri, oh ternyata ada orang yang nerima, oh ternyata ada orang yang  mau bantu, oh ternyata ada yang peduli. Disitu kepercayaan diri terhadap dunia luar meningkat, yang efeknya lebih mampu vulnerable, mulai percaya orang, mulai berbagi/ atau mendelegasikan sesuatu, mulai terbuka, mulai mengenal being nurtured seperti apa, mulai sadar akan beberapa perasaan dan pikiran diri selama ini yang salah, mulai belajar sayang sama diri sendiri, dan banyak hal lainnya.

Dan dari semua perjalanan dan pengalaman diri, ternyata my needs gak lebay, gak susah, gak gede. Bahkan cenderung receh dan kecil. Sesederhanan ditanya kabar, diajak main, ditemenin semenit, being present effortless, dan banyak hal kecil lainnya. Anehnya, kenapa orang-orang pelit untuk kasih ya? 

Pernah hampir drop depresi, udah takut banget. Karena kalau udah jebol depresi, sembuhinnya lama banget bisa tahunan dan gak mau mengalami lagi. Di momen itu tiba-tiba cerita panjang ke orang, long text acem novel. Dan orangnya cuma bales "aku disini ya". Terus selesai aja, ga banyak cerita lagi dan ga jebol depresi. Aku merasa gak sendirian, ditemenin, dan ga jadi depresi. Meski gatau juga chat aku dibaca atau tidak, dia peduli atau tidak, yang pasti orang itu super sibuk dan banyak urusan. He saved my life dengan kalimat itu tanpa perlu melakukan apapun atau effort energy waktu dll. 

Kalau diruntut, gak ngerti juga ketemu orang-orang itu. Dan mereka datang dalam hidup di momen diri sedang super struggle suffering sesendirian. Dan saat semuanya sudah selesai, kembali baik-baik saja, orang-orang ini hilang sendiri. 

Hidupku sesendirian dari kecil. Gak kaya orang-orang yang punya family supportif nan bonding baik, punya temen, circle, pasangan, komunitas, dll. Aku selalu sendirian, kalau lagi susah ga ada satupun yang sadar diri sedang super susah. Kalaupun udah mau dying terus minta tolong, orang-orang nyepelein, nge reject, dll. Alhasil ya semakin menutup diri, semakin menyimpan masalah sendiri, semakin merasa sendirian, semakin merasa tak layak dapat kontribusi orang, dan semakin berjarak dan tak percaya siapapun. Dibantu nggak, malah di reject, disalahpahami, di reject, diabaikan, di abuse. Gak ngerti juga kenapa dunia sejahat itu? 

Mungkin selama ini, yang aku butuhkan dari kecil, ya being loved.
Being loved: being accepted for who am I, being accepted, being nurtured, being nourished, being space, being supported, being trusted, being understood, being heard, being seen, being protected, being appreciated. Experience consistency, stability, maturity, reliability, and safety. Emotional, spiritual, and intellectual needs meet.