Salah satu tempat terbaik untuk melihat diri sendiri adalah lewat relasi romansa.
Tempat dimana mampu merefleksikan jenis attachment diri, issue diri, pengkondisian masa kecil, trauma diri, self image, self esteem, self worth, kedewasaan, boundaries, keterikatan, keterbukaan, trust issue, kepercayaan, komunikasi, koneksi mendalam, ikatan emosi, termasuk tempat refleksi relasi dengan diri sendiri.
Tidak semua orang yang diri suka, memiliki ketertarikan dan perasaan yang sama.
Jika pun sama, belum tentu memiliki keberanian, keterbukaan untuk berkomunikasi, mengekspresikan, mengizinkan diri untuk masuk, menerima segala kontribusi diri, termasuk mencintai.
Jika pun mampu dan bisa, belum tentu compatible dan saat bersama saling bersinergi.
Jika itu dapat terjadi, belum tentu memiliki value dan tujuan yang sama.
Jika itu semua terlaksana, belum tentu pula saling memilih, bersama, dan berkomitmen.
Mungkin banyak yang cuma pengen seneng-senengnya aja (ada temen main, ada temen ngobrol, bisa sayang2an, ada intimasi dalam banyak hal, dll). Dan saat sesuatu getting hard, intense, serious; menyudahi semuanya bahkan kabur, menjadi pilihan paling mudah. Dan pola itu terus terjadi, entah karena menghindari komitmen, tanggung jawab, bertumbuh, kedewasaan; bentuk menghargai diri, mencari yang terbaik, cocok, dan terus mendapatkan penganti yang lebih baik; atau justru bentuk dari ketidakmampuan menyelesaikan konflik, masih ada issue diri, dan tidak mampu sendiri (harus punya pasangan). Banyak alasan dengan segala latarbelakangnya.
Dari relasi yang selesai baik-baik, masih ada masalah yang tak pernah tuntas dan dituntaskan, berkonflik, yang berubah menjadi musuh, yang tetap baik-baik saja, yang menjadi teman, yang masih sayang, yang berubah benci, ataupun netral tanpa kesan dan luka apapun. Pada akhirnya semuanya hanya ajang transformasi untuk diri sendiri menjadi pribadi yang lebih baik, lebih dewasa, lebih bijaksana, sembuh dari segala trauma dan issue diri, dan menjadi versi terbaik diri.
Orang-orang yang hadir dalam hidup, terutama yang pernah ada jalinan intim yang melihat diri setelanjang-telanjangnya tanpa ada barrier dan rahasia apapun, yang selalu berhasil menekan red bottom hingga diri meledak-ledak seperti orang gilak, yang mampu memberikan rasa "rumah", yang pernah menjadi tempat ternyaman dan aman, yang pernah di bela mati-matian, yang pernah dicintai hingga lupa mencintai diri sendiri, yang pernah di prioritaskan diatas diri sendiri, yang pernah dijaga hingag diri rusak, apapun itu semua. Pada akhirnya ada jenis orang yang saat sudah mendapatkan semua yang dibutuhkan dan mendapat pengantinya, ia pergi meninggalkan diri dan melupakan secepat kilat tanpa kesan apapun; atau malah justru meningalkan banyak kesan hingga trauma mendalam yang butuh tahunan untuk menyembuhkannya. Dari itu semua, salah satu hikmah yang bisa dipetik adalah, selalu jadikan diri prioritas dimana pun berada dan dengan siapapun. Jangan pernah menajdi keset dan budak untuk siapapun, karena tidak semua orang yang hadir dalam hidup adalah orang baik, orang yang memiliki kualitas yang sama, yang jiwanya sama-sama pemberi dan tulus, yang tak punya hidden agenda apapun, yang setia, yang selalu menjaga perkataan dan janji, yang mau dan berkorban tanpa batas.
People changes dan semuanya bisa berubah.
Just take care of yourself, honey.
No comments:
Post a Comment