Orang bisa semena-mena, karena mereka berada dalam comfort zone nya:
Ada keluarga yang support, ada pasangan, ada teman, ada circle, ada pekerjaan, ada pendapatan, semua kebutuhannya terpenuhi nan tercukupi dengan berlimpah (makan, tidur, gerak, cinta, kasih, harta, benda, ruang aktualisasi, pride, uang, intimasi, sex, bermain-main, keamanan secara fisik dan psikis, dll). Mereka akan mudah membuat boundaries, membuang, dan melepaskan sesuatu, karena tidak dalam keadaan kekurangan apapun, berada dalam posisi yang mengancam dan tidak aman, sendirian secara jiwa raga.
Misal,
Seseorang yang tak pernah mendapati kasih sayang dari orang tuanya, lingkungannya, care giver, hidup dalam kesendirian kesepian, apa-apa sendiri, hingga di momen drop karena tangki cinta nya kosong dan membutuhkan itu dikala dirinya sendiri tak mampu mengisinya sendiri. Jika pengalaman merasakan dicintai pun tak ada, bagaimana bisa mengenal tentang cinta, bagaiamana bisa menciptakannya dan memberikannya pada diri sendiri? Kemudian, datanglah seseorang yang bisa membaca situasinya dan memiliki niat buruk. Ia berikanlah perhatian, kasih sayang, pasti senang dong orang ini. Hingga di momen, semua itu di hold, ditahan, di putus. Kebayang ga keadaan orang ini? Ibarat kelaperan, dikasih makanan, lagi enak-enak makan, belum juga kenyang, makanannya dirampas. Ya pasti kaget. Adapun lebih jauhnya muncul addiction, serotoninnya sudha mulai muncul dan banjir, tiba-tiba hilang. Pasti akan mencari dan willing to do everything to full it again. Dan disini abuse di mulai.
Dan hal itu bisa terjadi dalam konteks apapun. Baik pekerjaan, pertemanan, percintaan, relasi dengan keluarga, kolega, dll. Jika ada hal-hal yang membuat diri reaktif (cemas, depresif hingga depresi beneran, intense anger, nge drop secara mental psikis dan fisik); coba cek:
- kebutuhan apa yang tidak terpenuhi?
- boundaries apa yang dilanggar?
- issue diri apa yang kesenggol?
- bagian diri mana yang kosong/ menjadi kosong?
- apa yang sebenar-benarnya diri inginkan?
Mungkin mengisi hal-hal kosong dalam diri yang diri pun belum pernah merasakanannya, mengenal energy nya, memahami dan mengetahui apa itu dan seperti apa; menjadi hal yang sulit untuk di lakukan bahkan sebuah struggle tersendiri untuk hidup dan menjalani kehidupan dalam kekosongan dan kekurangan. Pada akhirnya, berserah diri dan meminta pertolongan-Nya adalah satu-satunya jalan.
No comments:
Post a Comment