Sunday, December 22, 2024

Driving Golf

 

I did driving golf with my gen z's friends that I met last night at social event. So many fun, 
excitement, pleasant conversation, expand knowledge, and burn calories haha. Btw, I don't like PIK.  Surprisingly, when I went to PIK for golf, I felt very happy, expand, excited joy all the way to the location, like being on holiday. The sensation and feeling, like more than just go to the place to do exercise. and the next time I came here again with different people, it turned out to still feel the same,  so fun, expand, excited, and joy, even I deprived sleep.

Cheers!

So proud of myself to take care of myself even the life so struggle and unfair, to cherish myself, to maintain social life, to have healthy relationship, to build networking, to have positive attitude to the life, to be mature, to be more kind to self. 



Being independent, doesn't mean I have to do everything by myself, live the life alone, and reject everything outside myself. When I healed, I can be open to others, ask for help, ask for companionship, receive people's contribution, without any attachment and still be independent. I am so gratitude to meet al people that I met. Thank you to teach me and give me experience healthy relationship that consist of: maturity, respect, boundaries, empathy, great communication skill, consistency, and space.


Trust and Honoring Self

ok.

Thursday, December 5, 2024

Space

Jaman kuliah, lagi ngomel-ngomel sesuatu.
Tiba-tiba ada seorang teman, tidak terlalu akrab dan jarang main bareng, komen "lo kan tipe yang butuh space banyak". Disitu baru sadar hal yang bikin diri ngomel-ngomel adalah lagi less of space di tempat itu. Hal yang bikin kaget, ketika orang yang tidak akrab bisa notice my personality dengan tepat, dikala orang-orang terdekat yang sudah lama bersama pun tak menyadari hal itu.

Space untuk melakukan sesuatu dengan cara sendiri, ritme sendiri, dan kebebasan untuk mengeksplorasi. Kasarnya, kasih target dan jadwal, dan yaudah (ga perlu nanya-nanya, usik-usik, follow up - follow up), pasti beres ok kok. 

Bisa di bilang beruntung juga punya orang tua yang tidak pernah sekalipun menanyakan urusan akademik (pr, ujian)n apakagi nyuruh-nyuruh belajar. Tidak pernah sekalipun. Aku selalu handle semuanya sendiri meski nangis berdarah-darah saat tidak paham sesuatu, dan dari situ justru diri sangat berkembang cepat, beraktualisasi diri dengan baik, dan menghasilkan kehidupan akademik yang baik (selalu masuk sekolah ungulan dan berprestasi). Karena tidak pernah ada satupun orang yang mengusik (sekecil nanya pr/ nyuruh sekolah/ nyuruh belajar).

Dan ternyata kebutuhan space ini pun terjadi dalam relasi.
Saat upset, sedih, tersinggung, marah, being hurted, aku tipe yang diem, menjauh, dan menyendiri. Dan tidak ada satu pun orang yang bisa membaca keadaan dan emosiku yang sebenarnya. Hingga diri meledak karena takk kuat bottle up emotion, dan orang kaget dan malah jadi harming/ nge reject/ atau nge abuse diri. Makinlah deep sakit hatinya, dan semakin pula menyimpan dalam dan menjauh. Nah dalam keadaan yang tiba-tiba pergi, menjauh, meledak marah, ada orang yang tidak bereaksi terhadap ekspresiku, Ia hanya memberikanku space untuk menyelesaikan sendiri dan menetralkan diri. Dan saat diri kembali dengan ceria, ia pun menyambut dengan sangat terbuka. Dari ribuan orang  yang ditemui, baru ketemu satu orang yang ternyata mengenal sisiku yang itu. 

Termasuk kebutuhan space saat sedang berkomunikasi.

Monday, December 2, 2024

2/12/24 (2)

Tidak ada penyesalan terhadap orang-orang yang pernah hadir dalam hidup dan akhirny pergi memilih yang lain. Karena di  moment itu, memang akunya yang belum siap, belum mau, dan tidak benar-benar suka. Dan semuanya sudah sangat jelas di awal, tidak ada harapa yang aku gantungkan, tidak ada kebutuhan yang aku hold, dan tidak ada rejection seperti kabur dan ghosting. Semua dikomunikasikan dua belah pihak dan clear dengan waktu yang cepat tanpa merugikan siapapun. 

Giliran ada yang diri suka, bener-bener suka, udah sampe bisa super being vulneraable, ekspresi baik secara perasaan dan emosi, semua diliatin, dan settle dari awal. Orangnya gak suka dan nge reject, itu pun dalam waktu lama dalam harapan palsu, digantugin, di ghosting, yang tanpa sadar malah harming dan abusing. Di dia nya tidak ada kerugian apapun, di diri wow bgt dampaknya dan proses pemulihannay cukup lama. Karena tidak dikomunikasikan dan jelas dari awalm jadi  lukanya terlalu dalam dan berkpanjangan.

Dari proses hidup itu, berlabuh dalam kesadaran,
ternyata yang aku butuhkan saat ini, bukan tentang uang dan karir, tapi cinta.
Akhirnya memutuskan fokus untuk urusan cinta ini dan mulai membuka diri,
yang saat ditelusuri ke dalam diri, ternyata aku tidak benar-benar membuka diri, seperti masih ada barrier tinggi dan rasa takut. Entah trauma relasi sebelumnya atau ada hal-hal lan yang  belum akus sadari. Dan pertamakalinya juga dalam hidup, dalam waktu lama tidak ada orang yang hadir dalam hidup, sampe beberapa teman aneh "masa sih", "masa sih". Ya emang ga ada. Ga ada yang suka, ga ada yang naksir, ga ada yang ngedeketin, ga ada yang ngajak kenalan, ya ga ada sama sekali.

Mungkin ga harus sampe nikah buru-buru, lebih ke arah ya punya teman hidup partner. 
Yang bisa deep understanding, yang nyambung secara intellectual, yang sama-sama deep feeling, yang terkoneksi secara jiwa, yang saling nurturing dan nourishing, yang punya level energy minimal sama, yang mutual (aku milih dia, dia milih aku. aku suka dia, dia suka aku. aku cinta dia, dia cinta aku), yang sama-sama bertumbuh dan berkembang, yang bisa co creation, yang selevel. 

Dan bener-bener gatau cari dan ketemu dimana, karena dari dulu gak pernah cari orang, orang-orang yang dateng sendiri. Dan sekarang ga ada satupun yang dateng dan hadir dalam hidup. 

2/12/24 (1)

Being heard and accompanied, is nurturing way for me. 

Saat ngobrol, curhat, atau cerita ke teman seumuran, banyak yang sibuk menganalisa, memberi solusi tanpa tahu whole nya dan tidak mau tau semua variablenya, memberi masukan yang tak diminta, membenarkan seharusnya seperti apa. Bahkan banyak yang langsung memotong, menilai, menjudge. Lalu sadar, kok cerita ke orang malah bikin hidup makin sengsara nelangsa, dan tak memberikan kebaikan apapun. 

Hingga suatu saat bercerita ke seseorang yang usianya jauh diatas, dari mulai cerita banyak kemana-mana hingga akhirnya nangis dan batin kembali space nan expand. Dan orang ini hanya bering present, mendengarkan tanpa judgement, give me space and safety. Dan aada beberapa kejadian seperti ini, hingga akhirnya semakin mengenali diri sendiri. Ternyata diri yang sering memendam emopsi hingga tidak thu sedang mengalami emosi apa, sedang dalam keadaan apa, dan butuh apa. Saat bercerita, tanpa sadar mengurai hal-hal yang sdah kusut, membuka lapisan-lapisan penutup emosi, hingag emosi naik ke permukaan dan released (biasnaya nangis). Saat bercerita dengan orang secara real (telepon/ ketemu langsung/ zoom) rasanya berbeda dengan saat jurnaling menulis sendirian. Emosi yang keluar nya lebih cepat dan banyak. Dan memunculkan experience baru: oh ternyata ada orang yang mau nemenin, oh ternyata aku gak sendiri, oh ternyata ada orang yang nerima, oh ternyata ada orang yang  mau bantu, oh ternyata ada yang peduli. Disitu kepercayaan diri terhadap dunia luar meningkat, yang efeknya lebih mampu vulnerable, mulai percaya orang, mulai berbagi/ atau mendelegasikan sesuatu, mulai terbuka, mulai mengenal being nurtured seperti apa, mulai sadar akan beberapa perasaan dan pikiran diri selama ini yang salah, mulai belajar sayang sama diri sendiri, dan banyak hal lainnya.

Dan dari semua perjalanan dan pengalaman diri, ternyata my needs gak lebay, gak susah, gak gede. Bahkan cenderung receh dan kecil. Sesederhanan ditanya kabar, diajak main, ditemenin semenit, being present effortless, dan banyak hal kecil lainnya. Anehnya, kenapa orang-orang pelit untuk kasih ya? 

Pernah hampir drop depresi, udah takut banget. Karena kalau udah jebol depresi, sembuhinnya lama banget bisa tahunan dan gak mau mengalami lagi. Di momen itu tiba-tiba cerita panjang ke orang, long text acem novel. Dan orangnya cuma bales "aku disini ya". Terus selesai aja, ga banyak cerita lagi dan ga jebol depresi. Aku merasa gak sendirian, ditemenin, dan ga jadi depresi. Meski gatau juga chat aku dibaca atau tidak, dia peduli atau tidak, yang pasti orang itu super sibuk dan banyak urusan. He saved my life dengan kalimat itu tanpa perlu melakukan apapun atau effort energy waktu dll. 

Kalau diruntut, gak ngerti juga ketemu orang-orang itu. Dan mereka datang dalam hidup di momen diri sedang super struggle suffering sesendirian. Dan saat semuanya sudah selesai, kembali baik-baik saja, orang-orang ini hilang sendiri. 

Hidupku sesendirian dari kecil. Gak kaya orang-orang yang punya family supportif nan bonding baik, punya temen, circle, pasangan, komunitas, dll. Aku selalu sendirian, kalau lagi susah ga ada satupun yang sadar diri sedang super susah. Kalaupun udah mau dying terus minta tolong, orang-orang nyepelein, nge reject, dll. Alhasil ya semakin menutup diri, semakin menyimpan masalah sendiri, semakin merasa sendirian, semakin merasa tak layak dapat kontribusi orang, dan semakin berjarak dan tak percaya siapapun. Dibantu nggak, malah di reject, disalahpahami, di reject, diabaikan, di abuse. Gak ngerti juga kenapa dunia sejahat itu? 

Mungkin selama ini, yang aku butuhkan dari kecil, ya being loved.
Being loved: being accepted for who am I, being accepted, being nurtured, being nourished, being space, being supported, being trusted, being understood, being heard, being seen, being protected, being appreciated. Experience consistency, stability, maturity, reliability, and safety. Emotional, spiritual, and intellectual needs meet. 

Thursday, November 21, 2024

21/11/24

Jaman masih mengantungkan kebahagian pada dunia luar, tanpa sadar diri dan hidup abis buat ngurusin dan benerin orang. Alih-alih fokus sama diri sendiri, menjaga diri, membahagiakan diri; malah jadi sibuk ngurusin orang, benerin lingkungan, sistem, dan memikirkan semua hal. Dimana akhirnya malah merugikan diri sendiri dan masuk kedalam penderitaan tak berujung wkwk.

Hingga beberes diri, semua change, terjadi secara otomatis.
Misal, kalau dulu di abuse dan di reject orang, malah stay bahkan jadi lebih kind.
Kalau sekarang, secara otomatis langsung bye dengan sendirinya. Tanpa perlu explanation, cari validasi, cari dukungan, cari teman, meragukan diri sendiri, jadi cemas, dan memicu masalah-masalah lain.

Kalau dulu sapa orang karena open for friendship dan care, terus di reject atau di respon negatif, sedih. Dan malah berusaha keras to be liked atau sesederhana dipahami.
Kalau sekarang ya just know it as information dan gak akan pernah nyapa lagi, apalagi pake acara karena care dan ingin berteman. Ya kalau disapa, ya merespon, tapi tidak akan pernah menyapa duluan.

Kalau dulu gampang bercerita panjang super jujur ke orang, sekarang sadar tidak semua orang dapat dipercaya, pantas, dan layak.
Kalau dulu saat cerita hanya cerita, dianggap macem-macem hingga negatif, jadi sedih dan terus bercerita. Kalau sekarang, yausudah tidak bercerita lagi pada orang itu. 
--------

Kadang orang merasa melakukan hal yang benar dan niat baik, tanpa benar-benar kenal orang dan situasinya, tanpa benar-benar sadar akan efeknya. Yang ada di benaknya, ya itu sudah benar, tepat, dan selesai. 

Self Reflection - 2

Tidak ada yang mengajarkan untuk memprioritaskan diri, menghargai diri, mencintai diri, melindungi diri, menjaga diri, membela diri, memperkaya diri, membuat batas, memenuhi kebutuhan diri dan cara untuk kebutuhan diri terpenuhi. 

Tidak diajarkan, tidak dibiasakan, tidak ada ruang untuk hal itu tumbuh. 
Entah karma dan janji apa yang aku bawa di kehidupan sebelumnya. 

Hingga akhirnya, disaat mencari dan berhasrat untuk merubah kehidupan,
banyak sekali tanda, peluang, pertemuan, info, dan petunjuk yang hadir.

Disitu diri mulai belajar mencintai diri, berbuat baik, menyayangi diri, membuat batasan, menghargai diri, mendengarkan diri, melepaskan sesuatu, termasuk mengejar apa yang benar-benar diinginkan. Disitu pula hidup mulai berubah. Dari yang awalnya berkorban-berkorban, nelangsa, menderita, struggle, sekarang jadi lebih banyak happy nya.

Sunday, November 10, 2024

Self reflection - 1

When we know ourselves well, we don't be bothered by people opinion and judgement about us.
When we be kind to ourselves more, we attract good things, people, and place better.
When we love ourselves more, we can build healthy boundaries effortless.
When we care to ourselves, we have purpose, goal, and discipline. 

When we know our worth, 
We can receive great things easily,
We are unstoppable can achieve everything that we desire, 
We can walk away from negativity, bad things, and toxicity quickly.
We will be surrounded by joy, abundance, love, money, happiness, healthy, wealth, respect, ease, accompanies, glory.

Monday, November 4, 2024

Unstopable

Semakin kesini, semakin menyadari dan disadarkan tentang banyak sekali hal tak penting dan benar-benar tak penting. Seiring itu dipertemukan dengan orang-orang yang fokus dengan hidupnya seperti apa keadaan dan kehidupannya. Rasanya seperti tertampar dan disini tantangan bukan pada resilince; namun tentang berbuat baik pada diri sendiri. Tentang meaafkan diri, menerima segala kebodohan yang dilakukan, dan segala hal tak berguna yang diri pertahankan, energy dan waktu yang terbuang. Saat itu sudah dilewati, mulailah membuka intimacy pada diri sendiri tentang apa yang mau dicapai, apa yang mau dituju, apa yang benar-benar diinginkan. The big picture sekaligus sebagai kompas hidup. 

Apa yang sebenar-benarnya penting untukku?
Apa yang sebenar-benarnya aku inginkan?
Apa dan bagaimana realitaku yang sebenar-benarnya?
Show me the truth, clearity, and guide me

Wednesday, October 2, 2024

2/10/24

Mungkin dahulu setiap merasakan hal-hal gak enak atau muncul pikiran kesadarana akan sesuatu, selalu di denial dan diabaikan. Hingga akhirnya seiiring waktu mengalami banyak hal, bertemu banyak hal, termasuk banyak hal terungkap, baru lah sadar sesadar-sadarnya: ternyata semua yang dirasakan dan kesadaran yang dulu muncul itu benar, valid.

Wednesday, September 25, 2024

25/9/24

Orang bisa semena-mena, karena mereka berada dalam comfort zone nya:
Ada keluarga yang support, ada pasangan, ada teman, ada circle, ada pekerjaan, ada pendapatan, semua kebutuhannya terpenuhi nan tercukupi dengan berlimpah (makan, tidur, gerak, cinta, kasih, harta, benda, ruang aktualisasi, pride, uang, intimasi, sex, bermain-main, keamanan secara fisik dan psikis, dll). Mereka akan mudah membuat boundaries, membuang, dan melepaskan sesuatu, karena tidak dalam keadaan kekurangan apapun, berada dalam posisi yang mengancam dan tidak aman, sendirian secara jiwa raga.

Misal, 
Seseorang yang tak pernah mendapati kasih sayang dari orang tuanya, lingkungannya, care giver, hidup dalam kesendirian kesepian, apa-apa sendiri, hingga di momen drop karena tangki cinta nya kosong dan membutuhkan itu dikala dirinya sendiri tak mampu mengisinya sendiri. Jika pengalaman merasakan dicintai pun tak ada, bagaimana bisa mengenal tentang cinta, bagaiamana bisa menciptakannya dan memberikannya pada diri sendiri? Kemudian, datanglah seseorang yang bisa membaca situasinya dan memiliki niat buruk. Ia berikanlah perhatian, kasih sayang, pasti senang dong orang ini. Hingga di momen, semua itu di hold, ditahan, di putus. Kebayang ga keadaan orang ini? Ibarat kelaperan, dikasih makanan, lagi enak-enak makan, belum juga kenyang, makanannya dirampas. Ya pasti kaget. Adapun lebih jauhnya muncul addiction, serotoninnya sudha mulai muncul dan banjir, tiba-tiba hilang. Pasti akan mencari dan willing to do everything to full it again. Dan disini abuse di mulai. 

Dan hal itu bisa terjadi dalam konteks apapun. Baik pekerjaan, pertemanan, percintaan, relasi dengan keluarga, kolega, dll. Jika ada hal-hal yang membuat diri reaktif (cemas, depresif hingga depresi beneran, intense anger, nge drop secara mental psikis dan fisik); coba cek: 
- kebutuhan apa yang tidak terpenuhi?
- boundaries apa yang dilanggar?
- issue diri apa yang kesenggol?
- bagian diri mana yang kosong/ menjadi kosong?
- apa yang sebenar-benarnya diri inginkan?

Mungkin mengisi hal-hal kosong dalam diri yang diri pun belum pernah merasakanannya, mengenal energy nya, memahami dan mengetahui apa itu dan seperti apa; menjadi hal yang sulit untuk di lakukan bahkan sebuah struggle tersendiri untuk hidup dan menjalani kehidupan dalam kekosongan dan kekurangan. Pada akhirnya, berserah diri dan meminta pertolongan-Nya adalah satu-satunya jalan. 

23/9/24

Ternyata insight itu sesederhana:

Dimanfaatin.
Tandanya blm mampu manfaatin diri sendiri. 
Next step: explore diri, kenali diri, dan manfaatin diri sendiri for own advantanges. 
Sehingga tak ada  satupun org2 di luar diri yg bs manfaatin diri lg. 

Dikhianati. 
Tandanya yg setia dan commit itu diri sendiri. 
Another insght: Just be loyal sama diri sendiri alias  never abandonment/ sacrifice 
ourself to everything outside us. Take care, protect, and priority ourself. 
Next step: know the value, buang org2 yg gak align  dgn value diri. Being kind and trust self more. 

Di abuse.
Tandanya diri kuat. Krn orang cuma bisa nge abuse orang2 yg kuat. 
Dan cm yg kuat yg bs di abuse. Krn yg lemah, tanpa di abuse pun udh ilang/ terisih sendiri. 
Next step: kenali diri sendiri lbh dalam, kenalin power potensi apa yg blm disadari, 
choose something different. 

Ditinggalin/dibuang.
Tandanya diri sdh tdk bermanfaat buat org itu/ gak dianggap penting/ sesedehana tidak dipilih.
Next step: ya biarin aja, terima, sadari. Being more kind and love self. 
Never being attached/ dependent to others

Friday, September 13, 2024

13/9/24

Makin kesini, makin jarang share pikiran, perasaan, dan pandangan di public space.
Lebih banyak disimpan sendiri atau share ke teman dekat, bahkan hilang dengan sendirinya.

Perubahan terbesar adalah mulai mampu being vulnerable dan nangis depan orang.
Ternyata banyak sekali kesedihan yang aku tekan, simpan dan abaikan hingga tak mampu 
dirasakan secara sadar. Sekarang, nulis seperti ini di coffeeshop saja berhasil meneteskan air mata. 

Mungkin hal-hal yang baik untuk diri memang akan datang sendiri dengan segala kemudahan.
Teman, tempat, orang, dan semua yang ingin berkontrubusi in nurturing way. 
Universe always support and on my back wherever I am. 

Consistency and Stability

Through the tapestry of countless years, a profound truth has emerged from the shadows of my heart: what I truly yearn for in every bond, every friendship, is a harmony of consistency and stability, wrapped in kindness. Consistency is the gentle rhythm of a steady hand, the unwavering melody of words spoken and deeds done, where I am cherished with unchanging grace, regardless of the storm. Promises spoken become sacred oaths, never to be broken. Stability is the calm, enduring presence, a steadfast anchor in the tempest, untouched by the tumult of emotions, harm, or chaos.

I have come to understand that consistency and stability are not mere virtues but the alchemical elixirs for healing the deep fissures within the nervous system and neuroplasticity. Consistency and stability indirectly provide a sense of safety, security, certainty, order, clarity, trust, and a healthy connection in personal growth and relationship.

Healed and Marriage

Many people might think that marriage is a solution to all problems, a shortcut. As a result, there are those who judge individuals who consider marriage as a mere "shortcut."

For someone who is used to being alone, has trust issues, a lot of trauma, frequently betrayed, distrustful of others, closed off, often abused, harmed, lacks a secure place, has no sense of belonging, feels ignored, and holds false beliefs about being unworthy of love, the barriers to letting someone in are high. Not just for marriage, but even forming friendships can be distant.

When all these issues are healed, and one realizes that marriage is a way of loving oneself (a need for love, companionship, sex, bonding, connecting, etc.), then the desire to get married can be seen as an achievement. It reflects that the person has started to trust others, is beginning to let people into their life, feels worthy of love, is willing to be somewhat dependent on others, is ready to commit, feels settled and comfortable with themselves, understands that life cannot be lived alone (that there are roles and contributions from others), and is starting to learn and accept (transformation of masculine energy to feminine energy).

Being Misunderstood and Loneliness

Loneliness is not about living alone, being far from relatives and friends, or being physically alone. For me, loneliness is when there is no one who truly understands me, who has a deep connection with me, and where there is a lack of emotional, spiritual, or intellectual connection.

Being misunderstood hurt me so much, make me feel alone and very lonely even thought I surrounded by many people, had great interaction, and engaged in many activities with them. Sometimes it led to self-isolated and keep everything just for me. 

I am still looking for my "family", people who can get me, share deep connection, sense of belonging, have same value and vision, deep understanding, mutually choosing and having a strong bond, feeling home with each other, trusting me, nurturing and nourishing each other's sincere. 

For people who doesn't get me and misunderstanding, 
My depth of feeling is considered excessive and dramatic.
My depth of thinking is labeled as overthinking.
My thoroughness in processing is seen as complicated.
My forward-thinking vision is dismissed as mere daydreaming.
My sincerity is misunderstood and exploited.
My sacrifices are taken for granted.
My good intentions are perceived as attacks.

Sometimes, I don't understand why people just care of themself and their circle; why people having term of condition for giving something; why people have fear that lead them to get everything to make secure even harming others (human, nature, animal); why people so easy to break promise and betrayed just for get advantages; why people do cheat. Just wondering, ss it difficult to love everyone and to love and give unconditionally?

Ok, back to the topic
Yeah, being misunderstood very hurtful and make so lonely. 

Wednesday, September 4, 2024

Knowing Self

Saat mengenal diri, kita akan tahu apa yang sebenar-benarnya kita suka, inginkan, hasratkan, mau, takuti, hindari, batasan, dan banyak hal lainnya. Dimana itu semua memerlukan keberanian untuk menyelami diri sendiri dan jujur sejujur-jujurnya. 
Saat mengenal diri, kita akan tau apa yang menjadi tujuan diri, tujuan hidup, hal-hal yang membuat diri hidup, hal-hal yang membuat diri "mati", apa value diri, kemana arah diri. Termasuk terbentuknya barrier secara tak langsung sebagai penjaga keseimbangan diri dan berada di jalur semestinya. 

Saat mengenal diri, tak banyak energy yang terbuang sia-sia ataupun mengambil energy-energy yang tak  memberdayakan bahkan membuat diri menderita dan sakit jiwa, raga, batin. Kita akan tahu mana yang nenar-benar milik diir, mana yang milik orang lain ataupun proyeksinya. 

Saat mengenal diri, semua akan bersinergi bergerak, berjalanan, mengalir, dan jatuh pada tempatnya masing-masing. Tak perlu ada yang dipaksakan, berusaha dilepaskan, ataupun disimpan. Semua berjalan dengan sendirinya secara mudah, cepat, dan penuh keberlimpahan. 

Saat mengenal diri, lalu menerimanya, menghargai, berani jujur, sayang, dan menjalin intimasi menjadi satu kesatuan dengan keseluruhan bagian diri (secara jiwa, pikiran, tubuh) maka semua yang diri butuhkan, kemudahan, keberlimpahan, akan datang sendiri. Termasuk pekerjaan, jalan yang terbuka lebar, kemudahana, peluang, dan orang-orang diri. Karena diri sudah menjadi magnet yang menarik semua hal yang se frekuensi dan memiliki vibrasi yang sama dengannya.

Monday, September 2, 2024

Relasi

Salah satu tempat terbaik untuk melihat diri sendiri adalah lewat relasi romansa.
Tempat dimana mampu merefleksikan jenis attachment diri, issue diri, pengkondisian masa kecil, trauma diri, self image, self esteem, self worth, kedewasaan, boundaries, keterikatan, keterbukaan, trust issue, kepercayaan, komunikasi, koneksi mendalam, ikatan emosi, termasuk tempat refleksi relasi dengan diri sendiri. 

Tidak semua orang yang diri suka, memiliki ketertarikan dan perasaan yang sama.
Jika pun sama, belum tentu memiliki keberanian, keterbukaan untuk berkomunikasi, mengekspresikan, mengizinkan diri untuk masuk, menerima segala kontribusi diri, termasuk mencintai.
Jika pun mampu dan bisa, belum tentu compatible dan saat bersama saling bersinergi.
Jika itu dapat terjadi, belum tentu memiliki value dan tujuan yang sama.
Jika itu semua terlaksana, belum tentu pula saling memilih, bersama, dan berkomitmen.

Mungkin banyak yang cuma pengen seneng-senengnya aja (ada temen main, ada temen ngobrol, bisa sayang2an, ada intimasi dalam banyak hal, dll). Dan saat sesuatu getting hard, intense, serious; menyudahi semuanya bahkan kabur, menjadi pilihan paling mudah. Dan pola itu terus terjadi, entah karena menghindari komitmen, tanggung jawab, bertumbuh, kedewasaan; bentuk menghargai diri, mencari yang terbaik, cocok, dan terus mendapatkan penganti yang lebih baik; atau justru bentuk dari ketidakmampuan menyelesaikan konflik, masih ada issue diri, dan tidak mampu sendiri (harus punya pasangan). Banyak alasan dengan segala latarbelakangnya.

Dari relasi yang selesai baik-baik, masih ada masalah yang tak pernah tuntas dan dituntaskan, berkonflik, yang berubah menjadi musuh, yang tetap baik-baik saja, yang menjadi teman, yang masih sayang, yang berubah benci, ataupun netral tanpa kesan dan luka apapun. Pada akhirnya semuanya hanya ajang transformasi untuk diri sendiri menjadi pribadi yang lebih baik, lebih dewasa, lebih bijaksana, sembuh dari segala trauma dan issue diri, dan menjadi versi terbaik diri. 

Orang-orang yang hadir dalam hidup, terutama yang pernah ada jalinan intim yang melihat diri setelanjang-telanjangnya tanpa ada barrier dan rahasia apapun, yang selalu berhasil menekan red bottom hingga diri meledak-ledak seperti orang gilak, yang mampu memberikan rasa "rumah", yang pernah menjadi tempat ternyaman dan aman, yang pernah di bela mati-matian, yang pernah dicintai hingga lupa mencintai diri sendiri, yang pernah di prioritaskan diatas diri sendiri, yang pernah dijaga hingag diri rusak, apapun itu semua. Pada akhirnya ada jenis orang yang saat sudah mendapatkan semua yang dibutuhkan dan mendapat pengantinya, ia pergi meninggalkan diri dan melupakan secepat kilat tanpa kesan apapun; atau malah justru meningalkan banyak kesan hingga trauma mendalam yang butuh tahunan untuk menyembuhkannya. Dari itu semua, salah satu hikmah yang bisa dipetik adalah, selalu jadikan diri prioritas dimana pun berada dan dengan siapapun. Jangan pernah menajdi keset dan budak untuk siapapun, karena tidak semua orang yang hadir dalam hidup adalah orang baik, orang yang memiliki kualitas yang sama, yang jiwanya sama-sama pemberi dan tulus, yang tak punya hidden agenda apapun, yang setia, yang selalu menjaga perkataan dan janji, yang mau dan berkorban tanpa batas. 

People changes dan semuanya bisa berubah. 
Just take care of yourself, honey. 

Sunday, September 1, 2024

Ketakutan

Saat terbiasa kekurangan secara harta, ketika mendapatkan harta berlimpah; mungkin rasanya ingin lebih dan ada ketakutan kehilangan dan menjadi kekurangan kembali.

Saat terbiasa menderita dan kosong, ketika mendapatkan kebahagian, suka cita, dan content; mungkin ada ketakutan untuk kembali menderita dan sekuat tenaga mempertahankan kebahagiannya untuk tidak hilang sekecil apapun.

Begitupun sebaliknya, saat terbiasa mudah, bahagia, kaya raya; maka akan terus mempertahankan kondisinya bahkan muncul hasrat untuk mendapatkan lebih dan lebih; dari cara yang baik bagi semua pihak hingga cara apapun dilakukan meski merugikan bahkan "membunuh" orang lain dan merusak alam.

Dan pada akhirnya semua itu hanya bagian dari perjalanan kesadaran dan kedewasaan spiritual. 
Kesadaran untuk telepas dari segala hal. 
Kesadaran untuk terkoneksi terhadap diri sendiri.
Kesadaran untuk belajar menerima segala hal dan menikmati setiap prosesnya dengan tangan terbuka dan suka cita, apapun itu.
Kesadaran untuk semakin percaya pada kemampuan diri sendiri dan keyakinan akan kuasa Tuhan.
Kesadaran untuk mengenal diri sendiri dan apa yang sebenar-benarnya menjadi tujuan dan tugas hidup.
Kesadaran untuk terkoneksi dengan semua hal tanpa ada keterikatan apapun.
Kesadaran untuk menjadi diri seutuhnya dan meluruhkan seluruh ego.

Friday, August 16, 2024

Its a choice, honey.

Saat mengenal dan menyadari segala trauma diri; tanpa sadar fokus, energy, dan waktu tercurah pada mencari-cari masalah diri, luka-luka diri, dan menyembuhkan diri. Tanpa terasa tahunan hilang tanpa menciptakan apapun, dan masalah-masalah diri semakin terlihat, bermunculan, tak kunjung selesai. Lalu datanglah momen dimana energy dan waktu habis untuk membangun kehidupan orang lain dengan mengerus dan mematikan diri sendiri. Tahunan pun berlalu, hingga akhirnya secara perlahan mulai menarik kembali fokus pada diri sendiri. Merawat diri, menutrisi diri, menyayangi diri, dan membangun kehidupan sendiri. Waktu yang sangat panjang, memakan waktu 30 tahun lebih untuk sampai ke titik ini. Dan akhirnya dari situ pun belajar untuk berbuat baik pada diri dengan memaafkan, memaklumi, merangkul, menyemangati, dan melepaskan hal-hal yang sudah lewat. Apapun yang sudah terjadi ya yaudah. Pilihan berbeda apa yang bisa aku pilih untuk kehidupan yang lebih baik dan kembali menjadi diri sejati yang utuh dengan segala kemampuan diri keluar maksimal untuk keberlimpahan diri dan meberikan dampak baik untuk banyak kehidupan (termasuk untuk alam, mahluk lain) di dunia ini? 
------

Setiap mahluk memiliki kelebihan dan kekurangan,
Setiap kehidupan menghasilkan pengalaman baik dan buruk
Setiap pengalaman memberikan kesenangan dan penderitaan
Setiap persingungan memberikan kesan ataupun trauma.

Dari semua yang hadir, kemanakah fokus kita?
Apa yang kita fokuskan dan putuskan?
Its your choice, honey. 

Still whole

Laptop sempet gak nyala kalau tidak sambil di charge. Sempat menganggap rusak, disfungsi, tak bernilai dan diabaikan. Sampai di momen sadar, itu semua terjadi karena awalnya lupa cabut chargeran beberapa hari, kemungkinan besar batrenya bocor, alias masalahnya hanya di baterai yang harganya 1/20 laptopnya (just 5%). Hanya karena 1 komponen yang tak berfungsi baik dan maksinaml, bukan berarti yang lainnya rusak dan sudah tak bernilai berarti lagi. Begitupun dengan diri dan kehidupan. Saat ada sesuatu yang bermasalah/ sedang tidak berfungsi maksimal, bukan berarti semuanya hancur, tak dapat berfungsi, dan tak ada kehidupan lagi. 

16/8/24

Gak nyangka bisa happy di tempat ini meski gak ada keluarga atau sanak saudara.
Awal-awal udah takut, takut kesepian, takut sendirian merana, takut ini itu kaya jaman dulu kerja di timur. Bahkan sebelumnya pernah ke kota ini, sempet nelangsa. Dan ternyata berbeda. Di kantor gak banyak aktivitas sosial, orang-orangnya masing-masing, di kosan gak kenal siapa-siapa dan gak minat cari temen juga. Sehari-hari gak ada yang tanya kabar, gak ada yang ngecek, ga ada yang kontak-kontak, rasanya bahagia-bahagia aja. Dan tak mencari-cari orang atau berusaha terkoneksi dengan orang lain. Aku bahagia dengan diriku sendiri. Terimakasih ya diriku, terimakasih telah bertransformasi dan terus expand tumbuh. Love you, Utie!

Saturday, August 10, 2024

Tak apa

Jika tak ada yang peduli, tidak apa-apa. Pedulikan saja diri sendiri. 
Jika tak ada yang menerima,  tidak apa-apa. Terimalah diri seutuhnya.
Jika tak ada yang memilih, tidak apa-apa. Selalu pilihlah diri sendiri.  
Jika tak ada yang percaya, tidak apa-apa. Percayalah pada diri sendiri. 

Jika tak ada yang mau mendengarkan, tidak apa-apa. Dengarkan diri dengan baik. 
Jika tak ada yang bersedia mencintai, tidak apa-apa. Sayang dan cinta diri sendiri saja.
Jika tak ada yang menjaga perasaan dan lainnya,  tak apa-apa. Jaga diri sendiri saja.
Jika tak ada yang setia dan dapat dipercaya, tidak apa-apa. Setia saja pada diri sendiri. 

Jika tak ada yang mau berteman, tidak apa-apa. Berteman dengan diri sendiri saja.
Jika tak ada yang mau menemani, tidak apa-apa. Menjadi nyamanlah dengan diri sendiri.
Jika tak ada yang mengajak, tidak apa-apa. Ciptakan saja kebahagian sendiri.
Jika tak ada yang memberi kesempatan, tak apa-apa. Ciptakan saja panggung sendiri. 

Pada akhirnya, hanya diri sendiri yang memiliki kendali untuk memberikan dampak (baik, buruk; bahagia, menderita; maju, diam; mati, hidup) pada diri sendiri. Apapun yang dilakukan orang, sejatinya hanya pilihan mereka saja, tak ada hubungannya dengan diri. Orang bisa datang dan pergi, bisa baik dan jahat, bisa melakukan apapun yang mereka mau dan bisa lakukan pada diri. Dan satu-satunya yang memebrikan izin untuk semua perlakuan orang berdampak pada diri, ya diri sendiri. Begitupun saat orang melakukan hal berbeda pada diri, diri memiliki kendali untuk menciptakannya sendiri. Tak apa-apa jika orang yang kita anggap teman, baik ke yang lain namun jahat ke diri. Tak apa-apa orang yang dianggap keluarga sangat mengayomi ke yang lain namun abai dengan diri. Yang penting, lakukan hal-hal baik pada diri apapun yang terjadi di luar sana. 

10/8/24

Entah berapa banyak sumpah yang diucapkan untuk mengutuk diri 
Entah berapa banyak janji yang dilontarkan untuk tidak mencintai diri
Entah berapa banyak ikatan yang tercipta untuk selalu menyakiti diri
Entah berapa banyak kontrak yang disetujui untuk menolak kejayaan
Entah berapa banyak perjanjian yang disepakati untuk selalu menderita

Di sepanjang kehidupan semenjak jiwa hadir di dunia hingga detik ini.

Dan butuh waktu 30 tahun lebih untuk menyadari, melepaskan, membatalkan, mematahkan itu semua, hingga kemudahaan, kejayaan, cinta, kasih, kebahagian, keriaan, mulai mampu masuk ke dalam diri dan merubah kehidupan menjadi lebih menyenangkan, ringan, baik, membaik, berkembang, berkemudahaan, dan mendapati hal sebanding bahkan lebih yang memang layak.

Friday, August 2, 2024

2/8/2024

No one can harm you, until you allow them.
Nothing can affect you, until you allow it. 

If people harm you, you can choose to walked way and take it personally. 
If things effect you, you can handle it without make it so significant.

Thursday, July 11, 2024

Being Mean

Kadang orang menjadi jahat ada alasan dibaliknya yang membentuk dirinya menjadi seperti itu.
Kadang orang menjadi jahat bukan karena perjalanan hidupnya, namu pilihan sadarnya.
Kadang orang menjadi jahat di waktu-waktu tertentu dan kembali baik.
Kadang orang menjadi jahat memang sudah kepribadian dan aslinya.

Kadang ada orang yang senang melihat orang lain menderita.
Kadang ada orang yang senang melihat orang lain kesusahan.
Kadang ada orang yang menikmati penderitaan dan kesulitan orang lain
Kadang ada orang yang membuat penderitaan dan kesulitan untuk orang lain.

11/7/24

Saat seseorang memberikan kontribusi, sekalipun ada kejadian tidak nyaman, selama kontribusi yang ia berikan equal dari penderitaan yang dia hadirkan, maka kecenderungan santai akan lebih tinggi.

Jika kontribusi melebihi kesulitan dan ketidaknyamanan yang ia hadirkan, maka kecenderungan bersyukur lebih tinggi. 

Jika penderitaan dan masalah yang diberikan jauh lebih banyak daripada kontribusi kebaikan, maka berpotensi menghasilkan nelangsa dan suffering. 

Jika hanya penderitaan, masalah, dan kesulitan yang diberikan dan dihadirkan tanpa kontribusi kebaikan dan pengalaman menyenangkan, maka potensi munculnya anger, resentment, dan penderitaan akan sangat tinggi layaknya petasan yang tak berhenti hingga da kebutuhan yang terpenuhi. 

Kadang itu semua bukan tentang masalah penerimaan dan keikhlasan, namun ya memang kebutuhan dasar manusia akan kebutuhan. Jika selalu diambil, disedot, di exploitasi, tanpa pernah terisi apapun, maka hal defisit itu akan termanifestasikan pada kemarahan, penderitaan, kesakitan, kesedihan, kesulitan, ketidakbahagian, penuntutan, kegilaan, pembunuhan, atau bahkan bunuh diri. 

Jika ada yang kita ambil dari orang, alam, apapun itu, maka sebaiknya ada yang kita kontribusikan dan berikan juga sebagai bentuk rasa syukur, menghargai, menjaga keseimbangan, dan harmoni. Jangankan manusia, alam pun ika terus-terusan diambil, diexploitasi, tanpa pernah dirawat, diperhatikan kebutuhannya, dijaga keseimbangannya, maka akan marah dan meledak, entah dalam bentuk penipisan ozon, perubahan iklmi yang tak terpediksi, tsunami, banjir, pemansan global, dan lain sebagainya, yang akan memberikan dampak pada seiisi bumi lainnya termasuk hewan yang tak bersalah sekalipun.

Manusia yang kekurangan cinta, bisa tumbuh menjadi manusia tanpa empati dan belas kasih. Manusia yang selalu dikhianati, disakiti, ditolak, diasingkan, diamnfaatkan, dilecehkan, diabaikan, diperlakukan buruk, bisa tumbuh menjadi monster yang siap "membunuh" siapapun tanpa ampun atau justru membunuh dirinya sendiri karena merasa tak layak, tak bernilai, tak dianggap, dan tak berarti. 

Maka,
Jika ada yang kita ambil dari siapapun dan apapun, alangkah baiknya ada yang kita berikan dalam takaran yang minimal sama. Dan sejatinya apapun yang kita lakukan (baik, buruk) semuanya akan kembali pada diri. Entah saat ini, nanti, pada keturunan, di dunia, ataupun di akhirat. 

Seandainya kita menyadari bahwa diri kita sudah cukup dan Tuhan mencukupkan semuanya, tak perlua da ketamakan untuk selalu mengambil tanpa pernah mau memberi. Dan bagi para pemberi, sudah waktunya untuk belajar membuat batasan sejauh apa memberi dan kepada siapa. Karena tidak semua orang layak untuk diberi, ditolong, dibukakan pintu kasih. Pedulikan diri sendiri dahulu, karena banyaks ekali manusia-manusia yang hanya ingin mengambil di luaran sana tanpa peduli dampaknya pada orang lain. 

Tuesday, July 9, 2024

Rumor

Gosip atau rumor, bakal ada aja dimanapun kita berada.
Namanya juga mahluk sosial dan kita bergaul, bersosialisasi, kenal orang-orang. 

Dulu kesel banget kalo tau gosip diri apalagi judgement orang-orang. kesel karena its not true and not the truth. Sampe di momen, apa yang ada dipikiran orang dan semua berita yang beredar ya sebatas pikiran orang-orang aja, alias gaka da hubungannya sama diri. Dan diri pun gak perlu juga menjustifikasi atau mengklarifikasi. kecuali memang ada hal-hal yang perlu atau ada orang dengan berani menanyakan  kebenarannya. Jika tidak, yaudah biarkan orang dengan pikiran, asumsi, dan judgement nya. 

Lucunya, kadang banyak banget orang-orang yang gak kenal diri yang tau gosip diri ini itu. Dikala mereka gak kenal, belum pernah ketemu, belum pernah interaksi. Bahkan rumor yang di degarnya berkembang menjadi asumsi dan judgement. 

Kalau ngurusin pikiran dan rumor, diri sendiri yang pusing. Dan ribet banget ngontrol pikiran, asumsi, dan penilaian orang terhadap diri. Bahkan kebenaran saat itu belum tentu sebuah kebenaran dan seusatu yang pasti akan terjadi atau terulang menjadi penialain tetap. Karena diri berubah, beda situasi, kondisi, keadaan, dan terus bertransformasi. Bagi orang-orang yang tak mau melihat perubahan dan membuka diri terhadap versi diri yang baru dan terus berkembang, ya yaudah. Itu pilihannya. Justru mereka yang rugi, karena ada hal-hal yang bisa kita kontribusikan atau ada hal-hal yang sedang mereka butuhkan ada di kita, tapi gak pernah bisa mereka receive karena sudah ada judgement solid tentang diri yang tanpa sadar nge reject dan "nge block". Dan gak apa-apa. 

Saturday, July 6, 2024

Nilai

Jika seseorang tak bernilai di mata diri, 
Maka seseorang itu akan diperlakukan tanpa mempertimbangkan apapun (perasaannya, dampaknnya, efeknya). Karena tak ada yang diri takutkan. Tidak takut di tolak, tidak takut menyakiti, tidak takut kehilangan, tidak takut merusak reputasi, tidak takut merugikan diri, termasuk tidak takut tersakiti karena tidak ada maknanya bagi diri. 

Jika diri masih ada jeda saat berhadapan seseorang, jeda untuk berfikir kata-kata yang pas agar tak meyakiti, jeda untuk bersabar dan memberi ruang, jeda untuk bertoleransi, jeda untuk hati-hati dalam bersikap agar tidak merusak dan merugikan orang tersebut, jeda untuk memirkan dampak reaksinya terhadap diri jika diri berkata atau melakukan sesuatu. Tandanya orang tersebut masih ada nilainya di mata diri. Ada perasaan untuk tidak menyakiti, untuk menjaga, berelasi baik, tetap bersama, dan menyelesaikan masalah yang dibuat diri secara bersama tanpa kabur meninggalkan sendirian. 

Semakin orang berhati-hati terhadap orang lain, tandanya orang tersebut masih memiliki arti dimatanya.
Semakin orang terdampak atas sikap dan perkataan orang lain, tandanya semakin bermakna orang tersebut, karena diri akan hanya tersakiti, terdampak besar oleh orang-orang yang diri anggap bernilai. 

Friday, July 5, 2024

Gratitude

I am so grateful to meet people. 
After months of living in solitary isolation with limited movement.

Joined charity for healing session.
Attended Expat Community

Thankyou for being open to me to join your event, filling my social and emotional tank.
Thankyou for several people who invited me and met me in person.
Thankyou for me to reached people out and went to the event. 

Gratitude

Thankyou for you, dear myself.
to be a gift for others
to be sincere
to be forgiving
to be truly self
to be explorer

Thankyou for you, dear myself.
to trust self more and more time by time.
to be kind to self
to be forgiving to self
to keep moving
to keep growing

Relationship

Ternyata relationship itu luas sekali

Ternyata connection itu tak harus serius dan intense
Ternyata relationship itu bisa seringan kapas dan tetap terkoneksi
Ternyata tak selamanya sedarah akan menerima, tak selamanya dunia luar akan baik-baik saja, tak selamanya relasi akan terus sama, tak selamanya semua hal hadir secara mutual dan satu tujuan.

Dalam hubungan romantis, banyak sekali jenisnya.
Ada pernikahan, pacaran, selingkuhan, cadangan, hubungan tanpa status, fwb, no string attached, situationships, ons, just for fun, committed, serious, monogamy, non ethical monogamy, open relationship, open marriage, dsb.

Begitupun dalam pertemanan.
Ternyata banyak juga jenisnya. Ada sahabat, ada circle, ada teman main, teman baik, kenalan, teman aktivitas bersama, tteman traveling, teman bercerita, teman musiman, teman situation, teman bisnis, teman for fun, for intimate, for play, for growth, for business, ada yang longterm, ada yang shorterm, ada yang hanya sebatas kepentingan dan kebutuhan, ada yang tulus, ada yg transaksional, ada yang aji mumpung, ada yg pansos, ada yang nurturing dan saling nourishing, ada yang taking, dll.

Tak ada yang memberitahuku akan itu semua, hingga akhirnya tahu setelah banyak sekali kejadian dan pengalaman yang tak ingin kuulang lg. Akhirnya sadar, tak semua orang layak untuk masuk ke dalam rumahku yang penuh kehangatan dan ketulusan meski memiliki pekarangan yang sangat intense. Tak semua layak untuk dibukakan pintu pagar, menerima keterbukaan, kepercayaan, dan baagian penting yang dimiliki. Tak semuanya layak untuk mengenal dan mengetahui diriku, perjalanan hidupku, perubahanku, dan hasrat hidupku. Entahlah, apakah memang tak semuanya layak atau justru memang taka da yang layak mengetahui itu semua selain diri sendiri. Yang pasti dari semua yang dilewati, ternyata relasi itu sangatlah mudah jika semua pihak berada dalam level yang sama (tujuan, value, effort, empati, frekuensi, vibrasi), saling menerima, dan mutual. Tentu saja tak semua orang mampu untuk sama dengan diri apalagi mau menerima diri, dan tak apa. Biarlah yang tak berkontribusi pergi menjauh dengan sendirinya, dan yang memang sangat berkontribusi nan mutual datang dengan sendirinya dan terkoneksi dengan mudahnya.

Tak perlu mengejar. Karena yang ingin bersama, tak akan pernah pergi ataupun menjauh.
Tak perlu terlalu berusaha. Karena yang memiliki value yang sama dan mutual, akan saling bergerak menuju titik Tengah.
Tak perlu menjadi satu-satunya yang menjaga. Karena relasi yang nurturing dan nourishing akan saling menjaga satu sama lain.
Tak perlu terlalu menggengam. Karena relasi yang terkoneksi secara kuat, akan tahu kemana tempat berpulang.
Tak perlu membatasi. Karena yang ingin bertumbuh akan saling memberi ruang.

Saturday, June 29, 2024

29/6/24

 Aku bersyukur dengan ayah yang tak pernah hitung-hitungan dan mau mengurus anaknya.
Aku bersyukur dengan ibu yang (kok gak muncul apa2 ya di pikiran dan benaku?)
Aku bersyukur dengan adik yang baik, yang tak pernah ada keiirian dan kompetisi sesama saudara.
Aku bersyukur dengan orang-orang baik yang hadir dalam hidupku.
Aku bersyukur dengan diriku sendiri.

Tak Semua

Tidak semua hal perlu dibicarakan, disampaikan, diceritakan, diungkapkan.
Mungkin dulu itu semua hanya sampai di pikiran dan logika. 

Semakin kesini, hasrat untuk bercerita, menyampaikan, mengeskpresikan, mengungkapkan, membuka diri, semakin menurun. Rasanya tak semua orang layak untuk mengenal diri, tak semua orang layak untuk mengetahui,  tak semua orang aman dan efeknya baik untuk diri. Mungkin saat bertemu orang-orang yang semena-mena, menyakiti, menghakimi, mencibir, menolak, tanpa sadar ada barrier diri yang naik dan semakin menutup diri. Dari situ, mulai belajar membuat lapisan-lapisan dari dunia luar terhadap diri. Karena tidak semua orang layak untuk mengenal dan diri berhak untuk dikelilingi orang-orang yang memang baik with pure intention, nurturing, nourishing, caring, mutual. 

Monday, June 24, 2024

Mengenal Diri

Ternyata kebutuhanku secara fisik tinggi sekali.
Kebutuhan untuk bergerak, aktif secara fisik, olahraga, traveling (moving form one place to other place), ketemu orang secara langsung, kehadiran fisik, interaksi langsung hadir utuh (fisik, emosi, mental), engage secara langsung offline, dsb nya. Ternyata kebutuhan akan adanya kehadiran fisik dan dikelilingi banyak orang yang memiliki tubuh (bukan mahluk2 halus) tinggi sekali. Dan kebutuhan yang harus terpenuhi setiap harinya, jika tidak, amburadul yang efeknya bisa kemana2.

Disaat orang - orang seneng kerja wfh, aku nggak.
Udah dari kecil hidup sendirian, apa-apa urus sendiri, terus mandiri sendirian sampe gede, termasuk tinggal sendirian gak ada siapa-siapa, terus kerja wfh hanya menatap layar dan duduk sepanjang hari, rasanya seperti membunuh diri secara perlahan. Meskipun ada interaksi face to face online tiap pagi dan sore, serta komunikasi aktif sepanjang jam kerja, rasanya belum mampu memenuhi kebutuhan sosial dan emosiku, efeknya ya jadi gak bahagia dan lama kelamaan bisa berdampak ke kebahagian, kesehatan fisik dan mental, lama kelamaan bisa mempengaruhi kinerja juga. Apalagi kalau gajinya pas-pasan, bisa habis cuma buat bayar cafe to cafe untuk kerja (karena cafe adalah public space yang pasti ada manusia lain). Karena itu, aku lebih memilih bekerja secara offline. 

Dari banyaknya pengalaman, akhirnya mengenal diri sendiri. Kalau diri lebih bahagia saat bekerja secara offline yang ketemu orang nyata setiap harinya dan banyak mobiltas kesana sini (aktif secara fisik), ketemu orang-orang baru, kerjaan yang menantang dengan pace cepat, rasanya benar-benar fullfilment banget. 

Untuk relasi (pertemanan dan romance) kehadiran fisik penting. Meski gak harus ketemu tiap hari, ternyata butuh terman beraktivitas bareng atau sesederhana hadir secara fisik. Ya memang meski relasi bisa dirawat dari jarak jauh tanpa pertemuan tahunan-belasan tahun masih bisa terkoneksi secara emosi, namun saat kebutuhan fisik tidak terpenuhi, rasanya pun sedih. Atau ya cari teman main yang memang bisa hadir nyata dan mutual.

-------
Semakin kesini, dari segala hal yang terjadi (baik buruk, nyaman tak nyaman, sedih bahagia, semuanya itu) mengarahkan pada kontemplasi diri, melihat ke dalam diri, dan semakin mengenal diri sendiri. Dari mengenal diri, semakin jelas juga value diri, tujuan diri, boundaries, apa yang diri suka, apa kelemahan dan kekuatan diri, apa yang bisa di kembangkan, apa yang perlu dibiarkan, termasuk menerima diri sendiri. Saat mampu menerima diri, security pun muncul, tak ada yang bisa mengoyahkan, memanipulasi, atau mengacak-ngacak diri, karena tidak ada insecurity apapun. Dimana sebelumnya, telah mampu melihat jauh lebih dalam termasuk segala luka, issue, program-program diri, menerima itu semua. Saat itu terjadi, maka proses healing pun akan mudah terjadi. Dan diri terus bertransformasi, berkembang, bertumbuh, terus dan terus. 

Friday, June 21, 2024

Sibuk

Dalam dunia yang penuh permukaan, berada di permukaan, bermain di permukaan,
mungkin sangat dikit bahkan jarang yang mau melihat lebih dalam dan menyelami.

Semua sibuk membranding diri, menunjukan pencapaian diri yang dapat diraba panca indra, sibuk menjaga citra diri, sibuk mengontrol persepsi orang akan dirinya dengan memilah-milah apa yang perlu diperlihatkan dan disimpain, sibuk menilai hanya dari beberapa kejadia permukaan, sibuk menyimpulkan tanpa pernah berani untuk masuk lebih dalam dan lama. 

Kesibukan mengumpulkan, menganalisa, menyimpulkan data-data yang tak pernah diketahui kebenarannya. Menjadikan itu semua sebagai kebenran mutlak yang tak akan berubah dan akan terus sama hingga hanyat, tanpa pernah mau benar-benar netral dan objektif untuk melihat dinamika dan perubahan yang terjadi. Semua sudah berada dalam patokan penilaian setiap masing-masing individu yag melakukannya. 

------

Riak di permukaan memang akan jauh lebih nyaring dari arus di dasar laut, menarik perhatian
untuk mendapatkan energy sebagai supply melanjutkan riak lainnya sebagai bentuk eksistensi. 

Thursday, June 20, 2024

Mengenal

Orang gak tau apa yang diri alami
Orang gak kenal yang benar-benar kenal
Orang gak tau sejarah dan proses diri
Orang gak tau apa yang telah dilewati

Lalu, mengapa pusing dan mengizinkan omongan orang berdampak pada diri?
dikala mereka tak kenal, tak tahu, tak mengenal.

Pertemuan singkat beberapa kali, tak menjamin orang tahu akan diri.
Bersama bertahun-tahun, belum tentu juga benar-benar kenal.
Apalagi yang hanya selewat tanpa ada niatan untuk mengenal.

Semakin mengenal diri, semakin menerima diri, semakin menyadari segala proses dan perubahan, semakin aman dengan diri sendiri; semakin tidak peduli dengan omongan, penialain, penghakiman siapapun sekalipun satu darah. 

Orang yang benar-benar mengenal diri, ingin mengenal, memiliki relasi yang mutual; akan mampu muncul empati, keterhubungan, toleransi. Mereka tidak akan pernah menilai apalagi menghakimi sama sekali. Bahkan justru saling mendukung, merawat, dan menutrisi. 

Wednesday, June 19, 2024

Longing For

In the deep down, I am longing for something that I have never been tell anyone.
But, when the what I am longing for come to my life, I am so scary to receive it.

Tidak Penting

Ternyata banyak sekali hal tidak penting dalam kehidupan sehari-hari.

Ternyata semakin peduli dengan diri, mengharga diri, mengenal diri, mengetahui (dan memiliki) tujuan hidup, semakin mudah untuk mengetahui hal-hal tidak penting dan mengembalikan fokus ke hal-hal penting. Dan itu terjadi secara alami.

Saturday, June 15, 2024

Relationship and Communicate

If someone want to be in your life and still have good healthy relationship with you,
She/He will communicate her/his boundaries to you.

If someone tell his/her boundaries to you, 
it means she/he want you still in his/her life and have good healthy relationship. 

If you want she/ he still in your life with healthy relationship, 
you will respect his/her boundaries. It means, the relationship is mutual. 

If someone just cut you off without any explanation, so you don't know what's going on/ something wrong/ what boundaries you have been crossed. Just let it go. People who respect and want you in their life, never makes you wonder, be confused, question about what happened. If they come back, it means they gone is their needs of space. If they never comeback/ never be same again, see is for what it is. 

Friday, June 14, 2024

I used to

I used to often isolate myself in difficult moments when I actually needed help and others the most.
I used to always sever connections with anyone, anything, including myself, at the time when connection was most needed.
I used to always bear all burdens and problems on my own shoulders, resolving them without anyone's help, when my mind and body were barely strong enough to endure it.
I used to often reject feelings of love and affection when I needed them the most.
I used to often reject success, ease, and opportunities when I was capable of soaring high very quickly with all of that.
I used to often beg for love, chase after those who rejected me, cling to things that didn't appreciate me, when there were so much love, kindness, and good opportunities present that I actually turned away.
I unconsciously often neglected and sabotaged myself from all the ease, happiness, success, abundance, and wealth. Yes, that was then. Now, I choose differently.

Thursday, June 13, 2024

Gratitude

Kadang terlalu bersyukur dengan apa yang terjadi yang sumbernya dari luar: orang, kejadian, tempat, barang, kebaikan, dll. Mungkin menjadi lupa untuk berterimakasih dan bersyukur pada diri sendiri. Karena semua hal hadir dalam hidup, adalah diri sendiri yang menarik itu semua dan mengizinkannya untuk terjadi.

Begitupun saat hal tidak menyenangkan, buruk, kerusakan, pelecehan, exploitasi, penderitaan terjadi pada diri, tanpa sadar meras diri korban dan menjadi tak berdaya. Padahal itu semua diri sendiri yang mengundang, menarik, dan mengizinkan itu semua hadir dalam hidup dan memberi dampak pada diri sendiri. Tidak ada yang bisa masuk dan memberi dampak jika diri tak mengizinkan. Kalau ada orang melecehkan, memaki, merusak, memanfaatkan, jika diri tidak mengizinkan itu semua, ya tidak akan berdampak apalagi hingga membuat diri menderita dan rusak. 

Mungkin dari ilustrasi diatas, bisa memberi kesadaran bahwa kita adalah sumber, memiliki pilihan, dan kuasa akan diri sendiri. 

Semakin fokus pada diri sendiri, berkesadaran dengan apa yang dipilih, termasuk tau tujuan diri dan apa yang di hasratkan, semakin mudah merubah hal-hal diluar diri yang hadir. Sesederhana memilih untuk memberi dampak pada diri atau hanya lewat dan tak berarti.

Choose

Hari ini, ada berita menyenangkan dan tidak.
Hingga ada momen menyadari sesuatu, kalau diri punya kendali besar atas apa yang ingin diciptakan dan memilih fokus kemana. 

Pagi hari ada perasaan tak nyaman dan berita tidak membahagiakan. Sempat terbawa suasana dan ketidakbahagian itu malah semakin besar dan menarik energy-energy sejenis untuk di perceive. Akhirnya diri stop itu semua dengan being present dan menyibukan diri secara fisik. Sore hari, tiba-tiba mendapatkan berita baik, saking menyenangkan, maka diri fokus di sensasi happy hingga energy itu bertumbuh, membesar, dan menarik keberuntungan lain. 

Disitu mendadak sadar, 
OMG, I can choose what I want to feel, to focus, to create, to bloom. 
I can create my own reality, apapun yang terjadi dan hadir. I can control what I want to consume.
I can control and create my life for what I desire when I place myself as a source. 

Saturday, June 8, 2024

Relationship

Relasi layaknya cermin untuk melihat kedalam diri.

Melihat apa yang diri suka dan tidak, apa yang bisa diterima dan tidak, apa yang menganggu dan nyaman, apa yang sebenarnya diri butuhkan dan inginkan, mengenali batasan diri, bagaimana relasi dengan diri sendiri, sejauh apa toleransi terhadap sesuatu, sejauh apa diri mengizinkan untuk dilecehkan maupun disiksa, sejauh apa diri mampu menerima hal-hal baik tanpa ada rasa hutang budi, sejauh apa ke ikhlasan diri memberi tanpa ada rasa pamrih, sejauh apa diri mampu menjaga diri, sejauh apa efektitas dan kualitas berkomunikasi dengan orang lain, sejauh apa mampu jujur pada diri sendiri, sejauh apa mampu menghargai dan menghormati diri sendiri, bagaimana diri memandang diri sendiri, punya trauma apa aja, ada issue apa saja di diri, mengenali value diri, sejauh apa tingkat kepercayaan pada orang lain dan diri sendiri, sejauh apa diri mampu tegas saat sesuatu sudah sangat merugikan dan menyakiti. Termasuk mengenali apa yang sebanar-benarnya diri butuhkan, inginkan, dan tujuan hidup. 

Relasi pun mengajarkan untuk menerima segala kontribusi.
Kontribusi like a shit, like goddess, for good and bad. 
Termasuk menyadari bahwa diri adalah gift.

---------

From relationship (family, friendship, romance, colleague), 
I learned how to respect myself more and know myself better day by day. 
I acknowledge my fear, my issue, my trauma, my power, my potency, my gift to others.
I know my limit, set my boundaries, and nourish myself with mutual and meaningfull relationship.

Friday, June 7, 2024

Work on Self

I have always been someone who puts in a great deal of effort to maintain relationships, even when they seem one-sided, often neglecting my own needs in the process. However, through experiencing mutually rewarding relationships that are effortless and enjoyable, I have learned the importance of nurturing my relationship with myself. This includes being kinder to myself, loving myself more, and trusting myself. I prioritize my own well-being, listen to my intuition and body, set healthy boundaries, and recognize when it's time to let go. I proactively seek support or connections before reaching my limits, relinquish the need to control everything, embrace life's flow, and remain open to unpredictability and change.

Surprisingly, 
the more I lost my controlling tendency, the more ease my life and my relationship.
the more I comfortable with my own companion, the more people come to me. 
the more I released judgement to myself and others, the more joy my life. 
the more I focused to important things, the more efficient my life.
the more I am myself, the more everything falls into their place. 

Inside to Outside

Bagaimana jika semua relasi yang hadir (pertemanan, persahabatan, pekerjaan, keluarga, romansa) adalah cerminan relasi diri dengan diri sendiri?

Bagaimana jika  semua relasi yang hadir adalah cerminan self worth diri?
Semakin mampu menghargai diri dengan baik, maka yang hadir dalam hidup pun, orang-orang yang memnghargai diri kita dengan baik. Semakin baik dengan diri sendiri, maka yang ahdir pun orang-orang yang baik dengan diri. Begitupun sebaliknya, saat sering menyakiti, melecehkan, mengabaikan diri, maka orang-orang yang hadir pun memperlakukan diri sebagaimana diri memperlakukan diri sendiri.

Bagaimana jika merubah keadaan, lingkungan, dan kualitas relasi, dimulai dengan memperbaiki relasi dengan diri sendiri terlebih dahulu? termasuk memperbaiki self worth, self esteem, self respect, self love. 

Tuesday, May 28, 2024

Concealing

Concealing what one is doing, accomplishing, life goals, desires, aspirations, and plans is an essential skill to possess for one's own success. Keeping things secret from anyone and anything, including those closest to you whose prayers you trust, is important.

To desire in silence, to have goals in silence, to plan in silence, to work in silence, to achieve in silence.

Because when plans being made emerge through conversation, even if only superficially and in passing, the energy of others can influence them. Unbeknownst, there are those who judge, who pass judgment, harbor distrust, project their failures, raise expectations, reject, disagree, suddenly become demanding and pressuring, give unsolicited and unnecessary advice, raise hopes—whatever it may be, that's energy that weighs down and can destroy what's being built. Even if it's already finished, let there be a pause to breathe, to feel the success of what's been accomplished, and to explore other opportunities first, before it's finally announced and moved on to another project or goal.

The ability to keep plans secret and quietly work to achieve them is one of the most advantageous life skills one can possess.

Saturday, May 18, 2024

Self-Worth


Btw, value and self-worth come from within oneself. Just like the $20,000 bill, no matter how much insult it is subjected to—whether stepped on, crumpled, or even burned—its value remains unchanged. 
If people doesn't respect you, its not about you are unworthy. It's about them. Nothing effect to you except you allow it to damage your worth and your life.

Menghargai Diri

 
Menghargai diri sendiri baru dapat dilakukan, saat sudah mulai mampu menyayangi diri.

Menghargai diri, sesederhana tahu kapan harus meninggalkan suatu relasi (pertemanan, pekerjaan, romansa); tahu kapan perlu meninggalkan suatu tempat (komunitas, tempat tinggal, tempat kerja, tempat lainnya); termasuk mengenal kapasitas diri, menjalani hidup yang membuat bahagia, mengejar yang diri inginkan; berbuat baik pada diri dengan makan sehat, olahraga, tidur cukup, mempergunakan waktu diri dengan baik untuk kebermanfaatan dan keuntungan diri. 

Menghargai diri ternyata bagian dari menyayangi diri sendiri.
Dan dalam prosesnya, bukan berarti sejua berjalan mulus. 

Bisa jadi orang menolak diri, bukan karena diri tak layak, namun memang pilihannya untuk tidak memilih diri, dimana tidak ada hubungannya dengan diri, murni keputusannya.

Bisa jadi orang menolak diri, bukan karena diri kurang, namun ketidakmampuan ia menerima kapasitas diri dalam mencintai dan memberi. Atau sesederhaan "energi" diri terlalu besar dan intense untuk sebagian orang, memberikan sensasi tidak nyaman untuk mereka.

Bisa jadi orang menolak diri saat diri meledak dan mengkomunikasikan semua ganjalan di dada tanpa filter, karena mereka tidak mampu melewati barrier emosi diri, alias ya sudah dilepas saja, "bukan orang-orang kita". Karena orang yang mampu melewati itu tanpa ada asumsi, judgement, dan penolakan, tandanya mereka mampu menerima diri dan bisa melewati barrier emosi diri tanpa taking personally. 

Menghargai diri, tahu nilai diri.
Tahu kemampuan diri, kelebihan diri, kekurangan diri, kebutuhan diri, keinginan diri, hasrat diri, kelemahan diri, potensi diri, kapasitas diri, batasan diri. Termasuk percaya dengan diri sendiri (percaya intuisi diri, awareness, insting), dan menghargai segala ketidaknyamanan yang hadir, dibiarkan saja, di proses, dilepaskan, di dengarkan. Kadang ketidaknyamanan yang hadir, bisa jadi reaksi tubuh dan insting untuk menginformasikan sesuatu (kurang tidur, berhenti makan blabla, jauhi orang, jangan tantda tangan kontrak, dll). 

Menghargai diri, menghargai pilihan orang lain juga.
Jika orang/ suatu tempat/lingkungan tidak bisa menerima diri kita, ya lepaskan.
Jika orang/ suatu tempat/ lingkungan tidak bisa menghargai diri kita, ya jangan dikejar-kejar lagi
Jika orang/ suatu tempat/ lingkungan tidak bisa menerima kontribusi kita, ya tinggalkan
Jika orang/ suatu tempat/ lingkungan tidak bisa menerima ksaih sayang dan cinta tulus kita, ya tinggalkan dan cari orang/ sesuatu yang memang mampu menerima itu bahkan saling memunculkan rasa syukur. 

Menghargai diri, 
Baik secara fisik, waktu, jiwa, pikiran, spiritual, energi, dan lainnya.
Termasuk kemampuan memprioritaskan diri sendiri dengan perasaan layak tanpa ada perasaan bersalah apalagi bertanggung jawab atas kebahagian dan kehidupan roang lain dengan membuat diri berkorban, sulit, dan menderita berkepanjangan. menjadi prioritas diatas apapun. 

Terimakasih asshole-asshole, orang-orang/ perusahaan/ lingkungan self centered, manipulator, orang-orang harming abusif, orang-orang egois tanpa pernah memikirkan dampaknya apda orang lain, karena kalian telah mengingatkan dan mengajarkanku untuk menghargai diri sendiri. 

Terimakasih orang-orang/ perusahaan/ lingkungan yang menghargaiku (seen, heard, nurtured, empathy, open communicated, made a deal with respect each others, etc), kalian telah mengenalkan rasanya dihargai dan tanpa sadar mengajarkanku untuk menghargai diri sendiri. 

Tuesday, May 14, 2024

Flashback

Since the age of 3, I've been busy with school. After graduating from college and having my own money, I became busy with traveling. Whenever I had a little free time, I traveled. To the extent that a friend commented, "Every time I look at a map, I immediately imagine your face. You must have been here and there." Every time I met someone, they asked, "Where are you off to now?" During the pandemic, they commented, "Can't travel, huh?" There are moments in people's memories where I am associated with traveling, even though I'm not traveling anymore. It turned out that the root of my desire to travel was ancestral trauma, generations before me. When that was addressed, my desire to travel vanished. Gone.

Then, my energy flowed into sports: Muay Thai, gym. Intense physical activity triggered adrenaline, full of energy. It turned out that there was a herniated nucleus pulposus (estimated to have occurred 10 years ago during an examination). I shifted to meditation, healing, busy discarding "garbage," addressing trauma, etc. When many were healed, I started to open up, daring to express myself, partying from one place to another, socializing, feeling happy and joyful. And it couldn't be separated from physical activities (releasing excess energy, cardio). My social capacity increased, experiences directed towards self-love manifested in healthy relationships with myself, starting to establish healthy boundaries, becoming aware of many things, starting to include nurturing and nourishing people in my life; leaving behind things and people that were harming, abusive, destructive; starting to get comfortable with ease, abundance, love, respect, trust, vulnerability, taking care of myself, honoring myself, receiving kindness from others, asking for help, setting priorities, etc. Until a point where, whatever was chosen, there was something similar.

Everything led to the journey of spiritual self, to the process of maturity, wisdom, self-maturity, returning to the original self. More than just activities, there were so many experiences, observations, realizations, gratitude, that transformed oneself into a deeper and more conscious state.

Who knows what lies ahead (the future), from the journey until now, everything has brought about positive impacts and continuous self-development that continues to grow and expand.

Purpose

Saat kita memiliki tujuan, seperti memiliki maps, compas, dan arah tujuan.
Tau apa yang dicari, apa yang dituju, apa yang dibutuhkan, apa yang diprioritaskan, apa yang perlu diabaikan, apa yang perlu diurus, apa yang perlu dihindari, termasuk tau kemana arah energy mengalir. 

Saat ada tujuan, akan mudah untuk cocok dengan semua orang karena fokus pada tujuan. Termasuk memiliki boundaries yang sehat, tidak terseret drama orang lain atau di tempat berada, jeli melihat intention orang, memunculkan perasaan konten sehingga sulit dimasuki hal-hal yang merusak dan merugikan diri, tidak meributkan hal-hal yang tak menunjang sampai pada tujuan, tidak membuang-buang energy pada hal-hal yang tak relevant, jauh dari depresi dan ketidakbahagian, selalu ada semangat setiap bangun tidur dan mudah untuk tidur pada malam harinya. 

Secara tak langsung, tujuan memberikan manfaat pada jiwa, raga, mental, psikis, spiritual, dan kehidupan sehari-hari. Termasuk melindungi diri dari hal-hal yang berpotensi menyakiti dan merugikan diri beserta kehidupan. Tujuan pun membuat orang mengenali diri lebih mudah dan menarik orang-orang dan hal-hal yang memang diri butuhkan untuk sampai ke tujuan.

Tujuan, 
sebuah hal mendasar yang mengerakan seluruh kehidupan dari bangun tidur hingga hari-hari berikutnya sepanjang hidup. 

Bayangkan, jika kita tak memiliki tujuan, bingung dengan hidup, tidak tahu apa yang dimau dan dilakukan. Hidup hanya menjalani sebatas mengisi waktu atau lari dari ketidaknyamanan, memebenamkan diri dalam rutinitas dan kesibukan. Tak jarang akan mudah ketarik sana sini, ketarik drama orang, ketarik masalah orang, gampang kena manipulasi dan abuse, gampang dimanfaatin, gampang linglung dan dijadikan korban orang-orang yang ingin mengeksploitasi hingga diri struggle "mati"; tidak memiliki shield sehingga gampang goyang, terganggu, dan "dirampok", dll. Lalu waktu terus berjalan, penyesalan muncul, kebingungan bertambah, hasrta hidup berkurang, frustasi bertambah, masuk dalam depresi tak berujung, penyesalan melanda, penghakiman diri bertambah, hidup bagaikan tak hidup. Kosong. Hanya dijadikan keset, pijakan, tools, bahkan tumbal orang yang sibuk memajukan dirinya mencapai tujuan. Dan tak semua orang memiliki moral dan integritas yang baik dalam mencapai tujuan, sehingga saat tak memiliki tujuan lalu bertemu orang seperti itu, habis sudah. 

Tujuan,
Hanya diri sendiri yang bisa tau dan menemukannya, tidak bisa dibantu oleh siapapun. 
Karena tujuan memang personal setiap orang yang tergerak dari dalam batinnya masing-masing.
Sehingga ada api yang terus menyala untuk mencapainya, meski tak ada satupun yang "mendukung" dan "membantu" dan ada alasan untuk terus "hidup". 

Tujuan,
Tujuan mungkin berbeda dengan goal. 
Murni dari dalam jiwa, dalam jangka panjang.

Monday, May 13, 2024

Lonely

Loneliness isn't about quantity but quality. Upon closer examination, many factors contribute to loneliness. It's the absence of bonding, connection, feeling loved, feeling wanted, a sense of belonging, being misunderstood, rejection, bullying, and feeling secure. This can stem from external environments (even if just one person is capable of accepting, caring, being sincere, trusting, and nurturing) as well as from within oneself (acceptance, comfort, security, and unity with oneself).

Many super genius individuals feel lonely because there's no one who can truly understand them. They end up feeling alone, alienated, and often judged as strange, not okay, unstable, and rejected because of their brilliant minds. Similarly, intense individuals with high energy levels find that not everyone can handle or accept their energy (speaking passionately is seen as anger, being attentive is seen as having ulterior motives, genuine love is seen as too overwhelming, deep feelings are seen as overdramatic, deep thinking is seen as overthinking, being critical is seen as complaining, offering help is seen as wanting to take advantage, sincerity is seen as having hidden agendas, thinking about others is seen as selfishness, visionaries are belittled simply because others cannot see what they see far ahead, etc.).

Little things matter

Perhaps when we respond to people, They feel seen, heard, worthy.
As simple as liking a post they tag us in, liking their greetings/ congratulatory messages/ achievements.
Or just saying "hi" when we meet, smiling during eye contact. These small effortless gestures can mean something big and have a positive impact on others.

Perhaps picking up the phone for a moment to say "I'm in a meeting" 
and then hanging up can save the life of someone on the brink of suicide.

Perhaps asking "how are you?", "how's your life?" 
can make someone's life brighter, more optimistic, and raise great awareness in their lives.

There are so many small things that don't cost much effort,
but can be meaningful and have a big impact on others.

Contributing to others doesn't have to be limited to those we know and are close to,
everyone deserves the little things that matter.