Setiap ada issue patriaki, gw gak pernah ngerti apa yang dipermasalahkan dan apa yang jadi masalah. Sampe di momen sadar.... Gw tumbuh di lingkungan yang laki-lakinya bekerja tapi masih mau nyuci, beberes, masak, beli telor ke warung. Begitupun dengan perempuan-perempuan di lingkungan gw, semua bebas untuk sekolah dan berkarir, bebas untuk eksplorasi dirinya tanpa keharusan, jadi kalau memutuskan tidak bekerja dan mengurus rumah pun tak apa. Disitu sadar, gak pernah ngerti apa yang orang permasalahkan tentang patriaki sampai mengebu-gebu, ya karena tidak ada masalah dengan patriaki dan berada di lingkungan seperti itu.
Menariknya, karena terbiasa dengan keadaan yang bebas tanpa patriaki, seiring perjalanan hidup pun gak pernah ketemu laki-laki yang patriaki. Mungkin pernah hanya saja ya gone dengan sendirinya atau diri spontan walked away tanpa sadar, jadi gak pernah berurusan dengan patriaki.
Hal ini sama dengan issue-issue lainnya.
Misal, orang-orang yang tidak pernah mendapati emotional abuse dan berada di lingkungan sehat, mereka bisa jadi gak ngerti apa yang bikin orang bisa ke abuse, ketemu abuser terus, ke abuse terus2an, dan heran kok gak pergi aja. Ya karena mereka gak pernah mengalami itu sebelumnya dan tumbuh di lingkungan penuh respect, nurturing, dan sehat, sehingga program alam bawah sadarnya ya menarik hal-hal sehat, sekalipun ketemu abuser ya gak match frekuensinya jadi gak kena. Lain halnya dengan yang dari kecil sering di abuse emotionally, itu sepanjang hidupnya akan terus-terusan / mudah ke abuse dan ketemu abuser-abuser, karena program alam bawah sadarnya fammiliar dengan hal itu, sehingga tanpa sadar "mencari"/ "nempel"/ menarik orang-orang sejenis yang familiar. Entah di abuse oleh temannya, pasangannya, koleganya, lingkungan sosialnya. Terus berulang.
Disini, yang disadari, saat sadar dengan program diri dan conditioning diri dari lingkungan tumbuh serta belief sistem orang sekitar semasa tumbuh, ya dibuang saja, apalagi jika tidak membuat kehidupan lebih baik. Langkah awal membuangnya ya dengan menyadari ada program tersebut dan biasakan diri being present dan terus sadar hingga akhirnya memiliki program baru yang lebih memberdayakan.
No comments:
Post a Comment