Hiii apa kabar?
Saking space nya, bingung deh mau ngapain. Berasa lapangan bola kosong sendirian. Ok, aku mulai dengan mengurai hasil obeservasi, experience, dan hal-hal keseharian.
Di unit dekat unit ku, ada suami istri yang setiap subuh-pagi berantem, dari mulai argumen, teriak-teriak, istrinya nangis, heboh. Hal itu terjadi hampir setiap hari (dulu sih setiap hari). Setelah suaminya pergi bekerja, luapan emosi istrinya muntah ke anaknya, ada aja yang diributin dan anaknya dimarahin, teriak-teriak lagi, bedanya sekarang yang nangis adalah anaknya. Nanti malam pas suaminya pulang kerja, ribut lagi tuh pasangan. Atau cara komunikasi dan usaha untuk tetap terhubung mereka memang seperti itu? Atau itu cara istrinya cari perhatian atau mengkomunikasikan emosinya? Menarik.
Kalau gw lg keluar, gatau deh apa yang terjadi. Cuma pola pagi dan malamnya seperti itu. Awal-awal keganggu, pagi-pagi mood udah di set ok, eh kehempas energy ribut. Malam udah capek maunya santai istirahat, eh kehempas drama mrk lagi. Lama-lama benahi diri untuk tidak terdampak.
Dari fenomena tersebut, ada beberapa yang aku amati: komunikasi.
Entah ada masalah ranjang, masalah finansial, kebutuhan emosional yang tak terpenuhi, ya komunikasi kuncinya. Jangan sampai menunggu masalah seperti benang kusut baru meledak emosi, dimana tidak menyentuh akar masalah sama sekali. Atau ada masalah malah menghindar, ini lucu ada orang yang sengaja pulang malam dari kantor karena malas di rumahnya (orangnya gak kenal, dapet cerita dari kenalan). Kalau menghindar, hanya kabur, ya masalahnya akan terus ada dan tidak selesai.
Bukankah komunikasi tuh sama saja seperti komunikasi mau makan apa, dimana, lebih suka yg mana, gak suka apa, kurang apa, maunya apa, aku gak suka, aku maunya blabla, dll. Lalu di cerna, mencari titik tengah dan solusinya? Atau bisa jadi komunikasi hanya sebatas untuk di dengar, diliat, dipahami, alias seeking space and comfort safety place.
No comments:
Post a Comment