Mungkin banyak sekali orang-orang yang hobi memberikan nasihat, solusi, teori, saran, tanpa mau berkontribusi dalam prosesnya sesederhana ada sebuak aksi. Melontarkan kata dan kalimat, lalu meninggalkan seseorang yang sedang terpuruk dalam label dan kesendirian.
"Makanya belajar mencintai diri sendiri"
"Belajar fokus sama diri sendiri"
"Hargai diri sendiri"
Bagaimana orang bisa tahu rasanya sayur asam jika ia tidak pernah mencicipinya?
Bagaimana orang bisa mengendarai mobil jika ia tidak pernah mempraktekannya?
Bagaimana ia bisa praktek jika tidak ada kesempatan untuk mengemudikan mobil?
Sama halnya, saat kalimat "cintai diri sendiri" dilontarkan kepada seseorang yang tidak pernah mendapatkan cinta murni dan merasa disayang dicintai. Bagaimana ia bisa mencintai diri sendiri dikala Ia pun tidak tahu seperti apa rasa cinta dan kasih itu? Lalu orang yang berkata seperti itu pergi berlalu tanpa ada kontribusi apapun dalam prosesnya dan merubah keadaan membaik dikala teori dan "insight" bisa sangat mudah didapatkan seseorang baik lewat proses kognitif maupun awareness. Pertanyaannya, bagaimana seseorang tersebut bisa mencintai dirinya sendiri, dikala Ia tidak tahu rasanya dicintai? Karena belajar mencintai diri sendiri dari experience perasaaan disayang dicintai akan berbeda dengan belajar melalui artikel, teori, dan segala tulisan tentang "self love".
No comments:
Post a Comment