Tadi pas pulang, iseng baca berita dan komentar orang-orang, lalu menyadari sesuatu,
Mungkin, komentar dan judgement orang akan kena kalau orang tersebut memiliki value/ point of view sejenis.
Misal: Masturbasi dosa, saat seseorang melakukannya (terencana atau spontan) selesainya muncul rasa bersalah, dilakukan oleh orang yang memang tidak melihat sebagai dosa, dilakukan orang yang terpengaruh lingkungan, dilakukan oleh yang kecanduan, oleh orang yang memang menganggap itu biasa saja sebatas kebutuhan dan tidak dosa, dan oleh orang yang melakukannya dengan awareness di level tertentu.
Kalau orang yang melakukannya masih merasakan berdosa karena memiliki value itu dilarang tapi kebutuhan biologisnya berkata lain, maka akan mudah bereaksi saat ada orang bawa-bawa agama, akan sangat mudah terkena manipulasi lewat ranah dosa, akan sangat mudah dikontrol lewat dogma yang diyakininya. Berbeda dengan orang yang melakukannya atas dasar awareness, bukan sebatas nafsu, namun sadar efeknya pada keseimbangan hormon, psikis, kesehatan fisik, dan lainnya, ditambah tidak memiliki judgement salah benar. Jika ada orang yang menyerang dengan bawa-bawa dosa/salah benar, ya akan santai-santai aja, tidak reaktif, tidak defensif, yaudah aja. Karena ia tau apa yang dilakukannya dan secure.
Hal tersebut terjadi di berbagai ranah: aktivitas, finansial, pilihan hidup, gaya hidup, penampilan, apapun itu. Selama diri secure, tau apa yang dilakukan, memiliki awareness yang baik, maka apapun kata orang ya tidak akan berdampak apapun, termasuk tidak ada hasrat untuk menjelaskan apapun terhadap siapapun.
Contoh lain: Seorang laki-laki yang memiliki anak istri, memutuskan tidak bekerja untuk mengurus anaknya dans udah memiliki kesepakatan dengan istrinya siapa yang akan bekerja dan mendampingi anak. Laki-laki tersebut dinafkahi oleh istrinya, diam di rumah mendampingi anaknya. Saat pasangan tersebut secure dan tau apa yang dilakukan dan diputuskannya, maka gunjingan apapund ari siapapun ya disenyumin aja. Bahkan tidak perlu menjelaskan pertimbangan dari keputusannya.
-----
Semakin banyak identitas yang kita pegang, semakin banyak prejudice yang hadir.
Semakin banyak identitas yang dilepas, semakin lapang dan santai hidup.
Misal: lulusan X harusnya blabla, jadi blabla. Saat seseorang lulusan x gagal, dia akan stress. Aatau seorang suami harus bisa menafkahi, harus ini itu, saat gajinya kurang cukup menafkahi hingga istri perlu membantu, maka akan timbul stress atau perasaan negatif lainnya yang berpotensi menghasilkan konflik - konflik lainnya. Kalau kita gak punya identitas apapun, ya santai-santai aja, malah sibuknya ya sibuk cari peluang, possiblities lain, apa yang bs diuubah dan di create, sesederhana saat gagal ya santai aja tinggal bangun dan bangun hal baru.
No comments:
Post a Comment