In my opinion, gak ada yang namanya healthy or toxic relationship. Semua kembali pada self awareness masing-masing. Buat yang sehat dan secure dengan dirinya sendiri dan terbiasa hidup di lingkungan penuh respect, cinta, support, penerimaan, komunikasi baik, terbuka, ya ia akan menarik pasangan sejenis dan familiar dengan lingkungan tumbuh sehari-harinya. Buat orang yang biasa di abuse (emotionally/ fisik/ psikis/ spiritual), tidak dihargai, dilecehkan, diabaikan, dan memiliki relasi butuk terhadap diri sendiri, ya akan menarik orang-orang yang memperlakukan dia seperti itu dan mirip dengan lingkungan sehari-harinya.
Jadi, semua berawal dari diri sendiri. Saat sadar "eh kok gw nyangkut sama orang-orang abusif mulu ya, eh kok gw di harming mulu ya, kok gw di reject dmn2, kok gw ditipu mulu, kok gw gak pernah di hargai, kok gw stuck di toxic relationship mulu". Ya tandanya sudah waktunya melihat ke dalam diri, apa yang membuat diri menarik orang-orang dan peristiwa seperti itu? Abis itu benerin deh bebenah. Ya perubahan sering terasa tidak nyaman, sesederhana biasa diabaikan, saat ketemu orang responsif penuh hormat dan helping, ada rasa aneh untuk menerima kebaikan orang. Ya tidak apa-apa, dicoba dulu saja pelan-pelan menerima kebaikan orang, membuka diri pada orang-orang nurturing, hingga nanti terbiasa dengan energy nya dan diri jadi tau sehat itu seperti apa, bahagia itu seperti apa, di nuturing itu kaya gmn, di support itu rasanya bagaimana. Dari situ diri akan membentuk pola baru yang lebih memberdayakan dan mensejahterakan diri.
No comments:
Post a Comment