Mungkin untuk kebanyakan orang, pernikahan adalah sesuatu yang mengikat penuh komitmen satu orang untuk satu, menutup pintu dengan semua hal yang dianggap gangguan yang dapat merusak pernikahan. Untuk beberapa pasangan, menikah itu ya komitmen dua hati dimana satu sama lain masih membebaskan pasangannya untuk melakukan apapun termasuk saat pasangan intercourse dengan orang lain atau menikah lagi. Karena cintanya tetap utuh tak berkurang meski ada orang lain. Bahkan bisa jadi orang lain yang datang hanya selingan atau generate greater untuk keduanya. Mungkin hal itu dianggap aneh, tidak lumrah, tidak normal, menyedihkan, dsb.
Kadang, muncul pertanyaan, apa yang lebih indah dari menemukan dan berpasangan dengan orang yang benar-benar nurturing dan membebaskan diri sebebas-bebasnya untuk melakukan apapun, menjadi diri sejati seutuhnya, dan tumbuh berkembang tanpa batas?
Misal, kalau tiba2 bangunin buat solat tahajud dikala diri baru merem, atau tiap hari di tagihin hapalan quran, atau diatur2 harus begini begitu sampe urusan pakaian, pilihan hidup, dll. Dimarahin saat diri lg super emosi keluar "tai kucing" atau "setan!" pas ribut sama orang/ pas kesel ma org di jalan. Diatur tiap tata krama, sampe jd menekan perasaan dan emosi sendiri, diatur harus ini itu, dikasih hal-hal yang dia anggap baik padahal diri gak baik (semacam pengen makan sambel mercon tapi gak boleh malah diaksih salad). Kayanya (kalo gw) bisa nangis tiap hari.
Tujuan orang menikah berbeda-beda. Ada yang karena kesepian, ingin ibadah mengumpulkan pahala akhirat, ingin kopulasi halal agar tidak dosa, ada yang untuk ngisi void di dirinya atas dasar lack of, ada yang males diomongin orang mulu, ada yang pengen kabur dari rumah karena stress banyak diatur, ada yang karena duit, dll. Apapun itu, ya asal sadar aja sama apa yg jadi motivasi diri.
No comments:
Post a Comment