Semua orang, hal, kejadian yang hadir dalam hidup memberikan kontribusinya terhadap diri. Entah di balut dengan sukacita, penderitaan, kemudahan, kesulitan, kenyamanan, maupun ketidaknyamanan. Semua hadir untuk membentuk diri seperti ini, untuk membuat kehidupan diri lebih baik meski hasilnya belum terlihat di masa sekarang.
Saat diri ke-abuse, bukan hal mudah untuk melewati masa-masa itu hingga kembali ke kesejahterana diri. Dari situ pula, ada hal yang disadari tentang kekuatan diri, mampu bertahan dan keluar dari abuse. Bahkan orang-orang yang melakukan abuse, mengingatkan diri atas sampah batin, luka batin, core false belief, program-program alam bawah sadar yang tidak relevan dan tidak bekerja lagi untuk diri. Hal itu tanpa sadar membuat diri bertransformasi untuk kembali ke jati diri asli.
Saat bertemu orang yang tidak ada rasa syukur terhadap orang-orang yang ditemui atau diri dianggap begitu saja (taken for granted), diri diingatkan tentang apa artinya syukur. Mensyukuri dan mengapresiasi orang-orang yang hadir dalam hidup. Sesederhana orang yang memarkirkan kendaraan kita, satpam yang memberikan senyum di pintu depan, termasuk orang-orang yang parasnya menyenangkan mata.
Rasa syukur bukan terhadap hal-hal yang dianggap menyenangkan dan mudah saja. Syukur pun dapat tercipta dari pengalaman tidak menyenangkan, menyakitkan, menyusahkan, karena dari sana ada kemudahan-kemudahan yang muncul yang mungkin diri tidak sadari. Contoh kecilnya, saat diri di tolak di semua perusahaan, yang berakhir membuat usaha sendiri yang ternyata maju pesat dengan omset puluhan kali lipat dari gaji karyawan. Kalau tidak di tolak di semua tempat atau diterima di suatu perusahaan, apakah potensi dan kekuatan diri sebagai pengusaha dan menghasilkan uang banyak, akan muncul?
Begitupun dengan perasaan, rasa cinta. Saat bertemu orang yang mengabaikan, emotionally unavailable, tidak mau atau mampu mencintai kita, dikhianati, dibohongi, di siksa secara psikis atau fisik. Mungkin disitu kita diajarkan untuk mencintai diri sendiri dengan mulai keluar dan meninggalkannya. Sehingga kita menjadi tahu energy menghargai dan mencintai diri sendiri itu seperti apa dan terbiasa akan hal itu. Dan kedepannya kita akan menarik orang-orang yang mampu mencintai dan menghargai kita.
Hal apa lagi yang belum mau kita lihat dan mampu kita syukuri?
Seberapa banyak kita menarik penderitaan dan ketidaknyaman hanya untuk
membuktikan diri layak, kuat, keren, dan menyadari semua kekuatan dan potensi diri?
No comments:
Post a Comment