Friday, July 22, 2022

Cerdas

Mungkin, 
Semakin seseorang super cerdas dan bergerak cepat,
Semakin ia mudah stress, frustasi, dan kesepian.

Bagaimana tidak,
Ia bisa "melihat" hal-hal yang tidak bisa dilihat orang, sesederhana vision bbrp puluh tahun mendatang, bukan karena paranormal, namun karena kecerdaasan dan genius nya. Ujung-ujungnya dibilang gilak. Dan saat hal tersebut terjadi, orang diem atau bahkan lupa kalau mereka pernah mengolok-olok orang karena ketidakmampuan melihat jauh kedepan atau keterbatasan IQ nya.

Orang cerdas bisa jadi sulit dipahami, di salahpahami, tidak ada orang yang bisa deep understanding atau sesederhana berada dalam level yang sama. Berujung menarik diri, kesepian, dan berlabuh pada depresi atau gangguan mood lainnya.

Cerdas dan cepat, bisa disalahartikan sebagai tidak sabaran, bahkan menimbulkan banyak konflik karena tidak ada orang yang bisa menandingi kecepatannya sebagai partner, team, atau kolega. Berakhir frustasi. Ia tidak bisa membuat orang menaikan kecepatannya, namun tidak bisa menurunkan kecepatannya karena bisa merusak jiwanya. Layaknya mobil sport dengan kecepatan 300km/jam berada di tengah kemacetan ibu kota dengan mobil lain dengan kecepatan 200km/jam. Dari kecepatan sudah diatas rata-rata, dan dalam keseharian hanya digunakan sebagian, 40-60km/jam. Lama-lama mesinnya panas, rusak. Ya bisa bahagia sih mobil sport nya kalau ditaruh di area balapan, karena berada pada habitatnya dan bisa jadi dirinya sendiri. Permasalahannya, area balap dengan jalanan lebih banyak mana? 

Ya itu baru dari segi kecepatan intelektual dan pergerakan moving moving.
Kalau ditambah dengan kemampuan merasakan sesuatu secara intense mendalam dan memiliki awraeness yang tinggi serta sensitif sama energy. Gimana hasilnya? Ya bisa bolak balik ruang psikiater saking stress, frustasi, depresi, merasa diri gilak, bermasalah, dan dilabeli gangguan metal dan perilaku. Padahal sesederhana emang berbeda dan gak fit in society. 

Mungkin,
Orang pada umumnya saat masuk ke dalam ruangan, ya dia hanya melihat apa yang dilihat mata, sense hal-hal yang dapat di sense panca indra. Sesederhana ada orang senyum dianggap senang, orang ramah tamah dianggap baik. Tapi buat orang-orang yg peka, highly aware, sensitive, ia bisa nge sense every bullshit dari ramah tamah, pny lie detector (plus high moral), bisa sense emosi asli orang (orang senyum tapi dalem2nya lg depresi atau nahan sakit dada). Masih mending kalau suma nge sense dan perceive, kalau ditambah memiliki empati yang tinggi dan bisa absorb rasa sakit fisik, perasaan, dan trauma orang lain. Gimana coba rasanya? Ya puyeng, struggle.

No comments:

Post a Comment