"kalo di Indonesia, om tante suka ngomongin, tapi kalo kita ada masalah, mereka bantu".
"kalo di amerika, gak ada yang ngusik, tapi kalo susah ya gak ada yang bantu"
Realitanya:
Ngomongin iya, ikut campur iya, pas lagi susah pada kabur pura-pura gak tau apa2.
Mungkin di lingkungan ini, orang merasa tau apa yang terbaik untuk orang lain, tau apa yang dibutuhkan orang lain, tau ngurusin orang lain, tau semuanya. Selah-olah cara pandang, cara hidupnya adalah yang terbaik. Seolah-olah anak muda pasti selalu membutuhkan nasihat dimana orang tua merasa paling berpengalaman, bijaksana, dan tau semuanya. Lagi-lagi tentang hirarki.
Anak gak nurut di cap sebagai anak nakal. Lalu diperlakukan kasar, penuh labeling negatif, bahkan cacian. Bahkan mereka pun tak bisa membedakan mana anak melawan karena tidak sopan, nakal, gak suka otoritas, kebutuhannya tidak terpenuhi alias bentuk komunikasi, lagi struggle sama emosinya sendiri butuh bantuan, neurotic nya bermasalah, ada inherited emotion yang nempel, kurang kasih sayang, lagi cari perhatian, atau sedang overwhelmed karena saking sensitifinya. Apa orang tua atau orang pada umumnya bisa membedakan dan notice anak berlaku yang dianggap nakal itu karena apa?
Lagi-lagi kegoblokan, ignorant, dan stupidity mendominasi. Orang malas untuk melihat the real motivasi, observasi, bellajar, dan mencari tau kenapanya, apanya, dan bagaimana. Pada akhirnya semua dinilai dan diperlakukan sama. Berakhir misstreatment. Alih-alih mendidik agar lebih baik malah merusak jiwa raga anak jangka panjang.
Apa bedanya manusia dan binatang kalau tidak mau berfikir lebih, belajar, dan mencari tau?
No comments:
Post a Comment