Bagaimana jika tidak ada yang salah dengan diri?
Bagaimana jika diri memang berbeda dengan lingkungan sekitar?
Masalah muncul saat orang tak mengenal diri, tak mau mengenal, tak mampu melihat potensi diri, dan merasa diri dan hidupnya benar sehingga melihat diri yang berbeda dianggap salah dan bermasalah.
Contoh:
Seseorang lahir dengan bakat menjadi single fighter dan nyaman dengan dirinya sendiri meski dalam kesendirian. Lalu saat lahir, ia diajarkan untuk melakukan sesuatu bersama orang lain, untuk selalu punya teman. Ia mengikuti apa yang diperintahkan care givernya, hingga banyak masalah muncul, ia tak fit in dengan sekitarnya karena berbeda, dirinya yang disalahkan. Ia nyaman sendirian, dianggap aneh dan seolah-olah tidak ada yang mau berteman dengan dirinya, judgment mulai berdatangan mengikis identitas asli hingga diri menjalani hidup berdasarkan identitas yang ditanamkan sekitarnya bukan berdasarkan jati dirinya sendiri.
Lambat laun, ia semakin terpuruk karena sepanjang perjalanan hidupnya, ia selalu sendirian, mengurusi semua hal sendirian, dan semakin merasa cacat tak berdaya karena merasa seharunya ia memiliki support system, akhirnya fokus masalah berada bagaimana ia mampu punya kehidupan seperti orang lain yang akrab dengan keluarga, punya support system, punya teman, ada teman perjalanan, mampu bergantung dengan orang lain, dll.
Munculah pertanyaan:
"Mengapa diri selalu berada dalam kesendirian?"
Bagaimana jika diri terlahir sebagai single fighter yang sebenarnya sangat mandiri dan tidak bermasalah sendirian. Semesta sudah kasih petunjuk untuk kembali ke jati diri, untuk mengenali power diri, dengan memberikan masalah dan membuat orang sekitar meningalkan diri dalam kesendirian. Dengan diri mampu bertahan hidup sampai sekarang dengan segala masalah dan kesendirian, tandanya diri mampu. Aknowledge dan terima kalau diri kuat, mandiri, mampu, dan sebagai single fighter.
Contoh lain:
Mayoritas orang menerima informasi (nge-sense) melalui 5 panca indra nya dna diolah berdasarkan nalar logika. Saat seseorang lahir dengan kekuatan batin yang tinggi, intuisi yang tinggi, mampu nge sense dan menerima informasi dengan cepat sebelum ke sense panca indra (terbukti), maka dianggap aneh, diragukan, diremehkan, dianggap tidak valid, dianggap suudzon, dianggap ini itu. Hingga ia merasa dirinya salah, gak bener, bingung sendiri, tidak mempercaya dirinya sendiri, yang berakhir jadi kacau. Dipaksan untuk nge sense lewat panca indra, diakala ia punya antena yang jauh lebh cepat dan tajam untuk menerima dan mencari informasi.
Ia diperlakukan seperti itu, hanya karena ia berbeda dengan mayoritas dan mayotitas tidak mampu memahami cara kerja otak, sistem ia menerima informasi, bahkan nalarnya tak mampu memahami apa yang dialami dan dimiliki oleh orang tersebut.
Butuh waktu lama dan perjalanan yang tak mudah untuk kembali ke jati dirinya, untuk get in tpuch dengan ability nya dalam nge sense sesuatu, apalagi kalau dalam prosesnya ketemu/ di bimbing sama orang yang mirip dengan mayoritas yang telah merusak dirinya. Alih-alih kembali ke jati diri asli, malah semakin rusak, bingung, dan jauh dari nature nya.
No comments:
Post a Comment