Pada dasarnya, kita ingin hidup baik-baik saja, tidak suka gangguan, ketidaknyamanan, bahkan mungkin perubahan sekalipun dimana itu semua mampu membuat kita lebih expand, lebih maju, lebih kuat, lebih sukses.
Kebayang gak kalo kita pengen punya badan six pax tapi gak mau capek, gak mau sakit-sakit badan, gak mau diet, gak mau tidur keganggu, gak mau waktu terambil buat workout, gak mau merubah kebiasaan makan makanan berlemak tinggi kalori dan gula, tidak mau melakukan perubahan apapun tapi pengen six pax? apakah keinginan itu bisa tercapai?
Atau contoh lainnya, seseorang yang ingin menuju pulau sebrang tapi gak berani berlayar sendiri dikala di pulau itu dia cuma sendirina, takut ombak, takut kena angin, takut basah, takut ini itu segala macam. Aapakh akhirnya ia mampu memutuskan untuk taking action dengan segala resikonya berlayar menuju pulau sebrang?
Kadang ketidaknyamanan, kesulitan, trigger, hambatan, gangguan, usikan, bukanlah hal negatif yang perlu dijauhin, dihindari. Bisa jadi itu peluan-peluang untuk membuat diri tumbuh lebih kuat dan melejit melebihi keadaan saat ini. Hal yang perlu dilakukan hanya receive alias menerima. Menerima semua kejadian, orang, ketidaknyamanan yang semesta berikan, lewati, ambil semua pelajarannya, dapatkan insight nya, sampai akhirnya kita terbiasa dengan kesulitan-kesulitan itu dan zona nyaman kita pun menjadi lebih luas. Misal, dulu kita keganggu banget sama keluarga nyinyir sampai gak nyaman untuk datang ke acar keluarga, ya jangan dihindari, terus aja datang tapiiiii diri kita yang diubah untuk lebih expand dalam menghadapi sesuatu hingga akhirnya nyinyiran yang menganggu kita sebelumnya menjadi hal yang tidak menimbulkan reaksi atau trigger apapun.
Duh kan jadi gatel pengen cerita kisah sendiri wkwk.
2017 ada kejadian berat banget sampai hampir gilak dan pengen ngebuang penganggu itu untuk kembali hidup nyaman. Proses yang berat dan panjang banget. Sampe akhirnya aku dapatkan maksud kenapa mengalami kejadian itu dan ketemu bangsat itu. Karena dari kejadian dan pertemuan itu, aku mulai mengenal dirku sendiri. Jadi tau punya trauma apa aja, unresolved issue apa, tau apa yang menghambatku selama ini, memahami dinamika diri sampe ke dinamika keluarga dan leluhur, kembali terhubung dengan diri sendiri, hingga akhirnya bangkit menuju purpose of life yang terbengkalai belasan tahun. Pada akhirnya saat kita mampu melewati segala badai dan merasakan manafaatnya minimal diri jadi lebih kuat, ketidaknyamana dan gangguan tersebut jadi hal yang disyukuri.
Kemarin, gw sempet ngamuk dan super upset banget sama salah satu dokter gw. Pengen marah mukulin orang sampe mati, terus pengen nangis dan semua hal jadi keingetan, terus blamming sana sini termasuk blamming diri sendiri, jadi depresi lg, sampai akhirnya berkontemplasi "kejadian ini itu apa? mau kasih kontribusi apa terhadap diriku?". Yang biasanya kalo udah sebel sama orang apalagi sampe wellbeing rusak dan fisik kena dampaknya, pasti gw cut. Tapi kali ini nggak, gw tetap belajar dan kontak orang ini lagi dan di kasih pesan "belajar receive". Langsung kena banget pesannya. Terus jadi merenung banyak hal, berapa banyak peluan yang Tuhan kasih untuk aku bisa berkembang dan tumbuh besar kuat yang akhirnya aku sia-siakan dan buang? Abis itu berdoa minta kemudahan dan minta dikuatkan, lalu Tuhan berikan lagi peluan untuk aku tumbuh, aku tolak, terus berdoa lagi, muter-muter aja disitu sampai waktu abis banyak dan langkah kaki masih di tempat yang sama.
Ada pepatah, pelaut unggul (kalau gak salah) tidak lahir dari ombak yang tenang.
Kita cuma butuh membuka diri, menerima yang semsat berikan tanpa ada judgment dan kesimpulan. Biarkan diri menerima, berproses, dan tumbuh hingga ke tempat seharusnya dan potensi keluar semua secara maksimal.
Segini dulu ceritanya, kapan-kapan dilanjut.
No comments:
Post a Comment