Wednesday, February 24, 2021
Aquarium
Tuesday, February 23, 2021
Lovebird
Thursday, February 18, 2021
Gratitude Birthday
Thursday, February 11, 2021
Melihat masalah
Saat anak meledak tak kuat menahan rasa frustasi, di hantam dengan omelan, pukulan, dan hukuman.
Apa yg terjadi?
11/2/21
Dear, Universe, Let my soul family found me.
Tuesday, February 9, 2021
9/2/21
Monday, February 8, 2021
8/2/21
Segala Puji Bagi Allah, Tuhan Semesta Alam.
Diam-diam diri ditolong.
Saturday, February 6, 2021
Dogmatif Normatif (2)
Friday, February 5, 2021
Dogmatif Normatif (1)
Jadi Anak harus patuh
Jadi Anak harus banggain ortu
Jadi Anak harus nurut
Jadi Anak harus berbakti
Jadi Anak harus bahagian ortu
Jadi Anak harus ini itu.
Jadi Anak gak boleh membangkang
Jadi Anak gak boleh berbeda pendapat
Jadi Anak gak boleh malu2in keluarga
Jadi Anak gak boleh ini itu.
Lalu kapan si anak ini mengurusi diri dan memenuhi kebahagian dirinya? Lalu kapan si anak ini mempersiapkan masa depan untuk “memperbaiki” keturunan? Lalu kapan si anak ini menemukan dirinya jika semua serba diatur tanpa ada ruang explorasi dam penerimaan?
Keluarga dogmatif, masyarakat normatif. Ikut campur tanpa tanggung jawab. Menasehati tanpa diminta. Berkomentar tak tahu situasi. Ngejejelin dogma terus menerus hingga merusak jiwa seseorang.
Biarlah orang menjadi dirinya sendiri. Melakukan kesalahan, belajar, memperbaiki hingga menjadi orang yang terus baik atas gerak hatinya sendiri tanpa beban tekanan keharusan-keharusan sosial yang memperburuk keadaan seseorang lalu saat meledak, dengan mudah disalahkan, di judging, di jauhi, di cap. Apa itu manusia dewasa? Apa itu yg disebut masyarakat dewasa?
Monday, February 1, 2021
Aib dan Kebohongan
Seseorang mengalami depresi karena tekanan keluarga dan keluarga bsar. Berantam heboh dengan orang tua hingga menciderai fisik. Dibawa ke UGD ditanya runtutan kejadian, lalu bingung, berbohong untuk menutupi kisah asli karena dianggap aib. Sang petugas medis kebingungan, analisa kasus pun tak lengkap, pengobatan pun tak tepat dan maksimal.
Jika jujur, maka orang ini selain dapar pengobatan medis seperti laser, operasi, fisioterapi, ia pun akan di rujuk ke psikiater dan psikolog. Jikapun dokternya jeli meraba masalah dan akhirnya di rujuk ke psikolog dan psikiater, dianggap aib karena malu dianggap gilak, hingga akhirnya menggurungkan diri, terjembab dalam penyakit yang terus bergerak kedalam putaran gelap.
Jika akhirnya mau ke psikolog dan psikiater, bercerita pun dianggap aib karena menceritakan masalah keluarga, sifat buruk orang tua, kelakuan ana yang dianggap buruk dalam norma sosial. Berbohong hingga diagnosa tak tepat, pengobatan tak tepat sasaran, bahkan bisa menghasilkan trauma baru ataupun pengobatan terhenti dan meledak menjadi penyakit jiwa lainnya yang bercabang hingga di kemudian hari semakin kompleks, sulit dikenali akarnya dan dibereskan.
Demi menutup kisah yang dianggap aib, kebohongan dilakukan, yang berakhir mendzolimi diri sendiri ataupun anggota keluarga lainnya.
- Seorang istri dianiaya suami hingga babak belur, ke dokter bilang kepentok, luka fisik diobati, tapi depresi dan trauma batinnya tidak, lama kelamaan di suatu ketika saat kejadian penyiksaan terus berulang, sang istri meledak menjadi gilak atau bunuh diri atau membuniuh suaminya yang berakhir masuk penjara.
- Seorang anak menderita tekanan batin atas orang tua yang memiliki gangguan kepribadian, dimana suka meledak secara emosional dan berkata kasar maupun memukul. Si anak mengalami tekanan yang luar biasa hingga akhirnya tenggelam dalam narkoba. Dibawa ke terapis, di acam untuk tidak cerita, akhirnya hanya diobati ketrgantungan terhadap narkobanya tanpa membereskan akar permasalahannya (trauma abused ortu). Dimana saat akar tidak dibereskan, maka akan terus kembali ke narkoba atau pelarian addiction lainnya.
*Wuallahualam bishawab