Anjing! bangsat! babi!! tai!
Dasar pelacir! bangke! setaaaaaan!!!
Kata-kata yang dianggap menghina, umpatan, gak baik, dosa, gak sopan, gak dapat diterima secara normatif. Dianggap menjudge, dll. "Jangan melabeli seseorang", "jangan diinget2 nanti kesel", "gak boleh ngomong gt", "jangan teriak", "dosa", "gak boleh", blabla.
Tanpa sadar, ada sebuah penilaian dan judgment terhadap seseorang yang mengeluarkan kata-kata itu saat ia sedang sanagat stress, sakit hati, stress, depresi, ataupun sakit hati. Kata-kata dan teriakan sebagai katarsis dari luka-luka yang ditekan terus menerus. Pada akhirnya, dimana manusia dapat diterima secara manusiawi? Sesederhana menerima saat seseorang sedang meluapkan emosinya, menerima kalau dadanya sedang sesak, menerima kalau spontanitas meledak terjadi karena jiwa sudah tak tahan?
Jangkan menolong sesederhana membiarkan seseorang marah, teriak, menangis sampai selesai agar emosinya ke release. Masyarakat pada umumnya akan banyak aturan, melarang, menghamabt seseorang untuk menyehatkan jiwanya. Ujung-ujungnya disuruh ditahan ditahan ditahan tanpa solusi praktikal bagaimana cara merelease nya? semua serba di tekan-tekan.
Saat kita sakit hati sama orang, dan setiap inget orang itu langsung muncul emosi intense, tandanya masalah sama dia blm selesai. Dan ini solusinya bukan dengan melupakan dan jangan diinget2, justru diselesaikan. Dengan cara apa? Release. Nulis semua sakit hati dan emosi yg ingin dikeluarkan, cari tempat aman untuk nangis ataupun teriak maki2, cari teman yg mampu memahami tanpa judgment (mendengarkan). Jika belum reda, sampaikan langsung ke orangnya. Indikasi trauma, sakit hati sembuh adalah saat diri mengingat kejadian dan orang tsb, emosi tetap netral. Tandanya masalah sudah selesai. Memaafkan butuh proses, Salah satu proses untuk sampai ke titik memaafkan ya dengan memahami whats going on, mengeluarkan semua emosi yang ketahan kependam biar jiwa lapang, menerima (ini butuh bantuan Tuhan bgt). Memaafkan beda dengan melupakan/ gak diinget2. Memaafkan terjadi ketika kita inget kejadian dan orangnya tp diri gak ada emosi apapun.
Jika kita memaksakan untuk melupakan tp di alam bawah sadar blm mampu memaafkan atau menerima. Saat ingatan hal terkait muncul di kemudian hari, emosi yang ditekan-tekan bs meledak seketika hingga orang bingung "kok gt aja bs sampe se reaktif itu", "knp nih org stress dasar gilak", "gw gak pny masalah malah marah2".
Intinya mau sharing.
1. Marah, nangis, kesal, itu hal wajar dan manusiawi.
2. Konfrotasi, menyampaikan, tanda kalau sesuatu masih jd masalah buat orang dan butuh closure atau sesederhana menyampaikan untuk akhirnya mampu memaafkan.
3. Teriakan, makian, luapan emosi yang keluar, sebuah katarsis dan proses healing orang membersihkan sampah2 dan luka batinnya. Dont take it personal, kecuali ya memang ada porang-orang maki2 karena ingin maki dan bales2an, itu beda cerita.
Kadang merhatiin orang-orang yang taat beragama ibadah, tp pola pikirnya jd judgmental tentang benar salah, dosa pahala, malah jd kurang empati untuk memahami keadaan perasaan orang. Jadi saat seseorang dianggap kurang baik/salah/dosa, langsung di nasehatin itu salah dan dikasih tau yg bener apa. Tanpa memberikan ruang untuk orang tsb memahami keadaan, berkontemplasi, dan akhirnya mendapat insight tersendiri. Semua serba di cekokin salah benar, nasihat, solusi2 normati harusnya harusnya, jangan begitu jangan begini, dll. Ya gak semuanya sih, ada jg yg beragama baik dan pny empati tinggi dan toleran.
Yang gak beres, kalau kesal sama si X tp muntahnya ke Z. Itu namanya gak fair. Atau kesal sama si X, ngomongin si X kemana2 cari masa, teman, dan dukungan, tp gak ngomong langsung ke si X dan menyelesaikan masalahnya. Ada juga orang-orang yang saat nyulut masalah, langsung kabur.
Ada istilah kalau ucapan cerminan hati. Kalau orang ngomong binatang dikala lg super meledak tertekan, apakah hatinya pasti buruk? Kalau orang bertata krama yang dianggap baik, santun, kata-kata halus, tp tukang tipu, suka selingkuh, licik, hatinya pasti baik hanya krn ucapannya baik? Orang yg ngomong kasar, konteks dan keadaannya beda2. Ada yg emang kebiasaan, lg kesal, hatinya buruk, dll. Tutur kata halus juga gak selalu mencerminkan kebaikan hatinya. Pandangan-pandangan benar salah, dan hitam putih seperti itu yang sebenarnya jadi judgment.
No comments:
Post a Comment