Saturday, January 9, 2021

Hidup

Hidup seperti berada dalam sebuah permainan, dimana diri harus terus bergerak untuk sampai ke tujuan. Melewati level demi level hingga finish. Dalam setiap level, tantangan dan kesulitannya pun berbeda. Selalu ada hal-hal baru yang sebelumnya tidak dikenal dan belum pernah diatasi dan teratasi. Ada batas yang ditentukan yakni waktu dan "nyawa", saat habis batas waktu ataupun nyawa, diri perlu mengulang lagi dari awal. Adapun bantuan yang ditawarkan yang dihasilkan dari jumlah poin yang di dapat di level sebelumnya ataupun di sesi bonus time. Dimana bantuan tersebut bisa digunakan di hal-hal mendesak untuk akhirnya bisa diatasi dan naik level. 

Untuk melewati setiap level, dibutuhkan modality, strategi, tindakan yang tepat, skill, dan banyak hal lainnya. Ada level yang mudah, ada yag sulit. Ada level yang sebelumnya mudah, pas diulang jadi lebih sulit ataupun sebaliknya. Dalam sebuah permainan, kita tidak bisa memaksakan pemain lain untuk segera melewati suatu level dengan cepat, keculi jika kita yang mengantikan ia bermain. Karena kemampuan setidap orang berbeda, kita hanya bisa memberikan saran, masalah berhasil atau tidak tergantung kecakapan pemain itu sendiri.

Sama dengan hidup, kita tidak bisa memaksakan seseorang untuk cepat move on, untuk mendapatkan closure nya sendiri, untuk tidak banyak berfikir, untuk melepaskan traumanya, dan segala nasihat-nasihat yang sebatas omongan tanpa tindkan nyata seperti support, pemberian rasa aman, validasi, comforting, diskusi, membimbing, dan menemani secara konsisten. Bagi kita yang pernah mengalami marahnya patah hati dan butuh tahunan untuk merelease rasa sakit hati, pengkhianatan, kehilangan, mencari closure yang tak pernah diberikan, membangun kembali kepercayaan pada diri sendiri, merapihkan self esteem, menerima keadaan, me-release segala emosi, melepaskan trauma, bukanlah hal mudah dan sesingkat bersin. Sekalipun solusinya adalah tentang penerimaan alias "menerima", realitanya butuh proses sampai ke tahap tersebut, dan proses setiap orang akan berbeda-beda. Tergantung dari ketahan dirinya, tingkat luka batinnya, histroy sebelumnya, luka-luka sebelumnya, lingkungannya, support systemnya, masalah-masalah lainnya yang sedang dihadapi, keadaannya, dll. Misal, ada orang putus cinta, dan level ketahanan mentalnya sama. Yang satu punya sahabat, keluarga, financial secure, kehidupan sosial sehat, fisik oke, prosesnya bisa lebih "smooth", sedangkan yang satu hidup sesendirian, gak punya temen dekat, gak ada keluarga, struggle sesendirian bahkan untuk cerita melepaskan perasaannya aja tidak ada orang yang bisa dan mau mendengarkannya, ditambah dia sedang ada masalah lain, misal secara finansial lagi sempit, jobless, fisik gak bisa jalan habis kecelakaan. Prosesnya akan berbeda. Yang sesendirian bisa lebih lama dari yang punya support system, bisa juga lebih cepat prosesnya karena masalah-masalah hidup lainnya jauh lebih ribet dan berat dari urusan hati, jadi groundingnya lebih cepat dan lebih mudah move on.

Saat diri berhasil menyelesaikan suatu level, maka akan naik ke level berikutnya. Indikasi naik level adalah ketika hal-hal yang dulu menjadi masalah menjadi hal yang netral biasa aja, tanpa trigger, tanpa lonjakan emosi, tanpa beban. Meski itu menjadi masalah, namun menjalaninya lebih ringan dan yaudah aja. Selain itu, salah satu indikasinya saat ada pemahaman yang di dapat dari proses sebelumnya. Saat sampai ke titikitu, maka bersiaplah untuk ujian selanjutnya, tentunya dengan masalah dan ujian yang lebih berat dari sebelumnya. Tidak ada ujian siapa yang lebih berat ataupun ringan, tidak bisa dibandingkan. Karena setiap orang memiliki ujian sesuai kemampuannya masing-masing dan dalam takaran yang adil menurut Tuhan. Misal, buat orang yang tidak punya trauma pengkhianatan, hubungan ortunya harmonis, saat di selingkuhi, dia bisa lebih mudah melewati, legowo dan yaudah putus, selesai. Buat orang yang sebelumnya ada insecurity dalam hubungan, beberapa kali dikhianati hingga trauma, tumbuh dalam keluarga yang tidak harmonis dan ada kasus perselingkuhan, saat diselingkuhi, reaksinya akan lebih intense bahkan menghasilkan masalah baru lainnya, seperti depresi, psikosmatis, bolak balik opname, nambah trauma baru, dan ngembet kesana sini efeknya. Ujiannya sama: diselingkuhi, dampaknya bisa berbeda, karena history dan keadaan setiap orang berbeda. 

Ada orang yang stress gak kerja, stress karena punya insecurity finansial, ada yang stressnya karena kehilangan ruang aktualisasi diri, ada yang stress nya karena kehilangan kehidupan sosial, ada yang stressnya karena gengsi. Kasusnya gak kerja, reason stress nya berbeda-beda. Kalaupun reason stress nya sama, intensitas dan dinamika sebelumnya pasti beda.  

-------------

Ada hal-hal yang dulu menjadi sebuah masalah besar, sekarang hanya butiran debu yang tak diperhitungkan keberadaannya. Bukan masalahnya yang mengecil, namun jiwa dan wawasan yang menjadi lebih luas, sehingga yang sebelumnya terlihat besar menjadi kecil. 


No comments:

Post a Comment