Sunday, December 22, 2024

Rave at Beachclub

Well, I got exclusive invitation (for 2 person) to attend music event at Dreamville. 
So, I went with my friends. It felt like high school's euphoria, was fun!
  

Thursday, December 5, 2024

Space

Jaman kuliah, lagi ngomel-ngomel sesuatu.
Tiba-tiba ada seorang teman, tidak terlalu akrab dan jarang main bareng, komen "lo kan tipe yang butuh space banyak". Disitu baru sadar hal yang bikin diri ngomel-ngomel adalah lagi less of space di tempat itu. Hal yang bikin kaget, ketika orang yang tidak akrab bisa notice my personality dengan tepat, dikala orang-orang terdekat yang sudah lama bersama pun tak menyadari hal itu.

Space untuk melakukan sesuatu dengan cara sendiri, ritme sendiri, dan kebebasan untuk mengeksplorasi. Kasarnya, kasih target dan jadwal, dan yaudah (ga perlu nanya-nanya, usik-usik, follow up - follow up), pasti beres ok kok. 

Bisa di bilang beruntung juga punya orang tua yang tidak pernah sekalipun menanyakan urusan akademik (pr, ujian)n apakagi nyuruh-nyuruh belajar. Tidak pernah sekalipun. Aku selalu handle semuanya sendiri meski nangis berdarah-darah saat tidak paham sesuatu, dan dari situ justru diri sangat berkembang cepat, beraktualisasi diri dengan baik, dan menghasilkan kehidupan akademik yang baik (selalu masuk sekolah ungulan dan berprestasi). Karena tidak pernah ada satupun orang yang mengusik (sekecil nanya pr/ nyuruh sekolah/ nyuruh belajar).

Dan ternyata kebutuhan space ini pun terjadi dalam relasi.
Saat upset, sedih, tersinggung, marah, being hurted, aku tipe yang diem, menjauh, dan menyendiri. Dan tidak ada satu pun orang yang bisa membaca keadaan dan emosiku yang sebenarnya. Hingga diri meledak karena takk kuat bottle up emotion, dan orang kaget dan malah jadi harming/ nge reject/ atau nge abuse diri. Makinlah deep sakit hatinya, dan semakin pula menyimpan dalam dan menjauh. Nah dalam keadaan yang tiba-tiba pergi, menjauh, meledak marah, ada orang yang tidak bereaksi terhadap ekspresiku, Ia hanya memberikanku space untuk menyelesaikan sendiri dan menetralkan diri. Dan saat diri kembali dengan ceria, ia pun menyambut dengan sangat terbuka. Dari ribuan orang  yang ditemui, baru ketemu satu orang yang ternyata mengenal sisiku yang itu. 

Termasuk kebutuhan space saat sedang berkomunikasi.

Monday, December 2, 2024

2/12/24 (2)

Tidak ada penyesalan terhadap orang-orang yang pernah hadir dalam hidup dan akhirny pergi memilih yang lain. Karena di  moment itu, memang akunya yang belum siap, belum mau, dan tidak benar-benar suka. Dan semuanya sudah sangat jelas di awal, tidak ada harapa yang aku gantungkan, tidak ada kebutuhan yang aku hold, dan tidak ada rejection seperti kabur dan ghosting. Semua dikomunikasikan dua belah pihak dan clear dengan waktu yang cepat tanpa merugikan siapapun. 

Giliran ada yang diri suka, bener-bener suka, udah sampe bisa super being vulneraable, ekspresi baik secara perasaan dan emosi, semua diliatin, dan settle dari awal. Orangnya gak suka dan nge reject, itu pun dalam waktu lama dalam harapan palsu, digantugin, di ghosting, yang tanpa sadar malah harming dan abusing. Di dia nya tidak ada kerugian apapun, di diri wow bgt dampaknya dan proses pemulihannay cukup lama. Karena tidak dikomunikasikan dan jelas dari awalm jadi  lukanya terlalu dalam dan berkpanjangan.

Dari proses hidup itu, berlabuh dalam kesadaran,
ternyata yang aku butuhkan saat ini, bukan tentang uang dan karir, tapi cinta.
Akhirnya memutuskan fokus untuk urusan cinta ini dan mulai membuka diri,
yang saat ditelusuri ke dalam diri, ternyata aku tidak benar-benar membuka diri, seperti masih ada barrier tinggi dan rasa takut. Entah trauma relasi sebelumnya atau ada hal-hal lan yang  belum akus sadari. Dan pertamakalinya juga dalam hidup, dalam waktu lama tidak ada orang yang hadir dalam hidup, sampe beberapa teman aneh "masa sih", "masa sih". Ya emang ga ada. Ga ada yang suka, ga ada yang naksir, ga ada yang ngedeketin, ga ada yang ngajak kenalan, ya ga ada sama sekali.

Mungkin ga harus sampe nikah buru-buru, lebih ke arah ya punya teman hidup partner. 
Yang bisa deep understanding, yang nyambung secara intellectual, yang sama-sama deep feeling, yang terkoneksi secara jiwa, yang saling nurturing dan nourishing, yang punya level energy minimal sama, yang mutual (aku milih dia, dia milih aku. aku suka dia, dia suka aku. aku cinta dia, dia cinta aku), yang sama-sama bertumbuh dan berkembang, yang bisa co creation, yang selevel. 

Dan bener-bener gatau cari dan ketemu dimana, karena dari dulu gak pernah cari orang, orang-orang yang dateng sendiri. Dan sekarang ga ada satupun yang dateng dan hadir dalam hidup. 

2/12/24 (1)

Being heard and accompanied, is nurturing way for me. 

Saat ngobrol, curhat, atau cerita ke teman seumuran, banyak yang sibuk menganalisa, memberi solusi tanpa tahu whole nya dan tidak mau tau semua variablenya, memberi masukan yang tak diminta, membenarkan seharusnya seperti apa. Bahkan banyak yang langsung memotong, menilai, menjudge. Lalu sadar, kok cerita ke orang malah bikin hidup makin sengsara nelangsa, dan tak memberikan kebaikan apapun. 

Hingga suatu saat bercerita ke seseorang yang usianya jauh diatas, dari mulai cerita banyak kemana-mana hingga akhirnya nangis dan batin kembali space nan expand. Dan orang ini hanya bering present, mendengarkan tanpa judgement, give me space and safety. Dan aada beberapa kejadian seperti ini, hingga akhirnya semakin mengenali diri sendiri. Ternyata diri yang sering memendam emopsi hingga tidak thu sedang mengalami emosi apa, sedang dalam keadaan apa, dan butuh apa. Saat bercerita, tanpa sadar mengurai hal-hal yang sdah kusut, membuka lapisan-lapisan penutup emosi, hingag emosi naik ke permukaan dan released (biasnaya nangis). Saat bercerita dengan orang secara real (telepon/ ketemu langsung/ zoom) rasanya berbeda dengan saat jurnaling menulis sendirian. Emosi yang keluar nya lebih cepat dan banyak. Dan memunculkan experience baru: oh ternyata ada orang yang mau nemenin, oh ternyata aku gak sendiri, oh ternyata ada orang yang nerima, oh ternyata ada orang yang  mau bantu, oh ternyata ada yang peduli. Disitu kepercayaan diri terhadap dunia luar meningkat, yang efeknya lebih mampu vulnerable, mulai percaya orang, mulai berbagi/ atau mendelegasikan sesuatu, mulai terbuka, mulai mengenal being nurtured seperti apa, mulai sadar akan beberapa perasaan dan pikiran diri selama ini yang salah, mulai belajar sayang sama diri sendiri, dan banyak hal lainnya.

Dan dari semua perjalanan dan pengalaman diri, ternyata my needs gak lebay, gak susah, gak gede. Bahkan cenderung receh dan kecil. Sesederhanan ditanya kabar, diajak main, ditemenin semenit, being present effortless, dan banyak hal kecil lainnya. Anehnya, kenapa orang-orang pelit untuk kasih ya? 

Pernah hampir drop depresi, udah takut banget. Karena kalau udah jebol depresi, sembuhinnya lama banget bisa tahunan dan gak mau mengalami lagi. Di momen itu tiba-tiba cerita panjang ke orang, long text acem novel. Dan orangnya cuma bales "aku disini ya". Terus selesai aja, ga banyak cerita lagi dan ga jebol depresi. Aku merasa gak sendirian, ditemenin, dan ga jadi depresi. Meski gatau juga chat aku dibaca atau tidak, dia peduli atau tidak, yang pasti orang itu super sibuk dan banyak urusan. He saved my life dengan kalimat itu tanpa perlu melakukan apapun atau effort energy waktu dll. 

Kalau diruntut, gak ngerti juga ketemu orang-orang itu. Dan mereka datang dalam hidup di momen diri sedang super struggle suffering sesendirian. Dan saat semuanya sudah selesai, kembali baik-baik saja, orang-orang ini hilang sendiri. 

Hidupku sesendirian dari kecil. Gak kaya orang-orang yang punya family supportif nan bonding baik, punya temen, circle, pasangan, komunitas, dll. Aku selalu sendirian, kalau lagi susah ga ada satupun yang sadar diri sedang super susah. Kalaupun udah mau dying terus minta tolong, orang-orang nyepelein, nge reject, dll. Alhasil ya semakin menutup diri, semakin menyimpan masalah sendiri, semakin merasa sendirian, semakin merasa tak layak dapat kontribusi orang, dan semakin berjarak dan tak percaya siapapun. Dibantu nggak, malah di reject, disalahpahami, di reject, diabaikan, di abuse. Gak ngerti juga kenapa dunia sejahat itu? 

Mungkin selama ini, yang aku butuhkan dari kecil, ya being loved.
Being loved: being accepted for who am I, being accepted, being nurtured, being nourished, being space, being supported, being trusted, being understood, being heard, being seen, being protected, being appreciated. Experience consistency, stability, maturity, reliability, and safety. Emotional, spiritual, and intellectual needs meet. 

Thursday, November 21, 2024

21/11/24

Jaman masih mengantungkan kebahagian pada dunia luar, tanpa sadar diri dan hidup abis buat ngurusin dan benerin orang. Alih-alih fokus sama diri sendiri, menjaga diri, membahagiakan diri; malah jadi sibuk ngurusin orang, benerin lingkungan, sistem, dan memikirkan semua hal. Dimana akhirnya malah merugikan diri sendiri dan masuk kedalam penderitaan tak berujung wkwk.

Hingga beberes diri, semua change, terjadi secara otomatis.
Misal, kalau dulu di abuse dan di reject orang, malah stay bahkan jadi lebih kind.
Kalau sekarang, secara otomatis langsung bye dengan sendirinya. Tanpa perlu explanation, cari validasi, cari dukungan, cari teman, meragukan diri sendiri, jadi cemas, dan memicu masalah-masalah lain.

Kalau dulu sapa orang karena open for friendship dan care, terus di reject atau di respon negatif, sedih. Dan malah berusaha keras to be liked atau sesederhana dipahami.
Kalau sekarang ya just know it as information dan gak akan pernah nyapa lagi, apalagi pake acara karena care dan ingin berteman. Ya kalau disapa, ya merespon, tapi tidak akan pernah menyapa duluan.

Kalau dulu gampang bercerita panjang super jujur ke orang, sekarang sadar tidak semua orang dapat dipercaya, pantas, dan layak.
Kalau dulu saat cerita hanya cerita, dianggap macem-macem hingga negatif, jadi sedih dan terus bercerita. Kalau sekarang, yausudah tidak bercerita lagi pada orang itu. 
--------

Kadang orang merasa melakukan hal yang benar dan niat baik, tanpa benar-benar kenal orang dan situasinya, tanpa benar-benar sadar akan efeknya. Yang ada di benaknya, ya itu sudah benar, tepat, dan selesai. 

Self Reflection - 2

Tidak ada yang mengajarkan untuk memprioritaskan diri, menghargai diri, mencintai diri, melindungi diri, menjaga diri, membela diri, memperkaya diri, membuat batas, memenuhi kebutuhan diri dan cara untuk kebutuhan diri terpenuhi. 

Tidak diajarkan, tidak dibiasakan, tidak ada ruang untuk hal itu tumbuh. 
Entah karma dan janji apa yang aku bawa di kehidupan sebelumnya. 

Hingga akhirnya, disaat mencari dan berhasrat untuk merubah kehidupan,
banyak sekali tanda, peluang, pertemuan, info, dan petunjuk yang hadir.

Disitu diri mulai belajar mencintai diri, berbuat baik, menyayangi diri, membuat batasan, menghargai diri, mendengarkan diri, melepaskan sesuatu, termasuk mengejar apa yang benar-benar diinginkan. Disitu pula hidup mulai berubah. Dari yang awalnya berkorban-berkorban, nelangsa, menderita, struggle, sekarang jadi lebih banyak happy nya.

Sunday, November 10, 2024

Self reflection - 1

When we know ourselves well, we don't be bothered by people opinion and judgement about us.
When we be kind to ourselves more, we attract good things, people, and place better.
When we love ourselves more, we can build healthy boundaries effortless.
When we care to ourselves, we have purpose, goal, and discipline. 

When we know our worth, 
We can receive great things easily,
We are unstoppable can achieve everything that we desire, 
We can walk away from negativity, bad things, and toxicity quickly.
We will be surrounded by joy, abundance, love, money, happiness, healthy, wealth, respect, ease, accompanies, glory.

Monday, November 4, 2024

Unstopable

Semakin kesini, semakin menyadari dan disadarkan tentang banyak sekali hal tak penting dan benar-benar tak penting. Seiring itu dipertemukan dengan orang-orang yang fokus dengan hidupnya seperti apa keadaan dan kehidupannya. Rasanya seperti tertampar dan disini tantangan bukan pada resilince; namun tentang berbuat baik pada diri sendiri. Tentang meaafkan diri, menerima segala kebodohan yang dilakukan, dan segala hal tak berguna yang diri pertahankan, energy dan waktu yang terbuang. Saat itu sudah dilewati, mulailah membuka intimacy pada diri sendiri tentang apa yang mau dicapai, apa yang mau dituju, apa yang benar-benar diinginkan. The big picture sekaligus sebagai kompas hidup. 

Apa yang sebenar-benarnya penting untukku?
Apa yang sebenar-benarnya aku inginkan?
Apa dan bagaimana realitaku yang sebenar-benarnya?
Show me the truth, clearity, and guide me

Wednesday, October 2, 2024

2/10/24

Mungkin dahulu setiap merasakan hal-hal gak enak atau muncul pikiran kesadarana akan sesuatu, selalu di denial dan diabaikan. Hingga akhirnya seiiring waktu mengalami banyak hal, bertemu banyak hal, termasuk banyak hal terungkap, baru lah sadar sesadar-sadarnya: ternyata semua yang dirasakan dan kesadaran yang dulu muncul itu benar, valid.

Wednesday, September 25, 2024

25/9/24

Orang bisa semena-mena, karena mereka berada dalam comfort zone nya:
Ada keluarga yang support, ada pasangan, ada teman, ada circle, ada pekerjaan, ada pendapatan, semua kebutuhannya terpenuhi nan tercukupi dengan berlimpah (makan, tidur, gerak, cinta, kasih, harta, benda, ruang aktualisasi, pride, uang, intimasi, sex, bermain-main, keamanan secara fisik dan psikis, dll). Mereka akan mudah membuat boundaries, membuang, dan melepaskan sesuatu, karena tidak dalam keadaan kekurangan apapun, berada dalam posisi yang mengancam dan tidak aman, sendirian secara jiwa raga.

Misal, 
Seseorang yang tak pernah mendapati kasih sayang dari orang tuanya, lingkungannya, care giver, hidup dalam kesendirian kesepian, apa-apa sendiri, hingga di momen drop karena tangki cinta nya kosong dan membutuhkan itu dikala dirinya sendiri tak mampu mengisinya sendiri. Jika pengalaman merasakan dicintai pun tak ada, bagaimana bisa mengenal tentang cinta, bagaiamana bisa menciptakannya dan memberikannya pada diri sendiri? Kemudian, datanglah seseorang yang bisa membaca situasinya dan memiliki niat buruk. Ia berikanlah perhatian, kasih sayang, pasti senang dong orang ini. Hingga di momen, semua itu di hold, ditahan, di putus. Kebayang ga keadaan orang ini? Ibarat kelaperan, dikasih makanan, lagi enak-enak makan, belum juga kenyang, makanannya dirampas. Ya pasti kaget. Adapun lebih jauhnya muncul addiction, serotoninnya sudha mulai muncul dan banjir, tiba-tiba hilang. Pasti akan mencari dan willing to do everything to full it again. Dan disini abuse di mulai. 

Dan hal itu bisa terjadi dalam konteks apapun. Baik pekerjaan, pertemanan, percintaan, relasi dengan keluarga, kolega, dll. Jika ada hal-hal yang membuat diri reaktif (cemas, depresif hingga depresi beneran, intense anger, nge drop secara mental psikis dan fisik); coba cek: 
- kebutuhan apa yang tidak terpenuhi?
- boundaries apa yang dilanggar?
- issue diri apa yang kesenggol?
- bagian diri mana yang kosong/ menjadi kosong?
- apa yang sebenar-benarnya diri inginkan?

Mungkin mengisi hal-hal kosong dalam diri yang diri pun belum pernah merasakanannya, mengenal energy nya, memahami dan mengetahui apa itu dan seperti apa; menjadi hal yang sulit untuk di lakukan bahkan sebuah struggle tersendiri untuk hidup dan menjalani kehidupan dalam kekosongan dan kekurangan. Pada akhirnya, berserah diri dan meminta pertolongan-Nya adalah satu-satunya jalan. 

23/9/24

Ternyata insight itu sesederhana:

Dimanfaatin.
Tandanya blm mampu manfaatin diri sendiri. 
Next step: explore diri, kenali diri, dan manfaatin diri sendiri for own advantanges. 
Sehingga tak ada  satupun org2 di luar diri yg bs manfaatin diri lg. 

Dikhianati. 
Tandanya yg setia dan commit itu diri sendiri. 
Another insght: Just be loyal sama diri sendiri alias  never abandonment/ sacrifice 
ourself to everything outside us. Take care, protect, and priority ourself. 
Next step: know the value, buang org2 yg gak align  dgn value diri. Being kind and trust self more. 

Di abuse.
Tandanya diri kuat. Krn orang cuma bisa nge abuse orang2 yg kuat. 
Dan cm yg kuat yg bs di abuse. Krn yg lemah, tanpa di abuse pun udh ilang/ terisih sendiri. 
Next step: kenali diri sendiri lbh dalam, kenalin power potensi apa yg blm disadari, 
choose something different. 

Ditinggalin/dibuang.
Tandanya diri sdh tdk bermanfaat buat org itu/ gak dianggap penting/ sesedehana tidak dipilih.
Next step: ya biarin aja, terima, sadari. Being more kind and love self. 
Never being attached/ dependent to others

Friday, September 13, 2024

13/9/24

Makin kesini, makin jarang share pikiran, perasaan, dan pandangan di public space.
Lebih banyak disimpan sendiri atau share ke teman dekat, bahkan hilang dengan sendirinya.

Perubahan terbesar adalah mulai mampu being vulnerable dan nangis depan orang.
Ternyata banyak sekali kesedihan yang aku tekan, simpan dan abaikan hingga tak mampu 
dirasakan secara sadar. Sekarang, nulis seperti ini di coffeeshop saja berhasil meneteskan air mata. 

Mungkin hal-hal yang baik untuk diri memang akan datang sendiri dengan segala kemudahan.
Teman, tempat, orang, dan semua yang ingin berkontrubusi in nurturing way. 
Universe always support and on my back wherever I am. 

Consistency and Stability

Through the tapestry of countless years, a profound truth has emerged from the shadows of my heart: what I truly yearn for in every bond, every friendship, is a harmony of consistency and stability, wrapped in kindness. Consistency is the gentle rhythm of a steady hand, the unwavering melody of words spoken and deeds done, where I am cherished with unchanging grace, regardless of the storm. Promises spoken become sacred oaths, never to be broken. Stability is the calm, enduring presence, a steadfast anchor in the tempest, untouched by the tumult of emotions, harm, or chaos.

I have come to understand that consistency and stability are not mere virtues but the alchemical elixirs for healing the deep fissures within the nervous system and neuroplasticity. Consistency and stability indirectly provide a sense of safety, security, certainty, order, clarity, trust, and a healthy connection in personal growth and relationship.

Healed and Marriage

Many people might think that marriage is a solution to all problems, a shortcut. As a result, there are those who judge individuals who consider marriage as a mere "shortcut."

For someone who is used to being alone, has trust issues, a lot of trauma, frequently betrayed, distrustful of others, closed off, often abused, harmed, lacks a secure place, has no sense of belonging, feels ignored, and holds false beliefs about being unworthy of love, the barriers to letting someone in are high. Not just for marriage, but even forming friendships can be distant.

When all these issues are healed, and one realizes that marriage is a way of loving oneself (a need for love, companionship, sex, bonding, connecting, etc.), then the desire to get married can be seen as an achievement. It reflects that the person has started to trust others, is beginning to let people into their life, feels worthy of love, is willing to be somewhat dependent on others, is ready to commit, feels settled and comfortable with themselves, understands that life cannot be lived alone (that there are roles and contributions from others), and is starting to learn and accept (transformation of masculine energy to feminine energy).

Being Misunderstood and Loneliness

Loneliness is not about living alone, being far from relatives and friends, or being physically alone. For me, loneliness is when there is no one who truly understands me, who has a deep connection with me, and where there is a lack of emotional, spiritual, or intellectual connection.

Being misunderstood hurt me so much, make me feel alone and very lonely even thought I surrounded by many people, had great interaction, and engaged in many activities with them. Sometimes it led to self-isolated and keep everything just for me. 

I am still looking for my "family", people who can get me, share deep connection, sense of belonging, have same value and vision, deep understanding, mutually choosing and having a strong bond, feeling home with each other, trusting me, nurturing and nourishing each other's sincere. 

For people who doesn't get me and misunderstanding, 
My depth of feeling is considered excessive and dramatic.
My depth of thinking is labeled as overthinking.
My thoroughness in processing is seen as complicated.
My forward-thinking vision is dismissed as mere daydreaming.
My sincerity is misunderstood and exploited.
My sacrifices are taken for granted.
My good intentions are perceived as attacks.

Sometimes, I don't understand why people just care of themself and their circle; why people having term of condition for giving something; why people have fear that lead them to get everything to make secure even harming others (human, nature, animal); why people so easy to break promise and betrayed just for get advantages; why people do cheat. Just wondering, ss it difficult to love everyone and to love and give unconditionally?

Ok, back to the topic
Yeah, being misunderstood very hurtful and make so lonely. 

Wednesday, September 4, 2024

Knowing Self

Saat mengenal diri, kita akan tahu apa yang sebenar-benarnya kita suka, inginkan, hasratkan, mau, takuti, hindari, batasan, dan banyak hal lainnya. Dimana itu semua memerlukan keberanian untuk menyelami diri sendiri dan jujur sejujur-jujurnya. 
Saat mengenal diri, kita akan tau apa yang menjadi tujuan diri, tujuan hidup, hal-hal yang membuat diri hidup, hal-hal yang membuat diri "mati", apa value diri, kemana arah diri. Termasuk terbentuknya barrier secara tak langsung sebagai penjaga keseimbangan diri dan berada di jalur semestinya. 

Saat mengenal diri, tak banyak energy yang terbuang sia-sia ataupun mengambil energy-energy yang tak  memberdayakan bahkan membuat diri menderita dan sakit jiwa, raga, batin. Kita akan tahu mana yang nenar-benar milik diir, mana yang milik orang lain ataupun proyeksinya. 

Saat mengenal diri, semua akan bersinergi bergerak, berjalanan, mengalir, dan jatuh pada tempatnya masing-masing. Tak perlu ada yang dipaksakan, berusaha dilepaskan, ataupun disimpan. Semua berjalan dengan sendirinya secara mudah, cepat, dan penuh keberlimpahan. 

Saat mengenal diri, lalu menerimanya, menghargai, berani jujur, sayang, dan menjalin intimasi menjadi satu kesatuan dengan keseluruhan bagian diri (secara jiwa, pikiran, tubuh) maka semua yang diri butuhkan, kemudahan, keberlimpahan, akan datang sendiri. Termasuk pekerjaan, jalan yang terbuka lebar, kemudahana, peluang, dan orang-orang diri. Karena diri sudah menjadi magnet yang menarik semua hal yang se frekuensi dan memiliki vibrasi yang sama dengannya.

Monday, September 2, 2024

Relasi

Salah satu tempat terbaik untuk melihat diri sendiri adalah lewat relasi romansa.
Tempat dimana mampu merefleksikan jenis attachment diri, issue diri, pengkondisian masa kecil, trauma diri, self image, self esteem, self worth, kedewasaan, boundaries, keterikatan, keterbukaan, trust issue, kepercayaan, komunikasi, koneksi mendalam, ikatan emosi, termasuk tempat refleksi relasi dengan diri sendiri. 

Tidak semua orang yang diri suka, memiliki ketertarikan dan perasaan yang sama.
Jika pun sama, belum tentu memiliki keberanian, keterbukaan untuk berkomunikasi, mengekspresikan, mengizinkan diri untuk masuk, menerima segala kontribusi diri, termasuk mencintai.
Jika pun mampu dan bisa, belum tentu compatible dan saat bersama saling bersinergi.
Jika itu dapat terjadi, belum tentu memiliki value dan tujuan yang sama.
Jika itu semua terlaksana, belum tentu pula saling memilih, bersama, dan berkomitmen.

Mungkin banyak yang cuma pengen seneng-senengnya aja (ada temen main, ada temen ngobrol, bisa sayang2an, ada intimasi dalam banyak hal, dll). Dan saat sesuatu getting hard, intense, serious; menyudahi semuanya bahkan kabur, menjadi pilihan paling mudah. Dan pola itu terus terjadi, entah karena menghindari komitmen, tanggung jawab, bertumbuh, kedewasaan; bentuk menghargai diri, mencari yang terbaik, cocok, dan terus mendapatkan penganti yang lebih baik; atau justru bentuk dari ketidakmampuan menyelesaikan konflik, masih ada issue diri, dan tidak mampu sendiri (harus punya pasangan). Banyak alasan dengan segala latarbelakangnya.

Dari relasi yang selesai baik-baik, masih ada masalah yang tak pernah tuntas dan dituntaskan, berkonflik, yang berubah menjadi musuh, yang tetap baik-baik saja, yang menjadi teman, yang masih sayang, yang berubah benci, ataupun netral tanpa kesan dan luka apapun. Pada akhirnya semuanya hanya ajang transformasi untuk diri sendiri menjadi pribadi yang lebih baik, lebih dewasa, lebih bijaksana, sembuh dari segala trauma dan issue diri, dan menjadi versi terbaik diri. 

Orang-orang yang hadir dalam hidup, terutama yang pernah ada jalinan intim yang melihat diri setelanjang-telanjangnya tanpa ada barrier dan rahasia apapun, yang selalu berhasil menekan red bottom hingga diri meledak-ledak seperti orang gilak, yang mampu memberikan rasa "rumah", yang pernah menjadi tempat ternyaman dan aman, yang pernah di bela mati-matian, yang pernah dicintai hingga lupa mencintai diri sendiri, yang pernah di prioritaskan diatas diri sendiri, yang pernah dijaga hingag diri rusak, apapun itu semua. Pada akhirnya ada jenis orang yang saat sudah mendapatkan semua yang dibutuhkan dan mendapat pengantinya, ia pergi meninggalkan diri dan melupakan secepat kilat tanpa kesan apapun; atau malah justru meningalkan banyak kesan hingga trauma mendalam yang butuh tahunan untuk menyembuhkannya. Dari itu semua, salah satu hikmah yang bisa dipetik adalah, selalu jadikan diri prioritas dimana pun berada dan dengan siapapun. Jangan pernah menajdi keset dan budak untuk siapapun, karena tidak semua orang yang hadir dalam hidup adalah orang baik, orang yang memiliki kualitas yang sama, yang jiwanya sama-sama pemberi dan tulus, yang tak punya hidden agenda apapun, yang setia, yang selalu menjaga perkataan dan janji, yang mau dan berkorban tanpa batas. 

People changes dan semuanya bisa berubah. 
Just take care of yourself, honey.