Sunday, November 10, 2024

Self reflection - 1

When we know ourselves well, we don't be bothered by people opinion and judgement about us.
When we be kind to ourselves more, we attract good things, people, and place better.
When we love ourselves more, we can build healthy boundaries effortless.
When we care to ourselves, we have purpose, goal, and discipline. 

When we know our worth, 
We can receive great things easily,
We are unstoppable can achieve everything that we desire, 
We can walk away from negativity, bad things, and toxicity quickly.
We will be surrounded by joy, abundance, love, money, happiness, healthy, wealth, respect, ease, accompanies, glory.

Monday, November 4, 2024

Unstopable

Semakin kesini, semakin menyadari dan disadarkan tentang banyak sekali hal tak penting dan benar-benar tak penting. Seiring itu dipertemukan dengan orang-orang yang fokus dengan hidupnya seperti apa keadaan dan kehidupannya. Rasanya seperti tertampar dan disini tantangan bukan pada resilince; namun tentang berbuat baik pada diri sendiri. Tentang meaafkan diri, menerima segala kebodohan yang dilakukan, dan segala hal tak berguna yang diri pertahankan, energy dan waktu yang terbuang. Saat itu sudah dilewati, mulailah membuka intimacy pada diri sendiri tentang apa yang mau dicapai, apa yang mau dituju, apa yang benar-benar diinginkan. The big picture sekaligus sebagai kompas hidup. 

Apa yang sebenar-benarnya penting untukku?
Apa yang sebenar-benarnya aku inginkan?
Apa dan bagaimana realitaku yang sebenar-benarnya?
Show me the truth, clearity, and guide me

Wednesday, October 2, 2024

2/10/24

Mungkin dahulu setiap merasakan hal-hal gak enak atau muncul pikiran kesadarana akan sesuatu, selalu di denial dan diabaikan. Hingga akhirnya seiiring waktu mengalami banyak hal, bertemu banyak hal, termasuk banyak hal terungkap, baru lah sadar sesadar-sadarnya: ternyata semua yang dirasakan dan kesadaran yang dulu muncul itu benar, valid.

Wednesday, September 25, 2024

25/9/24

Orang bisa semena-mena, karena mereka berada dalam comfort zone nya:
Ada keluarga yang support, ada pasangan, ada teman, ada circle, ada pekerjaan, ada pendapatan, semua kebutuhannya terpenuhi nan tercukupi dengan berlimpah (makan, tidur, gerak, cinta, kasih, harta, benda, ruang aktualisasi, pride, uang, intimasi, sex, bermain-main, keamanan secara fisik dan psikis, dll). Mereka akan mudah membuat boundaries, membuang, dan melepaskan sesuatu, karena tidak dalam keadaan kekurangan apapun, berada dalam posisi yang mengancam dan tidak aman, sendirian secara jiwa raga.

Misal, 
Seseorang yang tak pernah mendapati kasih sayang dari orang tuanya, lingkungannya, care giver, hidup dalam kesendirian kesepian, apa-apa sendiri, hingga di momen drop karena tangki cinta nya kosong dan membutuhkan itu dikala dirinya sendiri tak mampu mengisinya sendiri. Jika pengalaman merasakan dicintai pun tak ada, bagaimana bisa mengenal tentang cinta, bagaiamana bisa menciptakannya dan memberikannya pada diri sendiri? Kemudian, datanglah seseorang yang bisa membaca situasinya dan memiliki niat buruk. Ia berikanlah perhatian, kasih sayang, pasti senang dong orang ini. Hingga di momen, semua itu di hold, ditahan, di putus. Kebayang ga keadaan orang ini? Ibarat kelaperan, dikasih makanan, lagi enak-enak makan, belum juga kenyang, makanannya dirampas. Ya pasti kaget. Adapun lebih jauhnya muncul addiction, serotoninnya sudha mulai muncul dan banjir, tiba-tiba hilang. Pasti akan mencari dan willing to do everything to full it again. Dan disini abuse di mulai. 

Dan hal itu bisa terjadi dalam konteks apapun. Baik pekerjaan, pertemanan, percintaan, relasi dengan keluarga, kolega, dll. Jika ada hal-hal yang membuat diri reaktif (cemas, depresif hingga depresi beneran, intense anger, nge drop secara mental psikis dan fisik); coba cek: 
- kebutuhan apa yang tidak terpenuhi?
- boundaries apa yang dilanggar?
- issue diri apa yang kesenggol?
- bagian diri mana yang kosong/ menjadi kosong?
- apa yang sebenar-benarnya diri inginkan?

Mungkin mengisi hal-hal kosong dalam diri yang diri pun belum pernah merasakanannya, mengenal energy nya, memahami dan mengetahui apa itu dan seperti apa; menjadi hal yang sulit untuk di lakukan bahkan sebuah struggle tersendiri untuk hidup dan menjalani kehidupan dalam kekosongan dan kekurangan. Pada akhirnya, berserah diri dan meminta pertolongan-Nya adalah satu-satunya jalan. 

23/9/24

Ternyata insight itu sesederhana:

Dimanfaatin.
Tandanya blm mampu manfaatin diri sendiri. 
Next step: explore diri, kenali diri, dan manfaatin diri sendiri for own advantanges. 
Sehingga tak ada  satupun org2 di luar diri yg bs manfaatin diri lg. 

Dikhianati. 
Tandanya yg setia dan commit itu diri sendiri. 
Another insght: Just be loyal sama diri sendiri alias  never abandonment/ sacrifice 
ourself to everything outside us. Take care, protect, and priority ourself. 
Next step: know the value, buang org2 yg gak align  dgn value diri. Being kind and trust self more. 

Di abuse.
Tandanya diri kuat. Krn orang cuma bisa nge abuse orang2 yg kuat. 
Dan cm yg kuat yg bs di abuse. Krn yg lemah, tanpa di abuse pun udh ilang/ terisih sendiri. 
Next step: kenali diri sendiri lbh dalam, kenalin power potensi apa yg blm disadari, 
choose something different. 

Ditinggalin/dibuang.
Tandanya diri sdh tdk bermanfaat buat org itu/ gak dianggap penting/ sesedehana tidak dipilih.
Next step: ya biarin aja, terima, sadari. Being more kind and love self. 
Never being attached/ dependent to others

Friday, September 13, 2024

13/9/24

Makin kesini, makin jarang share pikiran, perasaan, dan pandangan di public space.
Lebih banyak disimpan sendiri atau share ke teman dekat, bahkan hilang dengan sendirinya.

Perubahan terbesar adalah mulai mampu being vulnerable dan nangis depan orang.
Ternyata banyak sekali kesedihan yang aku tekan, simpan dan abaikan hingga tak mampu 
dirasakan secara sadar. Sekarang, nulis seperti ini di coffeeshop saja berhasil meneteskan air mata. 

Mungkin hal-hal yang baik untuk diri memang akan datang sendiri dengan segala kemudahan.
Teman, tempat, orang, dan semua yang ingin berkontrubusi in nurturing way. 
Universe always support and on my back wherever I am. 

Consistency and Stability

Through the tapestry of countless years, a profound truth has emerged from the shadows of my heart: what I truly yearn for in every bond, every friendship, is a harmony of consistency and stability, wrapped in kindness. Consistency is the gentle rhythm of a steady hand, the unwavering melody of words spoken and deeds done, where I am cherished with unchanging grace, regardless of the storm. Promises spoken become sacred oaths, never to be broken. Stability is the calm, enduring presence, a steadfast anchor in the tempest, untouched by the tumult of emotions, harm, or chaos.

I have come to understand that consistency and stability are not mere virtues but the alchemical elixirs for healing the deep fissures within the nervous system and neuroplasticity. Consistency and stability indirectly provide a sense of safety, security, certainty, order, clarity, trust, and a healthy connection in personal growth and relationship.

Healed and Marriage

Many people might think that marriage is a solution to all problems, a shortcut. As a result, there are those who judge individuals who consider marriage as a mere "shortcut."

For someone who is used to being alone, has trust issues, a lot of trauma, frequently betrayed, distrustful of others, closed off, often abused, harmed, lacks a secure place, has no sense of belonging, feels ignored, and holds false beliefs about being unworthy of love, the barriers to letting someone in are high. Not just for marriage, but even forming friendships can be distant.

When all these issues are healed, and one realizes that marriage is a way of loving oneself (a need for love, companionship, sex, bonding, connecting, etc.), then the desire to get married can be seen as an achievement. It reflects that the person has started to trust others, is beginning to let people into their life, feels worthy of love, is willing to be somewhat dependent on others, is ready to commit, feels settled and comfortable with themselves, understands that life cannot be lived alone (that there are roles and contributions from others), and is starting to learn and accept (transformation of masculine energy to feminine energy).

Being Misunderstood and Loneliness

Loneliness is not about living alone, being far from relatives and friends, or being physically alone. For me, loneliness is when there is no one who truly understands me, who has a deep connection with me, and where there is a lack of emotional, spiritual, or intellectual connection.

Being misunderstood hurt me so much, make me feel alone and very lonely even thought I surrounded by many people, had great interaction, and engaged in many activities with them. Sometimes it led to self-isolated and keep everything just for me. 

I am still looking for my "family", people who can get me, share deep connection, sense of belonging, have same value and vision, deep understanding, mutually choosing and having a strong bond, feeling home with each other, trusting me, nurturing and nourishing each other's sincere. 

For people who doesn't get me and misunderstanding, 
My depth of feeling is considered excessive and dramatic.
My depth of thinking is labeled as overthinking.
My thoroughness in processing is seen as complicated.
My forward-thinking vision is dismissed as mere daydreaming.
My sincerity is misunderstood and exploited.
My sacrifices are taken for granted.
My good intentions are perceived as attacks.

Sometimes, I don't understand why people just care of themself and their circle; why people having term of condition for giving something; why people have fear that lead them to get everything to make secure even harming others (human, nature, animal); why people so easy to break promise and betrayed just for get advantages; why people do cheat. Just wondering, ss it difficult to love everyone and to love and give unconditionally?

Ok, back to the topic
Yeah, being misunderstood very hurtful and make so lonely. 

Wednesday, September 4, 2024

Knowing Self

Saat mengenal diri, kita akan tahu apa yang sebenar-benarnya kita suka, inginkan, hasratkan, mau, takuti, hindari, batasan, dan banyak hal lainnya. Dimana itu semua memerlukan keberanian untuk menyelami diri sendiri dan jujur sejujur-jujurnya. 
Saat mengenal diri, kita akan tau apa yang menjadi tujuan diri, tujuan hidup, hal-hal yang membuat diri hidup, hal-hal yang membuat diri "mati", apa value diri, kemana arah diri. Termasuk terbentuknya barrier secara tak langsung sebagai penjaga keseimbangan diri dan berada di jalur semestinya. 

Saat mengenal diri, tak banyak energy yang terbuang sia-sia ataupun mengambil energy-energy yang tak  memberdayakan bahkan membuat diri menderita dan sakit jiwa, raga, batin. Kita akan tahu mana yang nenar-benar milik diir, mana yang milik orang lain ataupun proyeksinya. 

Saat mengenal diri, semua akan bersinergi bergerak, berjalanan, mengalir, dan jatuh pada tempatnya masing-masing. Tak perlu ada yang dipaksakan, berusaha dilepaskan, ataupun disimpan. Semua berjalan dengan sendirinya secara mudah, cepat, dan penuh keberlimpahan. 

Saat mengenal diri, lalu menerimanya, menghargai, berani jujur, sayang, dan menjalin intimasi menjadi satu kesatuan dengan keseluruhan bagian diri (secara jiwa, pikiran, tubuh) maka semua yang diri butuhkan, kemudahan, keberlimpahan, akan datang sendiri. Termasuk pekerjaan, jalan yang terbuka lebar, kemudahana, peluang, dan orang-orang diri. Karena diri sudah menjadi magnet yang menarik semua hal yang se frekuensi dan memiliki vibrasi yang sama dengannya.

Monday, September 2, 2024

Relasi

Salah satu tempat terbaik untuk melihat diri sendiri adalah lewat relasi romansa.
Tempat dimana mampu merefleksikan jenis attachment diri, issue diri, pengkondisian masa kecil, trauma diri, self image, self esteem, self worth, kedewasaan, boundaries, keterikatan, keterbukaan, trust issue, kepercayaan, komunikasi, koneksi mendalam, ikatan emosi, termasuk tempat refleksi relasi dengan diri sendiri. 

Tidak semua orang yang diri suka, memiliki ketertarikan dan perasaan yang sama.
Jika pun sama, belum tentu memiliki keberanian, keterbukaan untuk berkomunikasi, mengekspresikan, mengizinkan diri untuk masuk, menerima segala kontribusi diri, termasuk mencintai.
Jika pun mampu dan bisa, belum tentu compatible dan saat bersama saling bersinergi.
Jika itu dapat terjadi, belum tentu memiliki value dan tujuan yang sama.
Jika itu semua terlaksana, belum tentu pula saling memilih, bersama, dan berkomitmen.

Mungkin banyak yang cuma pengen seneng-senengnya aja (ada temen main, ada temen ngobrol, bisa sayang2an, ada intimasi dalam banyak hal, dll). Dan saat sesuatu getting hard, intense, serious; menyudahi semuanya bahkan kabur, menjadi pilihan paling mudah. Dan pola itu terus terjadi, entah karena menghindari komitmen, tanggung jawab, bertumbuh, kedewasaan; bentuk menghargai diri, mencari yang terbaik, cocok, dan terus mendapatkan penganti yang lebih baik; atau justru bentuk dari ketidakmampuan menyelesaikan konflik, masih ada issue diri, dan tidak mampu sendiri (harus punya pasangan). Banyak alasan dengan segala latarbelakangnya.

Dari relasi yang selesai baik-baik, masih ada masalah yang tak pernah tuntas dan dituntaskan, berkonflik, yang berubah menjadi musuh, yang tetap baik-baik saja, yang menjadi teman, yang masih sayang, yang berubah benci, ataupun netral tanpa kesan dan luka apapun. Pada akhirnya semuanya hanya ajang transformasi untuk diri sendiri menjadi pribadi yang lebih baik, lebih dewasa, lebih bijaksana, sembuh dari segala trauma dan issue diri, dan menjadi versi terbaik diri. 

Orang-orang yang hadir dalam hidup, terutama yang pernah ada jalinan intim yang melihat diri setelanjang-telanjangnya tanpa ada barrier dan rahasia apapun, yang selalu berhasil menekan red bottom hingga diri meledak-ledak seperti orang gilak, yang mampu memberikan rasa "rumah", yang pernah menjadi tempat ternyaman dan aman, yang pernah di bela mati-matian, yang pernah dicintai hingga lupa mencintai diri sendiri, yang pernah di prioritaskan diatas diri sendiri, yang pernah dijaga hingag diri rusak, apapun itu semua. Pada akhirnya ada jenis orang yang saat sudah mendapatkan semua yang dibutuhkan dan mendapat pengantinya, ia pergi meninggalkan diri dan melupakan secepat kilat tanpa kesan apapun; atau malah justru meningalkan banyak kesan hingga trauma mendalam yang butuh tahunan untuk menyembuhkannya. Dari itu semua, salah satu hikmah yang bisa dipetik adalah, selalu jadikan diri prioritas dimana pun berada dan dengan siapapun. Jangan pernah menajdi keset dan budak untuk siapapun, karena tidak semua orang yang hadir dalam hidup adalah orang baik, orang yang memiliki kualitas yang sama, yang jiwanya sama-sama pemberi dan tulus, yang tak punya hidden agenda apapun, yang setia, yang selalu menjaga perkataan dan janji, yang mau dan berkorban tanpa batas. 

People changes dan semuanya bisa berubah. 
Just take care of yourself, honey. 

Sunday, September 1, 2024

Ketakutan

Saat terbiasa kekurangan secara harta, ketika mendapatkan harta berlimpah; mungkin rasanya ingin lebih dan ada ketakutan kehilangan dan menjadi kekurangan kembali.

Saat terbiasa menderita dan kosong, ketika mendapatkan kebahagian, suka cita, dan content; mungkin ada ketakutan untuk kembali menderita dan sekuat tenaga mempertahankan kebahagiannya untuk tidak hilang sekecil apapun.

Begitupun sebaliknya, saat terbiasa mudah, bahagia, kaya raya; maka akan terus mempertahankan kondisinya bahkan muncul hasrat untuk mendapatkan lebih dan lebih; dari cara yang baik bagi semua pihak hingga cara apapun dilakukan meski merugikan bahkan "membunuh" orang lain dan merusak alam.

Dan pada akhirnya semua itu hanya bagian dari perjalanan kesadaran dan kedewasaan spiritual. 
Kesadaran untuk telepas dari segala hal. 
Kesadaran untuk terkoneksi terhadap diri sendiri.
Kesadaran untuk belajar menerima segala hal dan menikmati setiap prosesnya dengan tangan terbuka dan suka cita, apapun itu.
Kesadaran untuk semakin percaya pada kemampuan diri sendiri dan keyakinan akan kuasa Tuhan.
Kesadaran untuk mengenal diri sendiri dan apa yang sebenar-benarnya menjadi tujuan dan tugas hidup.
Kesadaran untuk terkoneksi dengan semua hal tanpa ada keterikatan apapun.
Kesadaran untuk menjadi diri seutuhnya dan meluruhkan seluruh ego.

Friday, August 16, 2024

Its a choice, honey.

Saat mengenal dan menyadari segala trauma diri; tanpa sadar fokus, energy, dan waktu tercurah pada mencari-cari masalah diri, luka-luka diri, dan menyembuhkan diri. Tanpa terasa tahunan hilang tanpa menciptakan apapun, dan masalah-masalah diri semakin terlihat, bermunculan, tak kunjung selesai. Lalu datanglah momen dimana energy dan waktu habis untuk membangun kehidupan orang lain dengan mengerus dan mematikan diri sendiri. Tahunan pun berlalu, hingga akhirnya secara perlahan mulai menarik kembali fokus pada diri sendiri. Merawat diri, menutrisi diri, menyayangi diri, dan membangun kehidupan sendiri. Waktu yang sangat panjang, memakan waktu 30 tahun lebih untuk sampai ke titik ini. Dan akhirnya dari situ pun belajar untuk berbuat baik pada diri dengan memaafkan, memaklumi, merangkul, menyemangati, dan melepaskan hal-hal yang sudah lewat. Apapun yang sudah terjadi ya yaudah. Pilihan berbeda apa yang bisa aku pilih untuk kehidupan yang lebih baik dan kembali menjadi diri sejati yang utuh dengan segala kemampuan diri keluar maksimal untuk keberlimpahan diri dan meberikan dampak baik untuk banyak kehidupan (termasuk untuk alam, mahluk lain) di dunia ini? 
------

Setiap mahluk memiliki kelebihan dan kekurangan,
Setiap kehidupan menghasilkan pengalaman baik dan buruk
Setiap pengalaman memberikan kesenangan dan penderitaan
Setiap persingungan memberikan kesan ataupun trauma.

Dari semua yang hadir, kemanakah fokus kita?
Apa yang kita fokuskan dan putuskan?
Its your choice, honey. 

Still whole

Laptop sempet gak nyala kalau tidak sambil di charge. Sempat menganggap rusak, disfungsi, tak bernilai dan diabaikan. Sampai di momen sadar, itu semua terjadi karena awalnya lupa cabut chargeran beberapa hari, kemungkinan besar batrenya bocor, alias masalahnya hanya di baterai yang harganya 1/20 laptopnya (just 5%). Hanya karena 1 komponen yang tak berfungsi baik dan maksinaml, bukan berarti yang lainnya rusak dan sudah tak bernilai berarti lagi. Begitupun dengan diri dan kehidupan. Saat ada sesuatu yang bermasalah/ sedang tidak berfungsi maksimal, bukan berarti semuanya hancur, tak dapat berfungsi, dan tak ada kehidupan lagi. 

16/8/24

Gak nyangka bisa happy di tempat ini meski gak ada keluarga atau sanak saudara.
Awal-awal udah takut, takut kesepian, takut sendirian merana, takut ini itu kaya jaman dulu kerja di timur. Bahkan sebelumnya pernah ke kota ini, sempet nelangsa. Dan ternyata berbeda. Di kantor gak banyak aktivitas sosial, orang-orangnya masing-masing, di kosan gak kenal siapa-siapa dan gak minat cari temen juga. Sehari-hari gak ada yang tanya kabar, gak ada yang ngecek, ga ada yang kontak-kontak, rasanya bahagia-bahagia aja. Dan tak mencari-cari orang atau berusaha terkoneksi dengan orang lain. Aku bahagia dengan diriku sendiri. Terimakasih ya diriku, terimakasih telah bertransformasi dan terus expand tumbuh. Love you, Utie!

Saturday, August 10, 2024

Tak apa

Jika tak ada yang peduli, tidak apa-apa. Pedulikan saja diri sendiri. 
Jika tak ada yang menerima,  tidak apa-apa. Terimalah diri seutuhnya.
Jika tak ada yang memilih, tidak apa-apa. Selalu pilihlah diri sendiri.  
Jika tak ada yang percaya, tidak apa-apa. Percayalah pada diri sendiri. 

Jika tak ada yang mau mendengarkan, tidak apa-apa. Dengarkan diri dengan baik. 
Jika tak ada yang bersedia mencintai, tidak apa-apa. Sayang dan cinta diri sendiri saja.
Jika tak ada yang menjaga perasaan dan lainnya,  tak apa-apa. Jaga diri sendiri saja.
Jika tak ada yang setia dan dapat dipercaya, tidak apa-apa. Setia saja pada diri sendiri. 

Jika tak ada yang mau berteman, tidak apa-apa. Berteman dengan diri sendiri saja.
Jika tak ada yang mau menemani, tidak apa-apa. Menjadi nyamanlah dengan diri sendiri.
Jika tak ada yang mengajak, tidak apa-apa. Ciptakan saja kebahagian sendiri.
Jika tak ada yang memberi kesempatan, tak apa-apa. Ciptakan saja panggung sendiri. 

Pada akhirnya, hanya diri sendiri yang memiliki kendali untuk memberikan dampak (baik, buruk; bahagia, menderita; maju, diam; mati, hidup) pada diri sendiri. Apapun yang dilakukan orang, sejatinya hanya pilihan mereka saja, tak ada hubungannya dengan diri. Orang bisa datang dan pergi, bisa baik dan jahat, bisa melakukan apapun yang mereka mau dan bisa lakukan pada diri. Dan satu-satunya yang memebrikan izin untuk semua perlakuan orang berdampak pada diri, ya diri sendiri. Begitupun saat orang melakukan hal berbeda pada diri, diri memiliki kendali untuk menciptakannya sendiri. Tak apa-apa jika orang yang kita anggap teman, baik ke yang lain namun jahat ke diri. Tak apa-apa orang yang dianggap keluarga sangat mengayomi ke yang lain namun abai dengan diri. Yang penting, lakukan hal-hal baik pada diri apapun yang terjadi di luar sana. 

10/8/24

Entah berapa banyak sumpah yang diucapkan untuk mengutuk diri 
Entah berapa banyak janji yang dilontarkan untuk tidak mencintai diri
Entah berapa banyak ikatan yang tercipta untuk selalu menyakiti diri
Entah berapa banyak kontrak yang disetujui untuk menolak kejayaan
Entah berapa banyak perjanjian yang disepakati untuk selalu menderita

Di sepanjang kehidupan semenjak jiwa hadir di dunia hingga detik ini.

Dan butuh waktu 30 tahun lebih untuk menyadari, melepaskan, membatalkan, mematahkan itu semua, hingga kemudahaan, kejayaan, cinta, kasih, kebahagian, keriaan, mulai mampu masuk ke dalam diri dan merubah kehidupan menjadi lebih menyenangkan, ringan, baik, membaik, berkembang, berkemudahaan, dan mendapati hal sebanding bahkan lebih yang memang layak.