Being heard and accompanied, is nurturing way for me.
Saat ngobrol, curhat, atau cerita ke teman seumuran, banyak yang sibuk menganalisa, memberi solusi tanpa tahu whole nya dan tidak mau tau semua variablenya, memberi masukan yang tak diminta, membenarkan seharusnya seperti apa. Bahkan banyak yang langsung memotong, menilai, menjudge. Lalu sadar, kok cerita ke orang malah bikin hidup makin sengsara nelangsa, dan tak memberikan kebaikan apapun.
Hingga suatu saat bercerita ke seseorang yang usianya jauh diatas, dari mulai cerita banyak kemana-mana hingga akhirnya nangis dan batin kembali space nan expand. Dan orang ini hanya bering present, mendengarkan tanpa judgement, give me space and safety. Dan aada beberapa kejadian seperti ini, hingga akhirnya semakin mengenali diri sendiri. Ternyata diri yang sering memendam emopsi hingga tidak thu sedang mengalami emosi apa, sedang dalam keadaan apa, dan butuh apa. Saat bercerita, tanpa sadar mengurai hal-hal yang sdah kusut, membuka lapisan-lapisan penutup emosi, hingag emosi naik ke permukaan dan released (biasnaya nangis). Saat bercerita dengan orang secara real (telepon/ ketemu langsung/ zoom) rasanya berbeda dengan saat jurnaling menulis sendirian. Emosi yang keluar nya lebih cepat dan banyak. Dan memunculkan experience baru: oh ternyata ada orang yang mau nemenin, oh ternyata aku gak sendiri, oh ternyata ada orang yang nerima, oh ternyata ada orang yang mau bantu, oh ternyata ada yang peduli. Disitu kepercayaan diri terhadap dunia luar meningkat, yang efeknya lebih mampu vulnerable, mulai percaya orang, mulai berbagi/ atau mendelegasikan sesuatu, mulai terbuka, mulai mengenal being nurtured seperti apa, mulai sadar akan beberapa perasaan dan pikiran diri selama ini yang salah, mulai belajar sayang sama diri sendiri, dan banyak hal lainnya.
Dan dari semua perjalanan dan pengalaman diri, ternyata my needs gak lebay, gak susah, gak gede. Bahkan cenderung receh dan kecil. Sesederhanan ditanya kabar, diajak main, ditemenin semenit, being present effortless, dan banyak hal kecil lainnya. Anehnya, kenapa orang-orang pelit untuk kasih ya?
Pernah hampir drop depresi, udah takut banget. Karena kalau udah jebol depresi, sembuhinnya lama banget bisa tahunan dan gak mau mengalami lagi. Di momen itu tiba-tiba cerita panjang ke orang, long text acem novel. Dan orangnya cuma bales "aku disini ya". Terus selesai aja, ga banyak cerita lagi dan ga jebol depresi. Aku merasa gak sendirian, ditemenin, dan ga jadi depresi. Meski gatau juga chat aku dibaca atau tidak, dia peduli atau tidak, yang pasti orang itu super sibuk dan banyak urusan. He saved my life dengan kalimat itu tanpa perlu melakukan apapun atau effort energy waktu dll.
Kalau diruntut, gak ngerti juga ketemu orang-orang itu. Dan mereka datang dalam hidup di momen diri sedang super struggle suffering sesendirian. Dan saat semuanya sudah selesai, kembali baik-baik saja, orang-orang ini hilang sendiri.
Hidupku sesendirian dari kecil. Gak kaya orang-orang yang punya family supportif nan bonding baik, punya temen, circle, pasangan, komunitas, dll. Aku selalu sendirian, kalau lagi susah ga ada satupun yang sadar diri sedang super susah. Kalaupun udah mau dying terus minta tolong, orang-orang nyepelein, nge reject, dll. Alhasil ya semakin menutup diri, semakin menyimpan masalah sendiri, semakin merasa sendirian, semakin merasa tak layak dapat kontribusi orang, dan semakin berjarak dan tak percaya siapapun. Dibantu nggak, malah di reject, disalahpahami, di reject, diabaikan, di abuse. Gak ngerti juga kenapa dunia sejahat itu?
Mungkin selama ini, yang aku butuhkan dari kecil, ya being loved.
Being loved: being accepted for who am I, being accepted, being nurtured, being nourished, being space, being supported, being trusted, being understood, being heard, being seen, being protected, being appreciated. Experience consistency, stability, maturity, reliability, and safety. Emotional, spiritual, and intellectual needs meet.