Friday, September 13, 2024

13/9/24

Makin kesini, makin jarang share pikiran, perasaan, dan pandangan di public space.
Lebih banyak disimpan sendiri atau share ke teman dekat, bahkan hilang dengan sendirinya.

Perubahan terbesar adalah mulai mampu being vulnerable dan nangis depan orang.
Ternyata banyak sekali kesedihan yang aku tekan, simpan dan abaikan hingga tak mampu 
dirasakan secara sadar. Sekarang, nulis seperti ini di coffeeshop saja berhasil meneteskan air mata. 

Mungkin hal-hal yang baik untuk diri memang akan datang sendiri dengan segala kemudahan.
Teman, tempat, orang, dan semua yang ingin berkontrubusi in nurturing way. 
Universe always support and on my back wherever I am. 

Consistency and Stability

Through the tapestry of countless years, a profound truth has emerged from the shadows of my heart: what I truly yearn for in every bond, every friendship, is a harmony of consistency and stability, wrapped in kindness. Consistency is the gentle rhythm of a steady hand, the unwavering melody of words spoken and deeds done, where I am cherished with unchanging grace, regardless of the storm. Promises spoken become sacred oaths, never to be broken. Stability is the calm, enduring presence, a steadfast anchor in the tempest, untouched by the tumult of emotions, harm, or chaos.

I have come to understand that consistency and stability are not mere virtues but the alchemical elixirs for healing the deep fissures within the nervous system and neuroplasticity. Consistency and stability indirectly provide a sense of safety, security, certainty, order, clarity, trust, and a healthy connection in personal growth and relationship.

Healed and Marriage

Many people might think that marriage is a solution to all problems, a shortcut. As a result, there are those who judge individuals who consider marriage as a mere "shortcut."

For someone who is used to being alone, has trust issues, a lot of trauma, frequently betrayed, distrustful of others, closed off, often abused, harmed, lacks a secure place, has no sense of belonging, feels ignored, and holds false beliefs about being unworthy of love, the barriers to letting someone in are high. Not just for marriage, but even forming friendships can be distant.

When all these issues are healed, and one realizes that marriage is a way of loving oneself (a need for love, companionship, sex, bonding, connecting, etc.), then the desire to get married can be seen as an achievement. It reflects that the person has started to trust others, is beginning to let people into their life, feels worthy of love, is willing to be somewhat dependent on others, is ready to commit, feels settled and comfortable with themselves, understands that life cannot be lived alone (that there are roles and contributions from others), and is starting to learn and accept (transformation of masculine energy to feminine energy).

Being Misunderstood and Loneliness

Loneliness is not about living alone, being far from relatives and friends, or being physically alone. For me, loneliness is when there is no one who truly understands me, who has a deep connection with me, and where there is a lack of emotional, spiritual, or intellectual connection.

Being misunderstood hurt me so much, make me feel alone and very lonely even thought I surrounded by many people, had great interaction, and engaged in many activities with them. Sometimes it led to self-isolated and keep everything just for me. 

I am still looking for my "family", people who can get me, share deep connection, sense of belonging, have same value and vision, deep understanding, mutually choosing and having a strong bond, feeling home with each other, trusting me, nurturing and nourishing each other's sincere. 

For people who doesn't get me and misunderstanding, 
My depth of feeling is considered excessive and dramatic.
My depth of thinking is labeled as overthinking.
My thoroughness in processing is seen as complicated.
My forward-thinking vision is dismissed as mere daydreaming.
My sincerity is misunderstood and exploited.
My sacrifices are taken for granted.
My good intentions are perceived as attacks.

Sometimes, I don't understand why people just care of themself and their circle; why people having term of condition for giving something; why people have fear that lead them to get everything to make secure even harming others (human, nature, animal); why people so easy to break promise and betrayed just for get advantages; why people do cheat. Just wondering, ss it difficult to love everyone and to love and give unconditionally?

Ok, back to the topic
Yeah, being misunderstood very hurtful and make so lonely. 

Wednesday, September 4, 2024

Knowing Self

Saat mengenal diri, kita akan tahu apa yang sebenar-benarnya kita suka, inginkan, hasratkan, mau, takuti, hindari, batasan, dan banyak hal lainnya. Dimana itu semua memerlukan keberanian untuk menyelami diri sendiri dan jujur sejujur-jujurnya. 
Saat mengenal diri, kita akan tau apa yang menjadi tujuan diri, tujuan hidup, hal-hal yang membuat diri hidup, hal-hal yang membuat diri "mati", apa value diri, kemana arah diri. Termasuk terbentuknya barrier secara tak langsung sebagai penjaga keseimbangan diri dan berada di jalur semestinya. 

Saat mengenal diri, tak banyak energy yang terbuang sia-sia ataupun mengambil energy-energy yang tak  memberdayakan bahkan membuat diri menderita dan sakit jiwa, raga, batin. Kita akan tahu mana yang nenar-benar milik diir, mana yang milik orang lain ataupun proyeksinya. 

Saat mengenal diri, semua akan bersinergi bergerak, berjalanan, mengalir, dan jatuh pada tempatnya masing-masing. Tak perlu ada yang dipaksakan, berusaha dilepaskan, ataupun disimpan. Semua berjalan dengan sendirinya secara mudah, cepat, dan penuh keberlimpahan. 

Saat mengenal diri, lalu menerimanya, menghargai, berani jujur, sayang, dan menjalin intimasi menjadi satu kesatuan dengan keseluruhan bagian diri (secara jiwa, pikiran, tubuh) maka semua yang diri butuhkan, kemudahan, keberlimpahan, akan datang sendiri. Termasuk pekerjaan, jalan yang terbuka lebar, kemudahana, peluang, dan orang-orang diri. Karena diri sudah menjadi magnet yang menarik semua hal yang se frekuensi dan memiliki vibrasi yang sama dengannya.

Monday, September 2, 2024

Relasi

Salah satu tempat terbaik untuk melihat diri sendiri adalah lewat relasi romansa.
Tempat dimana mampu merefleksikan jenis attachment diri, issue diri, pengkondisian masa kecil, trauma diri, self image, self esteem, self worth, kedewasaan, boundaries, keterikatan, keterbukaan, trust issue, kepercayaan, komunikasi, koneksi mendalam, ikatan emosi, termasuk tempat refleksi relasi dengan diri sendiri. 

Tidak semua orang yang diri suka, memiliki ketertarikan dan perasaan yang sama.
Jika pun sama, belum tentu memiliki keberanian, keterbukaan untuk berkomunikasi, mengekspresikan, mengizinkan diri untuk masuk, menerima segala kontribusi diri, termasuk mencintai.
Jika pun mampu dan bisa, belum tentu compatible dan saat bersama saling bersinergi.
Jika itu dapat terjadi, belum tentu memiliki value dan tujuan yang sama.
Jika itu semua terlaksana, belum tentu pula saling memilih, bersama, dan berkomitmen.

Mungkin banyak yang cuma pengen seneng-senengnya aja (ada temen main, ada temen ngobrol, bisa sayang2an, ada intimasi dalam banyak hal, dll). Dan saat sesuatu getting hard, intense, serious; menyudahi semuanya bahkan kabur, menjadi pilihan paling mudah. Dan pola itu terus terjadi, entah karena menghindari komitmen, tanggung jawab, bertumbuh, kedewasaan; bentuk menghargai diri, mencari yang terbaik, cocok, dan terus mendapatkan penganti yang lebih baik; atau justru bentuk dari ketidakmampuan menyelesaikan konflik, masih ada issue diri, dan tidak mampu sendiri (harus punya pasangan). Banyak alasan dengan segala latarbelakangnya.

Dari relasi yang selesai baik-baik, masih ada masalah yang tak pernah tuntas dan dituntaskan, berkonflik, yang berubah menjadi musuh, yang tetap baik-baik saja, yang menjadi teman, yang masih sayang, yang berubah benci, ataupun netral tanpa kesan dan luka apapun. Pada akhirnya semuanya hanya ajang transformasi untuk diri sendiri menjadi pribadi yang lebih baik, lebih dewasa, lebih bijaksana, sembuh dari segala trauma dan issue diri, dan menjadi versi terbaik diri. 

Orang-orang yang hadir dalam hidup, terutama yang pernah ada jalinan intim yang melihat diri setelanjang-telanjangnya tanpa ada barrier dan rahasia apapun, yang selalu berhasil menekan red bottom hingga diri meledak-ledak seperti orang gilak, yang mampu memberikan rasa "rumah", yang pernah menjadi tempat ternyaman dan aman, yang pernah di bela mati-matian, yang pernah dicintai hingga lupa mencintai diri sendiri, yang pernah di prioritaskan diatas diri sendiri, yang pernah dijaga hingag diri rusak, apapun itu semua. Pada akhirnya ada jenis orang yang saat sudah mendapatkan semua yang dibutuhkan dan mendapat pengantinya, ia pergi meninggalkan diri dan melupakan secepat kilat tanpa kesan apapun; atau malah justru meningalkan banyak kesan hingga trauma mendalam yang butuh tahunan untuk menyembuhkannya. Dari itu semua, salah satu hikmah yang bisa dipetik adalah, selalu jadikan diri prioritas dimana pun berada dan dengan siapapun. Jangan pernah menajdi keset dan budak untuk siapapun, karena tidak semua orang yang hadir dalam hidup adalah orang baik, orang yang memiliki kualitas yang sama, yang jiwanya sama-sama pemberi dan tulus, yang tak punya hidden agenda apapun, yang setia, yang selalu menjaga perkataan dan janji, yang mau dan berkorban tanpa batas. 

People changes dan semuanya bisa berubah. 
Just take care of yourself, honey. 

Sunday, September 1, 2024

Ketakutan

Saat terbiasa kekurangan secara harta, ketika mendapatkan harta berlimpah; mungkin rasanya ingin lebih dan ada ketakutan kehilangan dan menjadi kekurangan kembali.

Saat terbiasa menderita dan kosong, ketika mendapatkan kebahagian, suka cita, dan content; mungkin ada ketakutan untuk kembali menderita dan sekuat tenaga mempertahankan kebahagiannya untuk tidak hilang sekecil apapun.

Begitupun sebaliknya, saat terbiasa mudah, bahagia, kaya raya; maka akan terus mempertahankan kondisinya bahkan muncul hasrat untuk mendapatkan lebih dan lebih; dari cara yang baik bagi semua pihak hingga cara apapun dilakukan meski merugikan bahkan "membunuh" orang lain dan merusak alam.

Dan pada akhirnya semua itu hanya bagian dari perjalanan kesadaran dan kedewasaan spiritual. 
Kesadaran untuk telepas dari segala hal. 
Kesadaran untuk terkoneksi terhadap diri sendiri.
Kesadaran untuk belajar menerima segala hal dan menikmati setiap prosesnya dengan tangan terbuka dan suka cita, apapun itu.
Kesadaran untuk semakin percaya pada kemampuan diri sendiri dan keyakinan akan kuasa Tuhan.
Kesadaran untuk mengenal diri sendiri dan apa yang sebenar-benarnya menjadi tujuan dan tugas hidup.
Kesadaran untuk terkoneksi dengan semua hal tanpa ada keterikatan apapun.
Kesadaran untuk menjadi diri seutuhnya dan meluruhkan seluruh ego.