Setiap datang ke acara akad nikah, saat dibacakan mas kawin, tidak pernah terpikirkan apapun, bahkan di diri hanya terdefinisikan sebagai syarat untuk nikah saja. Setiap dengar obrolan orang terkait calon, mahar, uang, harta benda, aku tuh gak ngerti apa yang orang-orang bahas dan debatkan. Sampai di momen....
Buatku, mahar, mas kawin, seserahan itu sebagai bentuk kasih sayang. Bagaimana sang calon suami mampu menafkahi istrinya, memenuhi kebutuhan istrinya, memberikan keamanan dan kenyamanan di area material world/tangible things. Sesederhana mampu memberikan tempat tinggal yang layak, trasnportasi mumpuni, makanan sehat bernutrisi yang baik, pakaian layak nan nyaman, kebutuhan merawat tubuh dan kulitnya, kebutuhan bersenang-senang, kebutuhan explorasi belajar, termasuk kebutuhan pendukung aktualisasi diri. Kalau calon istrinya suka belajar, setidaknya ia mampu bayarin kelas-kelas pengembangan diri. Kalau istrinya senang bekerja, ya ada dukungan material things juga seperti jam tangan, satu set podcast misal, hal-hal yang dipakai sehari-hari.
Mas Kawin
- Mahar emas 200 gram (misal), buat ku bentuk memberikan keamanan finansial yang suatu waktu mungkin jika diperlukan, sang istri bisa menjual untuk kebutuhannya, dengan kata lain tidak ada penelantaran. Dan ini bentuk kasih sayang juga.
- Satu set perhiasan berlian misal, bentuk honoring istrinya agar terlihat lebih anggun, cantik, apalagi jika istrinya memang memakai perhiasan dalam kesehariannya, selain keindahan visual, perasaan bahagia, bisa menyeimbangkan energy nya yang berkontribusi juga untuk kesejahteraan suami dan kehidupan bersamanya.
- Dan sejumlah uang dalam bentuk cash yang setelah acara di taruh di bank,
to give feeling secure and abundance. Dari perasaan itu, bisa attract abundance more and more money.
Seserahan
Hal-hal yang dipakai sehari-hari, bukan ajimpumpung atau untuk pamer-pamer.
Misal, jika biasa pakai skin care la mer, ya calon suaminya mampu memenuhi kebutuhannya tersebut. Jika biasa pakai sepatu merk dan kualitas tertentu, ya diberikan yang sama atau setara yang biasa dipakai. Jika biasa menggunakan pakaian dalam seharga 800rb karena cocoknya dengan kualitas yang harganya segitu, ya mampu di penuhi juga. Jika biasa menggunakan shampoo merk X, ya diberikan merk dan variant yang sama dengan yang biasa dan cocok digunakan sehari-hari. Dan tak ada kata mahal, high maintenance jika memang menerima, menghargai, mencintai istrinya dan dirinya mampu.
Rumah, kendaraan, hal dasar lainnya. Bukan tentang megah, mewah, namun layak. Dan layak ini bisa beda-beda tiap orang. Ada yang ia bisa tidur di kasur 200rb an, ada yang badannya baru bisa tidur di kasur 20jt an. Layak bagiku adalah momen dimana kebutuhan bertemu, terakomodasi, terfasilitasi dengan baik yang menunjang kesehata jiwa, raga, mental. Termasuk lingkungan tempat tinggal, baik secara bangunan, lokasi, udara, orang-orang sekitarnya seperti apa, dekat dengan kehidupan sosial kah, akes untuk kesana sininya mudah kah, dsb.
Ternyata hal-hal materi bukan tentang matre karena tamak, keserakahan, atau norak untuk pamer.
Dalam level tertentu atau perspektif tertentu, justru itu salah satu bentuk kasih sayang, menghargai, melindungi, merawat, menutrisi. Saat diri memiliki perspektif seperti ini, ya akan menarik calon suami yang sejenis, yang memberikan itu semua dengan value yang sama. Bukan untuk "membeli", mengontrol, menguasai, pamer, memperbudak, sebatas syarat, atau apapun itu.
------
Jika perempuan terbiasa hidup mandiri, memenuhi kebutuhannya sendiri, terbiasa memberi. Dominan dengan energy maskulin. Bisa jadi, bertemu pasangan (berpasangan) menjadi ajang untuk belajar menerima. Menerima cinta, menerima kasih, menerima diurus orang lain, menerima perlindungan, dukungan, pemenuhan kebutuhan, dmenerima ditemani dan ada teman, dijaga, diayomi. Hingga sisi dan energy feminine nya yang mengendap puluhan tahun, mampu naik muncul ke permukaan.
No comments:
Post a Comment