Romance, relationship, hal-hal yang aku anggap gak penting, dulu. Fisik apalagi.
Jadi, saat ada yang bahas tenatng romance, relationship, preferensi fisik lawan jenis, aku gak tertarik, gak ngerti, dan gatau pentingnya apa. Singkat cerita, 8 tahun kemudian, baru lah sadar. Ternyata kebutuhan romance ku rendah; pinter menyembunyikan perasaan (ga akan keliatan kalau lagi bener-bener suka orang) sampe pernah di komen bos "kayaknya calon suami kamu tuh harus cenayang ya"; relationshipku based on strong friendship (no romance2), dimana sering di komen "you treat me like a friend"; termasuk sadar preferensi fisik lawan jenis. Fisik yang aku anggap gak penting, ternyata matter. Yang energy nya abundance, restless, high energy, active lifestyle, suka olahraga, yang badannya proporsional, metabolismenya tinggi, bersih, mulus, putih (cerah). Even udah nikah dan punya anak pun, ya laki-laki tetep perlu jaga badannya juga dari makan sehat, olahraga, stamina, bentuk badan, kebersihan, kesehatan, dll.
Dulu aku kalo stress pasti gendut (dulu ya), terus hidup sehat (eat clean, olahraga tiap hari, ngitung kalori) turun 20kg dan stabil beberapa tahun, sampe ada accident, sempet naik. Ajaibnya, saat ini BB ku turun banyak dari hasil beberes trauma, sampah2 diri, emotional baggage, dans eiiring itu nafsu makan jadi gone. Sekarang makan bener-bener seperlunya, olahraga kalau body minta (niatnya sih nge gym lagi ya, cuma belum bisa komitmen waktunya), dan mulai taking care fisik. Bukan untuk terlihat okey di mata orang, lebih ke arah karena sayang sama diri sendiri, excited merawat badan sendiri, semangat untuk nurturing badan. Bahkan sudah persiapan hamil meski belum ketemu jodohnya. Ya persiapan dari turunin BB, nambah masa otot, makan makanan bernutrisi, jaga pola makan, tidur yang bener (ini masih suka berantakan, tidur masih cm 4jam an dan gt deh), jaga wellbeing, mindset, pola pikir, stress/trigger management. Hasilnya ya siklus haid teratur dan haid di tanggal yang sama tiap bulannya, badan lebih happy. Dan gak abuse/maksain diri untuk harus kurus, harus bb sekian cepet, gak makan ini itu, dll. Semuanya dilakukan based on awareness dan happy. Misal, kalo suatu waktu badannya minta kue manis, ya makan. Kalau badannya lagi minta pasta karbo banyak, ya kasih-kasih aja. So far sih, saat dengerin badan sendiri dan gak bawa "sampah2" orang (dulu suka absorb pain, suffering, emotion, feeling, though orang2 sampe stress sendiri) itu makan cuma cukup sekali siang aja, mintanya juga banyak protein; pagi cuma minta jus atau buah; malem ya ngemil ringan bahkan ga mau apa-apa. Cuma rasanya kok aneh ya, jadi suka maksain diri dengan jejelin ini itu ke badan, I am sorry dear my body.
Ok, balik ke topik awal. Intinya, aku baru sadar ternyata fisik buatku penting dan ternyata punya preferensi fisik juga hahaha. Kirain selama ini nggak. Ya emang sih dari dulu milihnya laki-laki yang fisiknya kaya yang disebutin, cuma gak sadar. Dan compatibility energy tuh penting. Misal, traveling dari jam 6 pagi, jam 10 malem energy ku masih tinggi, terus partner udah tidur ya bete. Traveling 2 minggu energy fit stamina oke, sehat, eh partner hari ke-4 sakit, ya bete. Gimana mau happy berpetualang dan main bareng, kalo dari segi level energy dan stamina gak sebanding dan compatible. Sama kaya kemampuan nalar, intelektual, deep thought, deep feeling, kalo gak selevel kan sebel. Boro-boro bisa joy and create more; connect and align aja nggak. Karena pada dasarnya emang nyari temen ngobrol dan diskusi yg pinter, wawasannya luas, nan bijaksana; temen main; partner co-creation and exploration. Ya bisa jadi romance nya minim. Dan yang aku amati, gak semua orang tahan sama intensitasku.
No comments:
Post a Comment