Jadi tadi gw ke sebuah coffee shop. Di sebelah gw ada mas-mas berlaptop dengan kabel chargeran menempel.
Sejam kemudian, batre laptop gw abis, yaudah gw bilang gantian dong ya, mas-masnya bilang "sebentar lagi" sontak gw kesel. Terus gw nafas, tenangin diri, sambil asking apa yg bikin gw kesel. Sampe di momen sadar, kalau mas-mas ini egois, dia udah sejam nyolokin chargeran laptopnya, masih nyuruh gw nunggu dikala batre laptop gw udah hampir sekarat. fuck fuck fuck you dalam hati, terus meditasi bentar, gak ilang-ilang, mau pindah tempat lain penuh. Akhirnya 10 menit kemudian gw bilang lagi ke dia, sambil dalem hati "lo cabut gak cabut, bakal gw cabut, gantian nyet". akhirnya dia cabut jg tuh charger an nya.
Yang gw sadari dari kejadian ini, rasa kesal/ marah itu timbul karena banyak hal: boundaries ke cross, sense lies, needs didnt meet, treated unfair, etc. Dalam kasus ini, emosi gw muncul karena mas-mas tadi egois and sense lies (bentar lagi dikala udh nge charge sejam) dikala kebutuhan gw hampir die (my battery).
Saat dia nyabut, dan nulis ini, perlahan emosi gw memudar.
Nah situas-situasi tak terhindarkan seperti itu, mungkin banyak terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Antara kita keluar dari situasi itu (pindah tempat, cari tempat lain, apapun itu) atau being assertive (ngomong langsung, to the point, jelas, dan bilang kebutuhan diri apa). 2 itu sih kuncinya, masalah meditasi, regulasi emosi, itu cuma biar diri lebih tenang, gak ngerusak diri sendiri mendem emosi, atau jadi ribut sama orang merusak kredibilitas diri wkwk.
Dulu, gw tipe yang sangat mendahulukan orang dengan mengabaikan kebutuhan diri sendiri. Sampe kok sering ketemunya orang-orang egois, taker, di abuse, di manfaatin. Baru deh melek, kalau dunia memang seperti itu, orang selalu mendahulukan dirinya sendiri, kebutuhannya, kenyamanannya, dan ya tentang dirinya sendiri. Disitu mulai lah berlajar untuk mengenali kebutuhan diri, belajar memenuhinya, belajar being asertif, dan standing for myself. Hal-hal yang gak daiajarin dari kecil dan terbiasa untuk peduli sama diri sendiri. Dan hal itu dimulai dari sesederhana "maaf, boleh geser" saat kita gak dapet tempat duduk karena orangs ebelah maruk, atau "saya suka sekali warna ini, ada lagi?", "bisa dikecilkan sedikit volume suaranya, disini sudah jam 1 pagi, mau tidur". Karena dulu kerjaan gw adalah diserobot orang dan di dzolimin mulu, pas kesel marah karena milik diri terampas, boundaries ke cross, hidup makin sulit frustasi, ya orang-orang itu malah ngeliat negatif dan nambah-nambahin masalah hidup. Sekarang sih no deh.
No comments:
Post a Comment