Tuesday, October 17, 2023

Fake Account

Mungkin dalam dunia yang serba instant dan bisa diakses dari mana saja, apalagi semua tersedia daam layar melalui jaringan internet, banyak sekali yang menggunakannya secara tidak bertaanggung jawab. Mungkin hal tersebut terjadi karena banyak orang yang muak akan hidupnya, tidak bahagia, memiliki hasrat-hasrat yang dinilai butuk dalam society, mememnuhi kebutuhannya akan uang dan lainnya dengan cepat, dimana itu semua ingin mereka keluarkan dengan cara aman tanpa merusak kredibilitasnya di dunia nyata. 

Misal, date app, kadang heran aja ngapain orang pake foto palsu, nama palsu, identitas palsu. Rasanya kalau intentionnya baik, benar, dia akan bertanggung jawab atas segala perbuatan, sikap, perkataannya sesederhana menggunakan nama dan foto asli yang bisa di googling, bisa diketahui dan terbuka akan latar belakangnya sesederhana pekerjaannya, kantornya, lulusan mana, tingga dimana. Anehnya lagi, jika ditanya kerja dmn dan kuliah dimana, banyak yang tersinggung dan nge cut atau bahkan jadi kasar, padahal itu pertanyaan standard dan biasa. Ada juga yang pakai foto orang lain (mempermaikan imajinasi orang lain), pakai nama palsu dan memberikan nomer handphone yang memang khusus untuk main-main irresponsible. Itu baru dari date app, dimana tidak ada mutual friends sama sekali, jadi orang bebas berbuat apapun tanpa perlu bertanggung jawab. Begitupun di platform yang jelas-jelas orang yang kenal, ada mutual friendsnya, atau bahkan hanya strangers, banyak yang tutur kata, komentar, sikap, perilakunnya tidak baik, tidak jarang pula mencibir dengan nama anonim (tidak berani menyebutkan nama asli/ emailnya). 

Menarik, seberapa banyak orang yang sebenarnya bermental pengecut, cari aman, berantakan di dalamnya, self centered, penuh kebencian, memiliki dark side yang sangat merugikan orang lain yang bertebaran dan terbentuk di masa sekarang?

Kalau kembali ke tahun 90an, jaman sahabat pena. Sesungguhnya aku lupa bagaimana awal sahabat pena ini dimulai. Setidaknya, kita benar-benar bisa tahu alamat rumah orang yang kita interaksi meski belum pernah atau tak bertemu secara langsung. Bahkan jaman dulu, semasa telepon rumah masih aktif, kita bisa mencari di buku kuning tentang pemilik nomer itu dan alamat rumahnya. Jaman sekarang, kita tidak bisa melacak identitas (lokasi, alamat) orang-orang yang memiliki nomer handphone sekalipun saat registrasi wajib memasukan no ktp dan kk. 

Semua telah berubah, entah for good or bad, yang pasti dari semua itu, kembali untuk menjaga diri dengan lebih ketat, lebih waspada, lebih hati-hati. Dimana ini semua bisa melahirkan trust issue satu sama lain. Dan kadang saking tidak percaya dengan orang-orang baru, dunia luar, kita menaruh kepercayaan lebih pada orang-orang yang sudah dikenal lama, satu sekolah, satu komunitas, satu tempat tinggal, satu naungan, dimana kita juga tidak pernah tahu apakah mereka memang benar-benar baik dan bisa dipercaya, atau hanya menggunakan topeng, manipulatif, dan ya begitu saja. 

No comments:

Post a Comment