Suatu sore sampai di sebuah tempat para satu darah berkumpul. Baru saja ku langkahkan kaki ini masuk, terdengar suara sebaya "kamu beruntung". Entah apa yang sedang mereka para lintas generasi bicarakan tentangku sebelumnya. Saat itu, hanya muncul reaksi spontan "enak saja hidupku sebatas beruntung, aku bekerja kerasa untuk semuanya". Ternyata ada perasaan ingin dilihat, dihargai, diakui, di validasi, di puja.
Sepulang perjalanan panjang keliling Asean, bertemu seorang kenalan di sebuah tempat makan. Ia bercerita banyak hal, tanpa sadar aku jadi bercerita tentang pengalaman perjalanan kemarin. Lalu ia berkomentar "wah beruntung banget kamu, biasa bareng orang yang se menjaga itu". Padahal saat itu aku sedang meluapkan kekesalan dengan teman jalanku.
Ada suatu kejadian besar dalam hidup, terpontang panting tahunan dalam lumbang kegelapan, kesempitan, penderitaan, kesulitan, dan kegundahan hati tak berharga nan sedih yang tak kunjung selesai. Hingga akhirnya muncul sebuah clarity yang langsung aku lakukan untuk menyelesaikan itu semua. Semua orang yang aku require saat itu datang semua membantu. Hingga keluar "ya ampun, semesta sayang banget sama lo. ini maps nya aja jadi ngarahin ke arah rumah lo" saat teman sudah frustasi berjam-jam di jalanan macet dan arah rumahnya bertolak belakang denganku.
Bercerita pada seorang kolega, direspon "kamu sadar tidak, kalau kamu itu beruntung?"
Tiba-tiba semua memory muncul dan menyadari banyak hal. Hal lampau yang sering orang sampaikan padaku, yang aku kesal mendengarnya, yang netah dari mana mereka melihat itu sebagai suatu keberuntungan, ternyata banyak sekali keberuntungan yang tidak aku sadari dan mungkin lupa disyukuri.
No comments:
Post a Comment