Wednesday, August 9, 2023

HARTA

Saat lahir dari garis keturunan yang kaya raya, entah bangsawan, keluarga ningrat, turunan raden, orang kerajaan, yang penuh keberlimpahan hidup, ditambah hati baik yang penyayang, pemberi, dan tidak tamak, tanpa sadar energi itu terus menurun ke keturunan selanjutnya terus dan terus. Sekalipun keturuna kesekiannya sudah tidak sekaya lelhurnya tau bisa dibilang kehidupannya baisa saja, energy keberlimpahan itu masih ada dalam jiwanya. Hal itu termanifestasikan dengan perasaan cukup, syukur. Masa dimana keturunan sudah tidak lagi dalam keberlimpahan harta dan tahta, namun energy keberlimpahan, cukup, tetap mengalir. Sekalipun hanya bekerja dengan penghasilan cukup untuk kehidupannya, itu sudah disyukuri. Sekalipun berada dalam kekurangan, mencari dengan baik dan mencukupkan kebutuhannya tanpa menghalalkan segala cara atau merampas yang bukan miliknya. Jika bergelimang harta, rasa cukup dan syukur itu pun tetap ada. Cukup untuk menikmatinya baik untuk diri sendiri maupun berbagi dengan sekitar dan yang lebih luas.

(no offense) Saat lahir dari garis keturunan yang pernah miskin, kesulitan, kekurangan, ada hasrat untuk memiliki, menjadi kaya, berkecukupan hingga ingin menguasai dan tamak. Ibarat orang biasa makan ayam, saat dia tidak dapat ayam, ya santai aja. Bayangkan jika orang tidak pernah makan ayam hanya nasi dan kerupuk, saat ada ayam, akan dilahap bahkan diambil semua tidak boleh ada yang minta, lalu muncul hasrat pengen makan makanan enak yang dia gak pernah makan, dan terus ingin lagi lebih dan lebih. Kembali ke bahasan, energy kekurangan dan kemiskinan ini tanpa sadar turun menurun. Sekalipun keturunannya sudah berkecukupan lebih, ada hasrat ingin lebih dan terus lebih hingga menghalalkan segala cara untuk mendapatkannya. Karena dasar energy nya dari kekurangan dan ingin memiliki semuanya. Dan hal itu semua tidak terlihat dari nominal, ya memang seprti itu jiwanya. 

No comments:

Post a Comment