Wednesday, August 30, 2023

Dibuang

Seumur hidup gw, gak pernah ada orang yang gak mau ada gw dalam hidupnya secara permanent, apalagi sampe nyuruh lupain dan nge cut semuanya. Even segala urusan sudah selesai, atau males ada urusan, atau apapun itu, ya begitu aja. Gak ada ceritanya jadi di cut, dibuang, dilupain, dan dianggap gak pernah ada apalagi sampe bener-bener gak mau ada dalam hidupnya. Sekalipun ada block-blockan lebih ke arah kontrol diri agar tidak terlalu meledak.

Gw gak pernah nge cut orang even yang udah jahat dan parah banget dampaknya.
Gak pernah ada juga orang yang nge cut gw sebelumnya.

Lupa, dilupakan, melupakan itu kan hal natural. Bukan dipaksa, disuruh, dikondisikan. Semakin digituin, malah semakin sakit dan susah released nya. Seperti kita naik angkutan umum, kita udah gak inget se angkot sama siapa aja, supirnya kaya apa, orang-orangnya turun dimana. Semuanya natural terlupakan. Kalaupuna da yang diingat ya suatu saat pun lupa. Sama seperti ribut sama orang samapi meleda, saat semuanya released, ya udah lupa tapi bukan berarti jadi melupakan orang itu dan gak mau ada dalam kehdiupan lagi. Hanya saja sudah tidak ada relevansinya.

-------

Hal-hal yang sudah seelsai, secara alami tidak akan teringat lagi, sekalipun teringat, hanya sebatas memori kognitif. Emosi, perasaan, pikiraan, dan intensitas terkait itu sudah tidak ada. 

Yang gw sadari, orang mudah melupakan sesuatu, karena sudah punya gantinya, sudah ada yang lain, dan semuanya sudah terpenuhi. Karena tempat yang dipakai sebelumnya sudah terisi yang lain. Jadi solusi melupakan itu ya memang mengisinya dengan sesuatu yang baru yang memenuhi kebutuhan. Selama belum ada gantinya, ya masih bisa teringat, hanya saja bedanya jika sudah released semuanya, ingatan tersebut hanya sebatas kognitif dan jikapun muncul perasaan, emosi, dll tidak se intense sebelumnya. Lain halnya jika belum released semua unplesant experienced/ trauma/ hal-hal lainnya, maka itu semua akan lead to suffering.

Ya kaya anak kecil, kalau ada tamu kan seneng rame. Pas tamunya pulang terus orang-orang rumahnya pada masuk kamar, dia ditinggalin sendirian kan sedih. Pas ketok2 kamar-kamar, di abaikan, ditolak, makins edih merasa terasing dibuang sendirian. Lain halnya saat tamu pulang, ia masih bermain dengan orang serumah, masih berkumpul, sedihnya cuma sedikit. Apalagi saat tamu pulang, ada tamu lain yang datang ngajak main berasama, ya main happy, bahkan gak inget sebelumnya ada tamu. 

Ditinggalkan itu menyedihkan saat kita benar-benar sendirian gak ada siapa-siapa, apalagi sampai di cut, dibuang, di block, dijauhin, dan diputus semuanya. Apalagi ditinggalkannya oleh orang yang meningalkan karena ia sudah ada teman baru. Kondisinya berat untuk satu pihak. Akan berbedda jika memang keduanya dalam keadaan sama-sama sendiri yang memutuskan untuk saling berpisah. 

No comments:

Post a Comment