Wednesday, November 23, 2016

Orang Tua

10 tahun merhatiin ayah dan sebuah lingkungan. Ayah yang sudah ditinggal eyang menjadi yatim piatu, menjadikannya sangat hormat, sayang, dan sangat perhatian terhadap mertuanya (nenek). Sesederhana nganterin kesana sini meski super capek baru menempuh kemacetan jalan luar kota. Sesederhana ngajak ke tempat kesukaan nenek di kubang, bukan untuk kepentingannya, karena tahu bahwa nenek senang kalau disana apalagi kalau ada yang mau melestarikannya sesederhana membangun tempat tinggal dan sering berkunjung. Hari demi hari, tahun demi tahun saya memperhatikan ayah ibu memperlakukan orang tua satu-satunya. 

Sampai asisten rumah yang suka bantu-bantu ngomong "bapak sama ibu kaya yang butuh bgt ya sama orang tua. Berarti nanti teteh sama aa juga gitu. Nanti juga teteh jadi berubah sebutuh itu". Sempet heran sih, ini bu agung (yg suka bantu di rumah) ternyata diem-diem merhatiin ya.

Kadang mikir, sedih banget deh pasti kalau orang tua udah gak ada dan gak sempet berbakti bener. Gak ada orang yang bisa dimintai doa super ampuh, gak ada lagi orang yg super sayang, gak ada lagi orang yg bisa disayangi sepenuh hati, dan semua penyesalan dan kesadaran untuk berbakti menjadi sia-sia dikala sudah tak bisa lagi karena sudah tak ada.

Semakin tua, sebagai anak perempuan yang nanti setelah menikah bakti utamanya tak lagi ke orang tua, rasanya moment hingga waktu menikah menjadi sangat berarti untuk lebih banyak bersama orang tua. Meski kayaknya ayah ibu stress bgt punya anak kaya saya yang terlalu pemberontak (ga sejalan pikirannya).

Kadang merasakan, kalau uang bukan segalanya, yang penting menjadi manusia mandiri yang bisa berdiri diatas kaki sendiri, kuat secara mental, pikiran, dan fisik. Tak perlu bergelimang harta dan tahta. Melihat anaknya bahagia dan mandiri sudah cukup membuat orang tua bahagia. Buat apa kaya harta berlimpah dengan tahta diatas jika rumah tangga berantakan, orang tua pun akan sedih. Buat apa sukses dunia kalau shalat ditinggalkan, orang tua pun bakal sedih akan nasib akhirat anaknya. Buat apa semua yang kita kejar dengan kerja keras mati-matian, usaha abis-abisan, kalau tak mendekatkan kepada kebahagian diri dan keluarga? 

Ada nasib hidup orang lain dalam setiap keputusan yang kita buat. Ada hati yang akan sangat terluka dan sedih disetiap kesedihan yang kita alami. Ada hati yang selalu tulus mendoakan kebahagian kita dindunia dan akhirat. Yaitu, ibu,ibu,ibu,ayah.

Ada hal yang disadari kenapa ada hal yg gak bisa diraih, saat direnungkan ya memang apa yang terjadi adalah yang terbaik. Saya tak bisa membayangkan kalau misalnya dapat sekolah ke benua lain pakai beassiwa, tak punya tabungan sepeser pun, sedang ujian, lalu ada kabar orang tua sudah tak ada, dan baru bisa pulang sebulan kemudian dikala air kuburan pun susah kering, tahlil 40 hari tinggal 10 hari, ada kata maaf yang tak pernah bisa disampaikan, ada penyesalan luar biasa yang tak akan pernah bisa selesai sampai benar ikhlas menerima bahwa semuanya takdir. Kadang mikir, luar biasa teman-teman yang tinggal sangat jauh dengan orang tua yang jaraknya tempuhnya lebih dari 8 jam via pesawat. Bakal sedih banget kalau ada apa-apa dengan orang tua gak bisa cepat menemui, membantu, dan menemani. Beruntung yang masih bisa tinggal satu atap sama ayah ibu setiap harinya.

#secuilobservasi #randomfeeling #pikiransebelumtidur

No comments:

Post a Comment