Friday, August 5, 2016

Jam Kerja

Hallo, udah lama gak nulis di blog.
Ini alasannya karena lagi sibuk ngerjain desain 3D pakai laptop dimana laptopnya suka nge hang, alhasil aktivitas sambil nunggu laptop normal adalah main hp dimana pikiran-pikiran justru tertulisnya di facebook/ line.

I am Extremely Moody and Hypersensitive People. Karena sifat moody ini, tak sedikit orang yang nyangka saya bipolar. padahal bukan. Moody dan sensitive, 2 kombinasi yang berhasil bikin ribet diri sendiri. Cuma bisa kerja di tempat yang tenang, tentam, jauh dari sifat-sifat buruk orang (meski ini hal tak teraba, tapi energi dan aura nya kerasa), dan dalam keadaan mood yang baik. Mood bisa hancur seketika cuma karena hal sepele, "jd kapan?", sesepele pertanyaan itu. I dont know why, perubahan suasana terjadi diluar kendali diri, kendali diri cuma bisa mengekspresikan atau memendam dalam diam.

Kalau durasi pekerjaan 4 minggu, 2 minggu bangun mood, 1 minggu mikir dan bikin konsep, 1 minggu ngerjain. Kalau orang normal, 2 hari mikir konsep, 3 minggu ngerjain, 5 hari terakhir santai. Kebayang kan betapa stress dan deadlinersnya. Hahaha. Begitupula sebaliknya, kalau lagi mood, berasa gak butuh tidur, bawaannya pengen kerja terus, otak panas terus, ide meletup-letup, fisik berasa punya jutaan kalori. Mungkin karena sifat itu, Tuhan memberikan sifat super formalis agar bisa hidup seimbang. Apapun yang terjadi, selalu berusaha memenuhi komitmen dan tanggungjawab sesuai waktu dan batas akhir yang disepakati sebelumnya. (penting bgt nih buat para klien dan calon klien untuk menentukan deadline akhir dan memberi ruang sepanjang proses pengerjaan).

Kembali ke topik awal, jam kerja. Sudah 4 tahun menjalani hidup sebagai freelancer, sempat diselang sekolah S2 dan mengajar di universitas swasta. 1 tahun ini murni hanya fokus bekerja. Jam kerja super gak normal dimulai jam 7 malam hingga 4 subuh, sehabis subuh, bobo. Bangun dzuhur, lalu ini itu sampe sore, dan mulai bekerja selepas isya. Sampe suatu ketika jadi kurang bisa berharmoni dengan orang-orang seatap. Merasa yang salah adalah saya, maka mulai merubah pola hidup dengan tidur jam 12 malem, bangun jam 5 subuh, jam 6 mandi, jam 7 pagi sudah depan laptop. Nyatanya? Dalam seminggu berhasil gak ngapa-ngapain. progressnya cuma seupil kecil.. Sangat jauh dari produktif. fisik fit, tp otak dan mood gak bisa sinkron, lalu malamnya dikala fisik sudah drop, otak malah meletup-letup. Alhasil, membebaskan diri untuk menjadi diri sendiri, salah satunya dengan membiarkan diri kembali pada sifat alaminya, yaitu: bekerja di malam hari, yng membuahkan hasil pada penyelesaian pekerjaan secara produktif, dengan resiko perlu ngekos/ tinggal di tempat yang super tenang untuk beristirahat pada pagi hingga siang harinya. 

Setiap orang, memiliki pola-pola tersendiri, beda-beda tentunya. yang menjadi masalah adalah saat bersinggungan dengan orang lain yang ternyata memiliki pola hidup yang berbeda. bisa menhasilkan permasalahana karena saling terganggu satu sama lain meskipun niatnya tak menganggu. Saya sangat terganggu dengan orang-orang yang berisik pagi-pagi apalagi ditambah suara anak kecil nangis jejeritan, suara televisi sepanjang malam sebagai pengantar tidur seseorang yang menganggu proses kerja yang butuh suasanan hening. Tapi gak ada orang yang keganggu dengan aktivitas saya dimalam hari, paling suara pintu pas lagi ambil air minum ke dapur. Mereka terganggungnya justru karena reaksi emosi saya, hasil gak bisa tidur dan mandek dlm proses bekerja karena keusik sepanjang pagi-malam dengan suara dan aktivitas mereka. Kemudian mereka balik menyerang krn dalam hukum sosial secara alami, minoritas akan kalah oleh mayoritas, Kenapa ya jadi orang sensitif banget.

Meskipun dalam sisi lain, sensitifitas ini justru hal positif yang sangat dibutuhkan oleh para pelaku di dunia kreatif, termasuk desainer interior. Karena dalam proses berkarya, menggunakan konsep design thinking. dimana perlu keahlian dalam "membaca" kebutuhan human/ klien/ customer untuk menciptakan solusi dalam desain, keahlian itu di dapat dari sifat sensitif dan empati. Disisi lain, sifat yg terlalu high pun dapat memacu masalah lainnya.

No comments:

Post a Comment