"sama siapa?"
"jangan jauh-jauh"
"jangan sendiri"
"ajak siapa gitu buat nemenin"
Sadar tak sadar, kalimat tersebut sering kita dengar dalam lingkungan kehidupan sehari-hari atau bahkan akrab di telinga yang bersumber dari lingkungan terkecil kita. Tanpa disadari, di bawah alam sadar kita, kalimat tersebut secara tak langsung mengajarkan untuk takut hidup sendiri, takut gak ada temen, takut gak bisa pergi karena tidak ada temen, takut pergi sendirian, takut ini itu, seolah-olah semuanya harus ada teman, aman, ke tempat yang dikenal, takut ini itu.
kalau sendirian kenapa?
kalau jauh kenapa?
kalau ke tempat asing kenapa?
kalau tak ada teman kenapa?
*diluar konteks kalau perempuan pergi harus ada mahramnya ya
ya, semua punya alasan yang masuk akal, sebuah runtutan pola pikir logika manusia yang dirancang dalam pikirannya sendiri tentang sebab akibat dalam ranah ke arah negatif. "takut kenapa-napa".
Kita lupa bahwa sejatinya, sekalipun kita sendirian, kita tak pernah sendirian.
Apakah kamu percaya Tuhan?
Apakah kamu percaya Dia selalu ada? selalu mengawasi? selalu menjaga?
Apakah kamu percaya Dia Sang Maha Penolong, Berkehendak, dan Berkuasa atas semua hal di alam semesta ini?
Lalu, kenapa perlu khawatir?
Kenapa perlu takut pergi tak ada teman?
Selalu ada "keluarga baru" yang disiapkan oleh-nya di tempat lain, selalu ada pertolongan tak terduga dari Nya, selalu ada cinta yang mengisi hampa meski sendirian ke tempat asing.
Bumi Allah luas, apakah Tuhan di Indonesia dengan di Eropa berbeda? apakah takdir meninggal akan hilang dikala bersamaan dan akan hadir dikala sendirian? semua sudah memiliki ketetapannya masing-masing.
Hasbunallah wani'mal wakil Cukuplah Allah sebagai penolong kami, dan Allah adalah sebaik-baik tempat bersandar. (Al Imran: 173)
Yang perlu ditakutkan adalah, tujuan dan niat kita.
Apa niat kita? Apa tujuan kita?
Apa baik? apa buruk? apa pantas?
Btw, selalu ada orang-orang yang berani untuk berjalan sendirian menuju tujuannya, jadi bakal pasti ketemu orang-orang lain yang setujuan dalam setiap perjalanan kok. so, why so worry?
Ramadhan #4
No comments:
Post a Comment