Proses, butuh waktu, makan waktu.
Seseorang yang berhasil dapat beasiswa ke salah satu universitas di Eropa, melewati proses panjang yang hanya dirinya yang tahu. 12 tahun sekolah formal, 4 tahun kuliah, 6 tahun belajar bahasa, 2 tahun persiapan, 16 tahun memupuk kesabaran dan semangat.
Seseorang kaya raya pun berproses dalam setia inci kemajuannya, jatuh bangun, dari yang yakin hingga hilang keyakinan, dari punya rumah sampai tidur di jalanan, dari yang banyak teman hingga seorang diri dalam kegagalan. Gak ada yang instant atau kilat. Cepat lambat keberhasilan pun tak semata-mata kerja keras, ada takdir waktu diluar kendali manusia.
Kita memiliki banyak toples dalam kehidupan. Saat toples yg satu masih kosong, ada toples lain yang terisi penuh tanpa sadar. Isi dan level kepenuhan toples-toples ini berbeda satu sama lainnya. Ada yang sukses karir, namun hatinya sepi. Ada yang gagal terus, namun kaya atas kebijaksanaan. Ada yang belum keliatan bunga mekarnya, namun akarnya sudah sangat kuat siap untuk menjaga agar tak goyah ditiup angin saat pohonnya tumbuh besar nanti. Ada ini itu banyak sekali.
Selama memiliki tujuan, semuanya berproses, bergerak, berkembang, bertumbuh. Sabar kunci utama, sabar dalam kerja keras maupun sabar menghalau lingkungan negatif yang dapat merusak keberhasilan proses tersebut. Seperti uji coba kimia, dalam proses pun pasti ada gangguan secara internal maupun eksternal. Masalahnya bagaimana gangguan eksternal itu justru datang dari lingkungan internal?
Sesuatu yang cepat datang, akan cepat pergi. Tak ada kualitas baik tumbuh dalam waktu singkat. Seperti makanan, gak ada ceritanya fast food/ makanan instan lebih baik dr makanan organik. Semakin baik kualitas, semakin lama waktu yang dibutuhkan dalam prosesnya. Seperti masak soto dengan bumbu instan yang siap cemplung dengan bumbu alami yang perlu persiapan. Dari rasa sudah beda, dari gizi sudah beda (yang satu telah mengalami proses kimiawi yang tak memungkiri adanya pengawet) yg satu masih alami dari alam. Sama halnya dalam persiapan proses sesuatu. Seperti seorang pesilat yang perlu belajar kuda-kudaan diawal lama hingga kuat, baru mulai berjurus. Bedanya dengan yang langsung belajar jurus dikala kuda-kuda blm siap adalah saat tanding.... Akan kelihatan mana yang lebih kokoh dan stabil. Seperti mendesain, setengag waktu deadline digunakan untuk research, seperempat untuk brainstorming, sisanya mendesain teknis. Hasilnya akan beda dengan yang langsung mendesain tanpa reaearch mendalam. Proses, sebuah urutan penting dalam sebuah kualitas.
Ramadhan #23
No comments:
Post a Comment