Singkat cerita, saya melakukan perjalanan panjang mengunakan mobil pribadi, kalau kata maps sih 10 jam. Alhasil, minta tolong seorang teman untuk nyupirin si rushy (nama mobil saya). Teman yang baik ini akhirnya mau, dengan syarat, setelah mengantar sampai tujuan, dia minta dibayarin tiket pesawat pulang. Kami pun sepakat.
Obrolan selanjutnya,
a: "eh, tapi lo percaya ma gw ga tie?"
u: "nggak"
a: "yah susah kalo gitu"
u: "yaudah sampe ketemu besok ya, perjalanan malem aja kita"
a: "okey"
*Pada akhirnya saya pergi sendirian dengan waktu tempuh 13 jam, capek gilak cuy. luar biasa dah supir-supir lintas provinsi yang tiap hari nyetir jauh.
Dialog singkat, bikin mikir tentang betapa pentingnya sebuah kepercayaan.
Misal, ada orang nyetir, ada yang percaya di setirin dia, ada yang gak percaya. Hasilnya pun berbeda, orang yang percaya, mampu memberikan aura positif yang bikin supir nyaman dan jadi lebih berhati-hati. Nah yang gak percaya, tanpa disadari ngasih aura negatif idmana tiba-tiba banyak komentar gak jelas, bikin panik selama perjalanan, yang berujung memperbesar potensi kenapa-kenapa, malah bahaya. Bukan perkara supirnya jago atau tidak, justru kepercayaan penumpang jauh lebih mengendalikan keadaan supir dalam kenyataannya. Cobain deh, nyetir di tempat macet misalnya,
Sikon A dapat penumpang sabar, menyenangkan, percaya.
Apa yang kamu rasakan? apa yang akan kamu lakukan?
Sikon B dapet penumpang bawel, suudzon gak percaya ma kita, dan panikan gak jelas.
Apa yang kamu rasakan? apa yang akan kamu lakukan?
Kualitas nyetir kamu baik, dari 2 sikon tersebut, respons dan hasilnya bakal sama ga?
Analogi naik mobil dari satu tempat ke suatu tujuan dengan melewati perjalanan, sama halnya dalam kehidupan. Kehidupan pekerjaan, percintaan, relasi. Kalau tidak adanya kepercayaan, ya susah, susah jalan dengan baik. Masalah kualitas dan hasil, kadang jadi hal kesekian, karena kepercayaan justru bisa merubah itu semua. Merubah keadaan baik jadi buruk, merubah kualitas biasa jadi luar bisa, dan sebaliknya.
Ada pengalaman, pergi sama orang dimana dia gak percaya dan punya persepsi saya bakal ninggalin. Dia gak bilang, tapi apa yang terjadi? yang awalnya loyal gak kepikiran ninggalin, jadi tiba-tiba ningalin. Ada juga teman yang gak percaya nitipin tiket bus karena takut hilang, alhasil setelah dikasih ke saya, dia ambil lagi, pas mau naik bus, tiketnya ilang sama dia sendiri. Pas ngobrol-ngobrol, akhirnya cerita kalau dia gak percaya. Ya gak apa-apa sih, hak setiap orang untuk percaya atau tidak, dan kita pun gak punya kewajiban untuk meyakinkan orang kan? Dari kejadian itu, jadi mikir kalau pikiran punya kekuatan merealisasikan sesuatu, baik atau buruk. sekalipun cuma diri sendiri yang tau. Hati-hati dengan pikiran. (ngomong sama diri sendiri juga).
Kamu Percaya?
Kamu Yakin?
ok.
Ramadhan #22
No comments:
Post a Comment