Pernah tidak datang ke sebuah tempat yang secara teknis visual biasa saja, namun pas masuk kedalam terasa berbeda? berasa nyaman, menyenangkan, dan ada suasana yang tak dapat digambarkan oleh kata-kata?
Pernah tidak, datang ke sebuah kontes piano, ada peseta level biasa saja namun alunan musik yang dimainkannya nyaman di telinnga dan menyentuh perasaan?
Pernah tidak datang ke sebuah konser musik, pemain biolanya sangat pintar, selalu tepat memainkan not balok, namun tak enak didengar? meski tak ada yang salah.
Pernah tidak membaca sebuah tulisan sederhana namun semua perasaan sang penulis sampai ke hati dan berhasil meneteskan air mata?
pernah tidak membaca sebuah tulisan luar biasa keren secara teknis, alur, penulisan, namu saat dibaca ya sebatas tulisan bagus, tak ada perasaan yang tersampaikan?
Setiap hal memiliki jiwa. Jiwa yang menjadikannya "hidup" dan memiliki nilai tersendiri. Jiwa yang menjadikannya berbeda. Seorang desainer interior yang sehari-hari berada dalam ruangan kantor - ruangan rumah - kendaraan, dan sedikit berada di lapangan, hasil karyanya pasti akan berbeda dengan seorang desainer interior yang bergerak bebas dari satu tempat ke tempat lain, yang sering berpergian ke alam, yang sering berinteraksi dengan segala jenis orang dari status sosial dan latar belakang budaya yang berbeda. Meski secara teknis, desain yang dihasilkan desainer interior pertama itu jauh lebih wah dipandang secara visual dibanding desainer kedua, namun saat sebuah ruang itu mulai dihuni, barulah jiwa yang berbicara dan dirasakan oleh penghuninya. Dimana desainer kedua dapat menghadirkan jiwa tersebut melalui empati dalam berkarya.
Semakin seseorang sensitif, maka ia akan dapat merasakan perasaan sekitar dan dirinya secara emosional dan memunculkan empati. Empati menjadi sangat penting untuk menghasilkan jiwa. Semakin banyak seseorang berpergian dan mengalami beragam pengalaman, semakin kaya pula jiwanya. Semakin seseorang ikhlas dan bersunguh-sungguh mengerjakan sesuatu, semakin pula banyak energi chi (positif) yang tersalurkan. Cobain deh suruh 2 orang memasak menu yang sama dengan resep yang sama. yang satu orang sedang kesal, yang satu orang yang sedang bahagia. Meski hasilnya sama, tapi rasanya pasti berbeda.
Anehnya, dalam society ada pandangan berbeda yang banyak diterapkan dan kita temui. Kebagusan dalam visual dan perhitungan harga, menjadi jauh lebih penting dari urusan jiwa. Disadari maupun tidak, jiwa ini memiliki kebaikan bagi yang menyematkannya dalam setiap pekerjaan atau karya maupun bagi sang penikmat, konsumen, maupun penghuni. Ada aura kenyamanan yang terasa, ada aura positif yang memberi ketentraman, kesenangan, ada efisiensi secara psikis yang meningkatkan efektivitas dalam beraktivitas, meingkatkan kualitas hidup, dan menghasilkan kenangan yang tersimpan dialam bawah sadar sebagai suatu persepsi.
Jiwa. itu yang membedakan manusia dengan mesin dan itu pula yang membedakan manusia dengan hewan. Kalau kata Buya Hamka. "Kalau hidup sekedar hidup, babi di hutan pun hidup. Kalau bekerja sekadar bekerja, kera juga bekerja."
Sudahkan memberikan jiwa pada apa yang sedang kita lakukan?
Ramadhan #17
No comments:
Post a Comment