Tuesday, June 21, 2016

Ramadhan #15: Siap dapat Jodoh yang Soleh?

Banyak yang berdoa mendapatkan jodoh yang soleh. baik memang, apalagi jika doa itu ditambahi kata-kata "yang dapat membuat bahagia dan selamat dunia akhirat". karena kalau soleh saja, rasanya menyeramkan. menyeramkan, kalau tolak ukur soleh itu sebatas rajin solah, rajin ngaji, akhlak baik tapi pas diajak ngobrol gak nyambung secara intelektual holistik, malah bikin stress ga sih? 
*Tulisan ini kalo definisi soleh yang dibahasnya yang seperti itu ya

Oke, kembali ke topik. Siapa sih yang gak mau punya pasangan soleh?
seburuk-buruknya seseorang, pasti mau dapet pasangan yang soleh, ya kan?
Cuma, bayangin deh, apa yakin beneran mau yang soleh? udah siap?
Udah siap kalau tiap subuh harus setor hapalan Al-Quran misalnya?
Udah siap kalau diskusi selalu dihadapkan dengan aturan agama tanpa pernah memberi ruang (misalnya) untuk didengarkan? menekan jiwa ga sih lama-lama?
Udah siap kalau tiba-tiba banyak gaya hidup kita (yang biasa-biasa ini) berubah? ya solat berjamaah, ngaji, tahajud, dhuha sih biasa aja. tapi kalo tiba-tiba yg biasanya bermusik (pemusik misalnya) jadi harus ningalin musik karena dianggap haram. Atau yang tiba-tiba biasa bersosialisasi dan berkarya berhubungan dengan banyak orang, tiba-tiba diputus kehidupan sosialnya, harus di rumah urus anak, gak boleh keluar rumah, gak boleh kerja, gak boleh ini itu, apa siap mentalnya? Soleh, disiplin terhadap agama tapi gak bisa bikin nyaman dan tentram karena jadi kaku dan gak bisa mengekpresikan diri, apa bahagia?

itu versi cewek, kalo versi cowok. misal istrinya soleh banget sampai titik jadi ngajarin suaminya, mungkin awal-awal biasa saja, tapi lama kelamaan tak memungkiri ada ego laki-laki yang naik ke permukaan dimana yang seharusnya menjadi pemimpin malah jadi pengikut, apa tidak bakal memunculkan masalah dikemudian hari? Mending kalau suaminya jadi terpacu untuk jauh lebih baik dari istrinya, kalau malah cari perempuan lain yang mampu membuat dirinya jadi dominan, gimana?

Ada fenomena, banyak laki-laki dan perempuan yang menginginkan jodoh yang selevel menurutnya, termasuk dari segi agama. ada seorang laki-laki yang ingin punya istri sama-sama penghapal Al-Quran, yang sama-sama berakhlak baik, yang intinya ingin menikah dalam fase dimana sudah sama-sama baik. kalau gitu, apa kabar perempuan-perempuan yang agama dan akhlaknya kurang namun memiliki hati baik? siapa yang bakal mengajarinya? siapa yang bakal menuntunnya? Kenapa harus selalu ingin sempurna dikarenakan merasa dirinya "baik" secara agama dikala (mungkin) perempuan-perempuan yang level agamanya jauh dibawah adalah ladang amal yang besar untuknya? ladang amal mengajarkan agama, ladang amal untuk berkasih sayang meluruskannya, ladang amal untuk melatih kesabaran, ladang amal untuk bekal di akhirat nanti.

wanita baik dengan pria baik, dan sebaliknya. Baik dalam level kebaikan yang terakumulasi dari masa lalu, saat ini, dan masa depan. Masalahnya kata-kata "baik" ini gak ada yang tau, tak teraba manusia, cuma Tuhan yang tau nilai akhir seseorang berada di level mana. Bisa jadi seseorang punya masa lalu buruk banget, saat ini juga buruk, taunya masa depannya super bagus. Ada pula yang masa lalu dan sekarangnya baik tapi masa depannya gak bener. who knows?

Saya juga belum nikah sih dan penasaran nanti jodohnya seperti apa hahaha. Dari melihat sekitar, fenomena, memperhatikan, merenungkan, ada hal yang dipahami, kalau level kebaikan itu cuma bisa dilihat Tuhan dan apapun yang terjadi itu sudah yang terbaik untuk saat ini dan untuk masa depan, gak perlu juga "itung-itungan" ibadah dengan harapan dapet yang sama baiknya, itu namanya pamrih,.  doing good ya doing good aja, karma does exist. Apalagi sampai menuntut orang lain untuk ini itu ataupun terus menerus mencari yang (ter)baik sehingga lupa kalau ada kesempatan beribadah yang besar saat dapat yang kurang/ belum baik, ada peluang untuk memperbaiki selama berjalan pada perannya masing-masing. yang penting mah satu kufu dalam segala hal, biar tentram jadi lebih produktif dalam bekerja urusan duniawi maupun ngurusin bekal buat diakhirat nanti~

Bahasanya jadi kemana-mana deh, yaudah lah ya anggap ada 2 cerita bahasan. haha

*wuallhualam bishawab

Ramadhan #15

No comments:

Post a Comment