Disaat orang-orang seumuran saya, 28 tahun, sibuk mebangun karir yang mulai stabil nan mapan, membangun rumah tangga, program anak kedua, membangun "kerajaan" keluarga, investasi sana sini. Saya masih sibuk dengan self justice, masih sibuk mencari jalur karir, masih sibuk mengexplore, masih berani mengambil resiko yang gak masuk akal, masih sibuk aktualisasi diri belajar segala hal baru, masih sibuk berdamai dengan masa lalu, masih sibuk mengejar ambisi dan menghabiskan ego, masih sibuk cari partner kerja. hari ini kaya bisa kesana sini beli ini itu besok miskin gak bisa makan. berbeda 180derajat dengan teman-teman yang sudah sangat stabil (atau monoton? atau gak berani keluar zona aman?) yg mrk pny financial luar biasa dgn jenjang karir jelas. Anehnya saya gak pernah sirik sedikitpun sama temen2 kaya, sekolah s3 di luar negeri, gak pernah sirik ma orang2 berhasil untuk dirinya sendiri. Tapi kalo liat temen yg bikin sekolah gratis, jadi pengusaha dgn jiwa sosial tinggi, bisa nyekolahin 100 anak gak mampu, nerbitin buku keren, super siriiiik bgt bgt.
begitupun tentang nikah gak pernah sirik apalagi kebawa panas karena teman-teman sudah pada nikah. tapi hal ini sudah terpikirkan bahkan semua rincian biaya dan konsep kehidupan setelah nikah sudah tertulis. tapi untuk berkomitmen dan menjalin hubungan sepertinya belum, masih banyak urusan dengan diri sendiri yang belum selesai, masih banyak hal sosial yang masih ingin dikerjakan. kecuali memang sudah bertemu dengan seseorang yg bisa menerima secara utuh dan mengarahkan kompas saya untuk selalu positif. Pasangan menjadi pelengkap terbesar. variabel hidup yang paling krusial. karena seumur 28 tahun ini hidup suffering bgt bersama orang2 ISTJ sejenisnya, dominan otak kiri, pesimis, biasa aja, hidup sebatas achievement rutinitas tanpa value, sampe titik trauma. pengen deh berada, ketemu, dan terus berada dilingkungan orang-orang idealis yg ambisius, intelektual tinggi, jiwa sosial besar, dan dengan passion sejenis. menjadi social preneurs salah satunya. semoga lekas bertemu, dipertemukan dan dijodohkan dengan orang-orang seperti itu dan berada di lingkungan kompetitif nan produktif. aamiin.
Saya rindu berjuang mati-matian, saya rindu mengejar ambisi gila-gilaan, saya rindu kerja keras abis-abisan, saya rindu lingkungan yg memberikan energi positif dan memberi peluang seprogresif dan seberkembang itu. Saya rindu menjadi diri sendiri yang fulfilment.
selama ini selalu cari cara biar bisa berada di lingkungan seperti itu, salah satunya dengan sekolah. karena lingkungan sekolah itu kompetitif, jujur, objektif. kalo kantor banyak drama, byk org licik, sikut-sikutan, meski gak terlibat dalam drama pasti menjadi penonton yg malah bikin stress liatnya. jadi gak pernah mau kerja kantoran lagi, kecuali jadi dosen (karena masih sesuai value hidup yg dianut). masalah teori, ketahan mental, dll sih udah teruji, cuma butuh bener-bener butuh ruang. media.
Bandung, 17 Mei 2016
No comments:
Post a Comment