Tuesday, January 26, 2016

#15

tas ransel belasan kilo tersangkut di bahu menempuh ratusan ribu meter. semua bertanggungjawab atas barang masing-masing. tak peduli perempuan ataupun laki-laki, semua dianggap sama. sama2 kuat, sama2 mampu dalam stamina kondisi yg sama. "kamu pms? itu urusanmu. kamu sakit? itu deritamu". perjalanan, tujuan menjadi utama.

Toleransi menjadi bias dengan keterbukaan pikiran. kain-kain penutup aurat tak dihiraukan sebagaimana ia sebaiknya diperlakukan. murah menjadi hal utama, tak peduli dalam satu ruang saling bertumpuk hingga sang jilbab selalu terpasang dgn rambut yg tak bisa bebas. bikin pusing? tentu, sakit kepala malahan.

perjalanan demi perjalanan silih datang berganti, menghadirkan beragam pertemuan yang ternyata sama saja. Ternyata ada satu hal berbeda, perjalanan terakhir yang benar-benar berbeda. tak bahagia, tak ada momen, tak ada petualangan unpredictable. Namun semuanya diiringi dgn kebaikan lain yg membuatnya seimbang. untuk pertama kalinya tas ransel dibawakan oleh partner trip pdhl gak berat2 amat; untuk pertamakalinya partner trip peduli dgn jilbab, dia mencarikan tmpt bermalam dmn rambut bs tergerai bebas dalam kamar yg cm dihuni sendirian; dan dia solat 5 waktu dgn teratur, meski di bus skalipun. dan untuk pertamakalinya, hati berdecak "ini toleransi sebenarnya", menjaga nilai orang menjadi tetap, bukan "memaksa" menurunkan atau menaikan agar sesuai/ sama dgn mayoritas.

4/1/2016

No comments:

Post a Comment