Monday, June 1, 2015

Sudahlah

Layar kaca dinyalakan, menyerukan pencuci otak bagi penikmatnya tahun demi tahun, masuk luruh kedalam jiwa baru dari generasi ke generasi.

Semua melantangkan nilai yang dianggap benar pada dirinya masing-masing, menyerukan label, perubahan, masa lalu.

Pakaian dinas seolah-olah berprofesi sama, Lantang suara penyeru sang koruptur berapi-api keluar dari mulut yang diiringi kebencian terpupuk waktu dan informasi. terdengar dari kotaknya hingga ke kotak lainnya. 

Teriakan buang2 duit rakyat, dinilai rendah serendah penjajak birahi, dibalik itu semua ada ribuan bahkan jutaan seragam coklat yang benar-benar mengabdi pada negaranya dengan upah tak jauh beda dengan buruh pabrik, dengan tangungan anak istri yang untuk makan pun sudah sangat bersyukur, bahkan ada yg lebih dalam dari itu semua, torehan luka rendah diri terhadap anak seorang pegawai rakyat yang profesi orang tuanya sering di cap buruk.

Pernahkah berfikir sejauh itu disaat mencaci seorang/ sekelompok dlm suatu wilayah tertentu? Sudahlah, suara-suara keras arogan yang merasa berhak mengeneralisir, seolah2 sudah pernah mencek semuanya tanpa terlewat satu pun.

satu jiwa lumpuh dalam setiap cacian. satu jiwa mati dalam setiap kebencian.
berapa jiwa telah kau hilangkan lewat kata? 

- 1 Juni 2015 - 

No comments:

Post a Comment