Saturday, November 29, 2014

Serpihan Takdir

Telepon berdering memberi kabar sesuatu yang tak pernah kubayangkan, kupikirkan, kusiapkan, apalagi kuperjuangkan. Aku hanya diam menolak hal itu. Namun takdir berkata lain, 2 minggu kemudian aku sudah berada di sebuah pesawat besar dalam perjalanan belasan jam, diam sepanjang jalan ingin pulang dengan hati yang entahlah aku pun tak tahu. Sampai di sebuah bandara penuh dengan segala ras manusia dari seluruh penjuru dunia. Aku masih terdiam, mempersiapkan apa yang harus dilakukan, mengambil niat, lalu masuk bus terisak nangis sepanjang jalan mengingat dosa-dosa dengan segala ketakutan. Bus sampai di tempat yang dirindukan banyak orang. sebuah tempat dengan kotak hitam di tengahnya yang tak henti-henti nya dikelilingi ribuan bahkan jutaan sambil memanjatkan doa. aku berada diantara mereka, memanjatkan doa terdalam dan air mata pun menetes entah bagaimana. 

Doa, ya sebuah harapan, sesuatu terdalam dalam diri tentang banyak hal untuk dunia, akhirat, untuk diri sendiri, keluarga, dan banyak orang. 2,5 tahun berlalu tak terasa, menengok ke belakang untuk menambah syukur atas semua yang telah terjadi, di lalui, dan di dapat saat ini. Aku menyadari sesuatu, bahwa satu persatu doa terkabul, salah satu nya ini, ya ini, tentang pertemuan dengan orang-orang sefrekuensi yang mengampar untuk maju, yang menyangi, yang peduli, dengan segala banyak bonus lainnya yang Maha-Segalanya berikan. 

29/11/2014
23:06

No comments:

Post a Comment