Aurat perempuan dalam salah satu agama menjadi sebuah aturan yang perlu dipatuhi, bukan untuk membatasi, justru melindungi perempuan tersebut.
Pengalaman saya yang sangat belum bener dalam menutup aurat, menutup aurat disaat traveling benar-benar memberikan rasa aman, orang lain tidak akan melirik karena tertarik fisik, gak menarik soalnya; kita akan diperlakukan sebagaimana kita memperlakukan diri sendiri maksudnya tidak akan dipegang maupun didekati sembarangan. thats why i love to be muslim :p
Dalam sebuah perjalanan bis malam dengan tipe "sleeping bus", bersama bule-bule dengan beberapa orang asia yang kulit paha dan dada bertebaran terlihat jelas. Ada bule pake tanktop belahan rendah pada saat tidur menghadap samping ke arah sirkulasi jalan, dimana belahan dadanya terlihat sekali, tiba-tiba ia menutup nya dengan selimut.
Lalu ada sepasang pasangan asia (kursi didepan saya) saat perempuannya tidur dengan posisi ngangkang, laki-laki disebelahnya dengan spontan langsung menutupi daerah pangkal paha temannya dengan selimut (maaf kalau bahasanya vulgar). Ada pula 2 org disebelah, saat tmn perempuannya tidur dengan paha terbuka sebatas pangkal, orang sebelahnya langsung menutupi paha temannya dengan selimut.
Hal- hal tersebut membuat saya berfikir, apakah ternyata aurat itu sudah tertanam secara naluriah dalam diri setiap manusia, baik dari rasa malu, sudut pandang bilogis, maupun budaya ya?
Bahkan dalam keadaan bis yang super panas dimana 2 pria bule di kurai belakang melepas baju, sebagian perempuan bule melepas celana panjangnya dan beralih ke hot pants, tetapi gak ada satupun yang benar-benar membuka sampai batas pakaian dalam.
secara tidak langsung, hal tersebut membuktikan bahwa naluri aurat berada dalam alam bawah sadar sebagai rasa malu, dan hasil sbuah norma budaya.
5 august 2014. perjalan bus malam ho chi min city - phonm penh.
No comments:
Post a Comment