" Ingin diterima di PTN bla bla, bergabunglah dengan bimbingan belajar kami yang memiliki metode cepat untuk blabla...."
" Dijual berbagai ijazah pendidikan formal, khusus dan toefl hanya sekian rupiah tanpa perlu test, memiliki no regitrasi yang terdaftar dan blabla..."
Hal diatas merupakan contoh sebagian fasilitas dan peluang yang ditawarkan seiring banyaknya orang bermental instant, saya tidak akan membahas ke-3 hal tersebut. Mental instant adalah orang-orang yang memiliki keinginan dengan pola pikir yang "praktis" dan sikap ingin cepat mendapatkannya, malas akan sebuah proses dan tahapan yang jelas-jelas bisa memberikan banyak pengalaman dan terjauh dari mental instant. Hal-hal tersebut yang dibaca para pembisnis (bahkan dimanfaatkan orang-orang oportunis) berbagai bidang, jasa dan produk untuk mencari uang dengan memanfaatkan sifat-sifat orang bermental instant.
Ada seseorang yang sudah berumur dewasa bercerita tentang pandangan hidupnya, dia beranggapan bahwa jika ia kaya maka orang akan baik dan sayang, ia pun berpikiran bahwa uang itu sangat penting (memang hidup butuh uang, tapi menurut saya, uang bukanlah tujuan/orientasi), sehingga tanpa disadari ia melupakan yang namanya proses dan waktu, ia menjadi pribadi bermental instant yang ingin cepat mendapatkan uang dengan menghalalkan segala cara yang mengakibatkan dia harus menanggung "beban" untuk seumur hidup, kejadian itu terus berulang lagi dan lagi tanpa rasa penyesalan, dia bukannya kaya tapi malah memiskinkan dan menurunkan harkat martabat keluarganya.
Kedua, ada seseorang yang biasa mendapat kehidupan dengan mudah, saat dia mulai berdiri sendiri, ia tidak mau lama-lama susah, banyak yang ia lakukan untuk memenuhi keinginannya, yang berakhir pada segala masalah. Masalah karena ulahnya sendiri yang merembet kepada orang-orang sekitarnya, dan anehnya terus dan terus berlanjut tanpa ada rasa tanggung jawab untuk menyelesaikan dan memulai sesuatu dari awal, tahap demi tahap dengan kerja keras dan kesabaran.
Hati-hati dengan mental instant ingin cepat kaya, bisa-bisa malah bikin miskin orang-orang disekitar, menghalalkan segala cara bahkan menjadi pribadi yang serakah.
Ada lagi tentang seorang mahasiswa, ia terbiasa mendapatkan hal-hal mudah dalam setiap tahapan hidupnya, pada saat dihadapkan pada permasalahn yang menuntut tanggung jawab penuh, ia santai dan dengan entengnya menyadur karya orang demi cepat selesai, bisa lulus dan tidak mau susah. Maka ia pun di DO, lalu ia membeli ijazah demi untuk pengakuan akan kelulusan bukan sebuah proses dan serapan ilmunya (herannya orang tuanya membolehkannya). Demi bisa cepat bekerja, dan sudah dipastikan mental instant ini akan terulang lagi pada dunia kerjanya, entah apa yang dilakukannya (kkn/menjual diri/suap/korupsi/memalsukan data/"menyingkirkan" rekan/memfitnah/lari dari tanggung jawab). Lagi-lagi bermental instant. Padahal jika ia menyesal, belajar dari kesalahan dan memulai kembali dengan sungguh-sungguh, pasti banyak sekali ilmu dan pengalaman yang bisa didapat dan jauh dari mental instant, menjadi pribadi yang tangguh, kuat, berkomitmen dan jujur.
Mental instant dapat membuat seseorang menjadi mudah tergiur, kurang bertanggung jawab, kurang konsisten, kurang komitmen, terlalu tergesa-gesa, bahkan dampak paling besarnya adalah merugikan orang. Setiap manusia pasti ingin hasil terbaik dan cepat. Semua hal butuh proses, bahkan diri kita sendiri pun berproses, mulai dari makanan dimakan, dikunyah, di hancurkan, diserap hingga dibuang ampasnya. Alam semesta pun mengajarkan tentang proses, binatang - binatang pun berproses dalam setiap fase hidupnya, bahkan mie instant pun perlu proses hingga bisa disantap.
Just sharing, cmiiw
wuallahualam bishawab